Analisis Data dan Interpretasi Data

1. Kondisi Awal Keterampilan Bercerita Siswa Kondisi awal tersebut digunakan sebagai acuan untuk menentukan tindakan apa saja yang akan dilakukan pada saat siklus dilakukan. Kegiatan pratindakan ini dilakukan pada hari Senin, 7 April 2014 pukul 07.00 WIB. Pada kegiatan pratindakan guru dan siswa melaksanakan proses pembelajaran keterampilan bercerita di ruang kelas VII. Sebagai langkah awal dalam penelitian, peneliti melakukan survei yang dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal, baik proses pembelajaran maupun keterampilan bercerita. Siswa kelas VII MTs Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan. Saat proses pembelajaran berlangsung, siswa terlihat kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan serta mengerjakan tugas dari guru. Hal ini dilihat dari hasil pengamatan proses pada saat pratindakan termasuk dalam kategori cukup, karena skor rata-rata yang dihasilkan 60,8 jika dilihat dari hasil pengisian angket yang menyatakan bahwa siswa yang aktif hanya 6 siswa dari jumlah keseluruhan siswa atau yang aktif selama kegiatan proses pembelajaran keterampilan bercerita. Pada proses pembelajaran keterampilan bercerita, beberapa siswa yang duduk di kursi bagian depan terlihat memperhatikan guru namun sedikit pula siswa yang menopang dagu, melamun serta sedikit sibuk beraktifitas sendiri. Hal ini dilihat dari hasil pengamatan proses pada saat pratindakan, berdasarkan hasil angket yang melaksanakan bahwa siswa yang memperhatikan dan konsentrasi selama proses pembelajaran hanyalah 10 orang dari jumlah keseluruhan siswa. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran apalagi untuk merangkai pokok-pokok cerita menjadi sebuah cerita, karena siswa kurang mempunyai ide cerita. Hal ini dilihat dari hasil pengamatan proses pada saat pratindakan termasuk dalam kategori kurang karena skor rata-rata yang dihasilkan 61. Jika dilihat dari hasil pengisian angket yang menyatakan bahwa siswa yang berminat dan antusias pada pembelajaran keterampilan bercerita sebanyak 9 orang dari keseluruhan siswa. Ