Kajian Teoretis KAJIAN TEORI

b Dunia benda mati yaitu cerita tentang benda-benda mati yang digambarkan seolah-olah seperti benda hidup. c Dunia manusia yaitu tentang berbagai kisah manusia, baik fiktif maupun non fiktif, dalam cerita ini tokohnya semua manusia dan bercerita tentang interaksi antar sesama. d Kombinasi dari ketiga jenis cerita diatas yaitu cerita yang menggabungkan tokoh hewan, tumbuhan dan manusia yang saling berinteraksi. 5. Teknik Penyajian Cerita Menurut Musfiroh dalam Aprianti Yofita Rahayu menyatakan bahwa manfaat kegiatan bercerita adalah mengasah imajinasi anak, mengembangkan kemampuan berbahasa, aspek sosial, aspek moral, kesadaran beragama, aspek emosi, semangat berprestasi, dam melatih konsentrasi anak. 7 Reeta dan Jasmune menyatakan bahwa sasaran kegiatan bercerita adalah perkembangan bahasa pada anak, yaitu meningkatkan kosakata, belajar menghubungkan kata dengan tindakan, mengingat urutan ide atau kejadian, mengebangkan minat baca serta menumbuhkan kepercayaan diri anak. 8 Seorang pencerita perlu menguasai keterampilan dalam bercerita, baik dalam olah vokal, olah gerak, berekspersi dan sebagainya.Seorang pencerita harus pandai-pandai menggembangkan berbagai unsur penyajian cerita sehingga terjadi harmonisasi yang tepat. Unsur-unsur penyajian cerita yang harus dikombinasikankan secara proporsional adalah 1 narasi atau pemaparan cerita, 2 dialog atau percakapan para tokoh, 3 ekspresi atau mimik muka, 4 visualisasi gerak atau peragaan akting, 5 ilustrasi suara atau suara yang asli atau yang dibuat tinggi rendah, lantang dan pelan, keras dan lembut, suara hewan, suara kendaraan, 6 media atau alat peraga, 7 teknik ilustrasi yang lain atau permainan, musik, lagu. 6. Media pembelajaran Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata „medium‟ yang secara harfiah berarti perantara atau 7 Aprianti Yofita Rahayu, Menumbuhkan Kepercayaan Diri Melalui Kegiatan Bercerita Jakarta, PT. Indeks 2013 cetatakan I, hal. 82. 8 ibid pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Gagne dalam Arief S,Sadiman menyatakan bahwa “ media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar”. 9 Menurut Yudi Munadi bahwa, media adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. 10 Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Assosiation of Education and CommunicationTechnology di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang-orang untuk menyampaikan pesan atau informasi. Sedangkan NEA National Education Assosiation memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat seseorang. Sementara Winkel mengatakan bahwa media pengajaran adalah suatu saran nonpersonal bukan manusia yang digunakan atau disediakan oleh tenaga pengajar yang memegang peranan dalam proses belajar untuk mencapai tujuan instruksional. 11 Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat proses komunikasi pertama adalah hambatan psikologis seperti minat, sikap, pendapat, kepercayaan, intelegensi, pengetahuan dan hambatan fisik seperti misalnya kelelahan, sakit, keterbatasan daya indera dan cacat tubuh. Kedua adalah hambatan cultural seperti misalnya perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial kepercayaan nilai-nilai panutan dan hambatan lingkungan yaitu hambatan yang ditimbulkan dari situasi dan kondisi keadaan sekitar. Karena berbagai jenis hambatan tersebut baik dalam 9 Arief. S. Sadirman, dkk. Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya...h.6 10 Yudi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru Jakarta. Gaung Persada Press, 2010 cetakan ke-3 h.8 11 W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran... h.318-319 diri pengajar maupun pembelajar, proses komunikasi belajar mengajar seringkali berlangsung tidak efektif dan efisien. Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar dapat membantu mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil belajar yang maksimal karena media belajar dapat menjadi perantara komunikasi guru dan siswa. Dalam menentukan pemilihan media, seorang pendidik harus menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Terdapat berbagai media diantaranya : 12 a. Media Grafis, media grafis termasuk media visual. Sebagaimana halnya media yang lain media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan ke sumber penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan ini akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Banyak jenis media grafis, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut : Gambar atau foto, Sketsa, Diagram, Bagan atau chart, Grafik, Kartun, Poster, Peta atau Globe, Papan Flanel, dan Papan Buletin. b. Media Audio, media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal maupun non verbal. Ada beberapa jenis media dapat kita kelompokan dalam media audio anatar lain radio, alat perekam pita magnetik, piringan hitam dan laboratorium bahasa. c. Media Proyeksi Diam, media proyeksi diam mempunyai persamaan dengan media grafik dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Selain itu, bahan-bahan grafis banyak sekali dipakai dalam media proyeksi diam. Perbedaan yang jelas diantara keduanya adalah pada media grafis dapat secara langsung berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan pada proyeksi, pesan tersebut harus diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran terlebih dahulu. Adakalanya media jenis ini disertai rekaman jenis audio, tapi ada pula visual saja. Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan untuk mengatasi berbagai hambatan antara lain 13 : 12 Ibid, h.28-77 a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya : 1 Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model 2 Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar 3 Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography 4 Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal 5 Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model, diagram dan lain-lain. 6 Konsep yang terlalu luas dapat divisualisasikan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan lain-lain. c. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk : 1 Menimbulkan kegairahan belajar 2 Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan 3 Memungkinkan anak didik belajar sendiri menurut kemampuan dan minatnya d. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan jika semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini bisa diatasi dengan media pendidikan yaitu dengan kemampuannya dalam : 13 Sridadi Pudjo Suparto,Peran Media Dalam Pembelajaran Jakarta, BKKBN, 2007 cetakan ke-1 , h.74 1 Memberikan perangsang yang sama 2 Mempersamakan pengalaman 3 Menimbulkan persepsi yang sama Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti „tengah‟ „perantara‟. Gerlach Ely dalam Arsyad mengatakan apabila dipahami secara garis besar, maka media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun suatu kondisi atau membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media 14 . Arsyad menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan funsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran 15 . Media pembelajaran adalah sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Berbeda dengan Arsyad, Wena menjelaskan mengenai media pembelajaran adalah satu komponen penting dari strategi penyampaian pembelajaran. Hal ini senada Wena mengungkapkan media pembelajaran adalah komponen strategi penyampaian yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada siswa, baik berupa orang, alat, ataupun bahan 16 . Suryaman menjelaskan pengertian media secara bahasa dan terminologis. Secara bahasa, media diartikan sebagai perantara atau pengantar. Secara terminologis, media pembelajaran dapat diartikan sebagai seluruh perantara dalam hal ini bahan atau alat yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembalajaran 17 . Harjanto menjelaskan pengertian dalam arti sempit dan luas. Dalam arti sempit, media pengajaran hanya meliputi media yang dapat digunakan sacara efektif dalam proses pengajaran yang terancana. Pengertian media dalam arti luas, media tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang komplek akan 14 Arsyad, Media Pembelajaran Jakarta: PT. Rajagrafindo, 2011 h. 3 15 Ibid, h. 9 16 Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional Jakarta: Bumi Aksara, 2009 h. 9 17 Maman Suryaman, Panduan Pendidik dalam Pembelajaran SMPMTs Jakarta, Depdiknas h. 103 tetapi juga mencakup alat-alat sederhana. Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran yaitu media yang digunakan sebagai alat dan bahan dalam kegiatan pembelajaran yang berfungsi sebagai perantara dari pengirim guru kepada penerima siswa dalam proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pendidikan tertentu 18 . Peran media dalam pembelajaran sangatlah penting terutama bagi siswa. Minat dan motivasi belajar siswa dapat ditumbuhkan menggunakan media pembelajaran yang menarik, proses belajar adalah proses mental dan emosional atau bisa disebut juga sebagai proses berfikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila fikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan dalam proses belajar dapat dirasakan oleh yang bersangkutan. Dalam proses belajar akan menimbulkan perubahan perilaku atau tingkah laku seperti perubahan dalam motorik, sikap dan keterampilannya. Sadiman 2008: 17-18 memaparkan manfaat media pembelajaran,yaitu 1 memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitis, 2 mengatasi keterbatasan ruang, waktu,dan daya indra, 3 sikap pasif anak didik dapat diatasi menggunakan media yang tepat dan bervariasi, dan 4 dapat memberikan rangsangan, pengalaman, dan persepsi yang sama dalam diri anak 19 . Menurut Yudhi Munadi 2012: 7 media pembelajaran dapat dipahami sebagai “Segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimaannya dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif. Dari penjelasan para ahli tersebut, secara umum fungsi media pembelajaran adalah sebagai sarana untuk mempermudah peserta didik memahami dan mamaknai proses pembelajaran yang dialami. Pengelompokan jenis media dari segi perkembangan teknologi menurut Seeis dan Glasgow dalam Arsyad, 2011: 33 dibagi menjadi dua yaitu media pembelajaran mutakhir dan tradisional. Contoh media pembelajaran mutakhir adalah seperti komputer,CD pembelajaran, dan telekonfren. Contoh media pembelajaran tradisional adalah gambar, buku teks, teka-teki, peta, dan boneka. 18 Hanjanto, Perencanaan Pengajaran Jakarta, Rineka Putra 2006 h. 247 19 Arief Sadiman, Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada 2008 h. 17-18 Seorang guru disamping harus mengetahui media apa yang akan digunakan, juga harus terampil dalam membuat media tersebut, dan media yang dibuat harus harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 20 a. Tujuan, media hendaknya menunjang tujuan instruksional yang telah dirumuskan. b. Ketepatgunaan validitas, penggunaan media harus tepat dan berguna bagi pemahaman materi yang dipelajari. c. Keadaan peserta didik, kemampuan daya pikir dan daya tangkap peserta didik dan besar kecilnya kelemahan peserta didik perlu dipertimbangkan. d. Ketersediaan, pemilihan perlu diperhatikan ada tidaknya media tersedia di perpustakaan atau di sekolah serta mudah sulitnya diperoleh. e. Mutu teknis, media harus memilki kejelasan dan kualitas yang baik. f. Biaya, hal ini merupakan pertimbangan bahwa biaya yang dikeluarkan apakah seimbang dengan hasil yang dicapai serta ada kesesuaian atau tidak. Media Boneka Boneka adalah tiruan bentuk manusia dan bahkan sekarang termasuk tiruan dari bentuk binatang. Jadi sebenarnya boneka merupakan salah satu model perbandingan juga. Sekalipun demikian, karena boneka dalam penampilannya memiliki karakteristik khusus, maka dalam bahasan ini dibicarakan tersendiri. Dalam penggunaan boneka dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan cara dimainkan dalam sandiwara boneka. Untuk keperluan sekolah dapat dibuat boneka yang disesuaikan dengan cerita-cerita zaman sekarang. Untuk tiap daerah pembuatan boneka ini disesuaikan dengan keadaan daerah masing-masing. Macam-macam boneka untuk media pembelajaran dalam yaitu 1 boneka jari, 2 boneka tangan, 3 boneka tongkat, 4 boneka tali, 5 boneka bayang- bayang. Dilihat dari bentuk dan cara memainkannya dikenal beberapa jenis boneka, antara lain: 21 20 Harjanto, Perencanaan Pengajaran Jakarta, Rineka Cipta, 2008 cetakan keenam, h.238-239 21 http:molylovelyme.blogspot.com enypurwatiwordprees.com20130708 Boneka jari Boneka ini dibuat dengan alat sederhana seperti tutup botol, bola pingpong, bambu kecil yang dapat dipakai sebagai kepala boneka. Sesuai dengan namanya boneka ini dima-inkan dengan menggunakan jari tangan. Kepala boneka diletakkan pada ujung jari kita dalam. Dapat juga dibuat dari semacam sarung tangan, dimana pada ujung jari sarung ta-ngan tersebut sudah berbentuk kepala boneka dan dengan demikian kita dalam tinggal memainkannya saja. Boneka Tangan Kalau boneka dari setiap ujung jari kita dapat memainkan satu tokoh, lain halnya dengan boneka tangan. Pada boneka tangan ini satu tangan kita hanya dapat memainkan satu boneka. Disebut boneka tangan, karena boneka ini hanya terdiri dari kepala dan dua tangan saja, sedangkan bagian badan dan kakinya hanya merupakan baju yang akan menutup lengan orang yang memainkannya disamping cara memainkannya juga hanya memakai tangan tanpa menggunakan alat bantu yang lain. Cara memainkanya adalah jari telunjuk untuk memainkan atau menggerakkan kepala, ibu jari, dan jari tangan untuk menggerakkan tangan. Di Indonesia penggunaan boneka tangan sebagai media pendidikan pembelajaran di sekolah-sekolah sudah dilak-sanakan, bahkan dipakai diluar sekolah yaitu pada siaran TVRI dengan film seri boneka “Si Unyil” Boneka Tongkat Disebut boneka tongkat karena cara memainkannya dengan menggunakan tongkat. Tongkat-tongkat ini dihubungkan dengan tangan dan tubuh boneka. Wayang Golek di Jawa Barat misalnya adalah termasuk boneka jenis ini. Untuk keperluan penggunaan boneka tongkat sebagai media pendidikan pembelajaran di sekolah, maka tokoh-tokohnya dibuat sesuai dengan keadaan sekarang. Misalnya dibuat tokoh tentara, pedagang, lurah, nelayan dan sebagainya Boneka tongkat dapat dibuat darikayu yang lunak seperti kayu kemiri, randu, dan sebagainya. Boneka Tali Boneka tali atau “Marionet” banyak dipakai dinegara barat. Perbedaan yang menyolok antara boneka tali dengan boneka yang lain adalah, boneka tali bagian kepala, tangan, dan kaki dapat digerak-gerakkan menurut kehendak kitadalangnya. Cara meng-gerakkannya dengan tali. Dengan demikian maka kedudukan tangan orang yang memain-kannya berada di atas boneka yang dimainkannya. Untuk memainkan boneka tali diperlukan latihan-latihan yang teratur, sebab memainkan boneka tali ini memerlukan keterampilan yang lebih sulit dibandingkan dengan memainkan boneka-boneka yang lainnya. Adakan tetapi memiliki kelebihan lebih hidup dari pada boneka yang lain, karena mendekati gerak manusia atau tokoh yang sebenarnya. Boneka Bayang-bayang Boneka bayang-bayang Sadhow Puppet adalah jenis boneka yang cara memainkannya dengan mempertontonkan gerak bayang-bayang dari boneka tersebut. Di Indonesia khususnya di Jawa dikenal dengan “Wayang kulit”. Namun untuk keperluan sekolah, wayang semacam ini dirasakan kurang efektif, karena untuk memainkan boneka ini diperlukan ruangan gelaptertutup. lagi pula diperlukan lampu untuk membuat bayang-bayang layar. a. Pengertian Boneka Boneka jari merupakan media yang tidak terlalu mengeluarkan banyak uang tetapi cukup efektif digunakan sebai metode pembelajaran yang interaktif. 22 Menurut Raemiza, media boneka dapat membantu anak dalam memahami cerita dan lebih menarik perhatian mereka. Media boneka termasuk dalam jenis media visual tiga dimensi. Media ini dapat membantu siswa mengenal segala aspek yang berkaitan dengan benda dan memberikan pengalaman yang lengkap tentang benda tersebut. Benda-benda dan situasi yang diajarkan kepada 22 al-rasyid blog undip.ac.idtagboneka-media-pembelajaran anak akan lebih cepat dipahami bila obyek tersebut ada di hadapan mereka. Penggunaan media boneka menolong anak untuk bernalar dan membentuk konsep tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan obyek, baik ukuran, bentuk, berat, maupun manfaatnya. b. Fungsi Boneka Menururt Ahira, boneka sangat sesuai untuk digunakan sebagai alat permainan edukatif. Selain itu, media ini mempunyai beberapa fungsi, yaitu 1 memberikan pengalaman yang kongkret, 2 memungkinkan siswa menganalisis secara mendalam, 3 membangkitkan motivasi dan rasa ingin tahu, 4 informasi yang diperoleh akan lebih jelas, 5 memperjelas suatu masalah atau proses kerja dari alat, dan 6 mendorong timbulnya kreativitas siswa. c. Cara Penggunaan Boneka Agar boneka dapat menjadi media instruksional yang efektif, maka menurut Raemiza perlu memperhatikan beberapa hal dalam penggunaan boneka, yang antara lain a rumusan tujuan pembelajaran dengan jelas, b buatlah naskah atau skenario sandiwara yang akan dimainkan secara terperinci, baik dialognya, settingnya dan adegannya harus disusun secara cermat, c permainan boneka mementingkan gerak daripada kata-kata, karena itu pembicaraan jangan terlalu panjang, dapat menjemukan penonton, d permainan sandiwara boneka jangan terlalu lama, kira-kira 10 sampai 15 menit, e hendaknya diselingi dengan nyanyian, kalau perlu penonton diajak nyanyi bersama, f isi cerita hendaknya sesuai dengan umur dan kemamp uan serta daya imajinasi anak-anak yang menonton, g selesai permainan sandiwara, hendaknya diadakan kegiatan lanjutan seperti tanya jawab, diskusi atau menceritakan kembali tentang isi cerita yang disajikan, h jika memungkinkan, berilah kesempatan kepada anak-anak untuk memainkannya. Dari keterangan tentang boneka tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan media boneka sangat memungkinkan siswa untuk menguasai konsep- konsep yang sedang diajarkan karena siswa turut serta dalam situasi yang sesungguhnya. Media boneka dapat menaraik perhatian siswa dengan bantuan gerakan-gerakan, ekspresi dan intonasi guru. Pembelajaran Keterampilan Bercerita di SMP MTs Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum dalam konteks desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah, yang akan memberikan wawasan baru terhadap sistem yang sedang berjalan selama ini.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah satu program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa siswa serta sikap positif terhadap Bahasa Indonesia. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, bahan pengajaran yang diarahkan di tingkat SMP MTs adalah pengajaran yang meliputi aspek kemampuan berbahasa dan bersastra. Aspek kemampuan berbahasa meliputi keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang berkaitan dengan ragam bahasa non sastra. Aspek kemampuan bersastra meliputi keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang berkaitan dengan ragam bahasa sastra. Pengajaran dalam penilitian ini adalah pengajaran berbicara, khususnya bercerita. Dalam standar kompetensi dasar tingkat SMPMTs tahun 20112012, disebutkan bahwa berbicara terbagi ke dalam dua pokok bahasan yaitu komponen bahasa dan bersastra. Standar kompetensi tersebut terbagi dalam empat kompetensi dasar, yaitu menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif, menyampaikan pengumuman dengan intonasi yang tepat serta menggunakan kaliamat-kalimat yang lugas dan sederhana, bercerita dengan ururtan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat dan bercerita dengan alat peraga. Kemampuan bercerita dengan alat peraga merupakan kemampuan bersastra. Jadi, sesuai dengan SK tersebut, siswa dilatih untuk dapat menyampaikan cerita dengan alat peraga.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah. 1. Hasil penelitian Firdaus Muttakim 2013 tentang “Peningkatan Keterampilan Bercereta melalui Pendekatan Savi Berbantuan Boneka Tangan Pada Siswa Kelas II SDN. Karanganyar Semarang.” Menyimpulkan bahwa: 1 terdapat perbedaan segnifikan antara keterampilan bercerita siswa kelas II SDN. Karanganyar Semarang yang menggunakan pendekatan savi Berbantuan boneka tangan dan yang tanpa menggunakan pendekatan savi berbantuan boneka tangan siswa kelas II SDN. Karanganyar Semarang 2 penggunaan pendekatan savi berbantuan boneka tangan siswa kelas II SDN Karanganyar Semarang lebih efektif dalam pembelajaran bercerita pada siswa kelas II SDN. Karanganyar semarang daripada tidak menggunakan pendekatan savi berbantuan boneka siswa kelas II SDN Karanganyar Semarang. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan, pada subyek penelitian. Dan penelitian yang sama pada subyek penelitian keterampilan bercerita. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah jenis penilitan dan pendekatan, media pembelajaran yang digunakan. Jenis penelitian tindakan kelas. 2. Hasil penelitian Aryani 2012 tentang “Peningkatan Aktivitas dan Keterampilan Bercerita Melalui Metode Inkuiry Berdasarkan Teks Cerita Fiksi Pada Siswa Kelas Va SDN I Metro Barat Lampung. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas belajar siswa pada siklus I berada pada 63,54, sedangkan siklus II berada pada 74,31, mengalami peninkatan sebesar 10,77. Hasil keterampilan bercerita siswa pada siklus I 62,5 dan siklus II 66,67, mengalami peningkatan sebesar 4,17. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan bercerita dapat ditingkatkan menggunakan metode inkuir berdasarkan teks cerita fiksi pada siswa kelas Va SDN I Metro Barat lampung. 3. Persamaan dan Perbedaan Persamaan penelitian ini adalah dengan menggunakan media boneka pada materi bercerita, sedangkan perbedaan adalah tempat dan subyek penelitian.

C. Kerangka Berpikir

Pengajaran keterampilan berbahasa lisan akan membawa hasil yang maksimal apabila dilandasi dengan 1 tujuan yang jelas, 2 materi yang disusun secara sestimatis,3 usaha menumbuhkan partisipasi aktif bagi siswa, 4 mengembangkan kreativitas siswa, dan 5 menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan. Salah satu bentuk keterampilan berbicara yang tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP SMP adalah kompetensi dasar bercerita dengan alat peraga. Kompetensi bercerita diajarkan pada sdekolah menenggah pertama kelas VII semester ganjil. Secara praktik keterampilan bercerita membutuhkan latihan dan pengarahan pembelajaran yang intensif. Namun demikian, pembelajaran bercerita di sekolah mendapatkan jadwal yang sangat minimal. Selain keterbatasan waktu, lemahnya kemampuan bercerita dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang kurang efektif. Penyampaian materi disampaikan hanya melalui ceramah dan interaksi satu arah. Untuk mengatasi hal tersebut, guru hendaknya menggunakan alternatif dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat. Media yang dirasa tepat untuk mengatasi masalah diatas adalah menggunakan media boneka. Boneka memudahkan siswa memahami konsep tentang benda-benda secara utuh, misalnya ukuran, sifat, dan bentuk. Boneka juga dapat merangsang siswa untuk berbahasa secara lisan dengan baik, misalnya sebagai model untuk mengungkapkan emosinya. Anak-anak sering melakukan percakapan dengan benda yang menurut mereka menarik misalnya dengan boneka, mereka berimajinasi seolah-olah boneka lawan bicara yang menarik. Oleh karena itu penggunaan media boneka dapat mempermudah siswa dalam bercerita

D. Hipotesis Tindakan

Dengan menerapkan media boneka tangan maka: Terdapat peningkatan keterampilan bercerita dengan menggunakan media boneka tangan pada siswa kelas VII MTs. Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan. 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu danTempat Penelitian

1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di MTs. Yanusa Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Tahun Pelajaran 20132014. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014 tahun ajaran 20132014. Adapun jadwal kegiatan penelitian sebagaimana terlihat dalam tabel berkut: Tabel : 3.1 Waktu Penelitian No Kegiatan Bulan April Mei Juni

1. Persiapan dan Perencanaan

√ 2. Observasi √ √ 3. Pelaksanaan Pembelajaran √ √ 4. Analisis Data √

5. Laporan Hasil Penelitian

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan

a. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas action research yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Penelitian tindakan pada hakekatnya merupakan rangkaian

Dokumen yang terkait

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

Manajemen perpustakaan MAN 4 Pondok Pinang Jakarta Selatan

0 9 95

Peningkatan keterampilan membaca siswa pada pembelajaran tematik dengan menggunakan lingkungan sekolah sebagai media di kelas II MI Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat

0 5 100

Pengaruh penggunaan media gambar terhadap keterampilan menulis puisi pada siswa kelas V di SDIT Az-Zahra Pondok Petir Sawangan Depok Tahun pelajaran 2013/2014

1 10 132

Peningkatan keterampilan bercerita dengan menggunakan media boneka tangan pada siswa Kelas VII MTS YANUSA Pondok Pinang Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

0 18 145

Penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran fikih di MTS Fatahillah Buncit Jakarta Selatan

3 20 116

Peningkatan keterampilan menulis narasi dengan media teks wacana dialog: penelitian tindakan pada siswa kelas VII MTs Negeri 38 Jkaarta tahun pelajaran 2011-2012

4 39 107

Peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran bahasa indonesia kelas V MI Al-Husna Jurang Mangu Tanggerang Selatan

0 6 159

Peningkatan kemampuan menulis teks berita dengan menggunakan media audio visual siswa kelas VIII semester II SMPN 2 Tangerang Selatan Tahun pelajaran 2013/2014

3 35 174

Peningkatan keterampilan menulis paragraph deskripsi dengan media gambar pada siswa kelas V MI Al-Khoeriyah, Leuwisadeng, Bogor Tahun Pelajaran 2013/2014

0 7 91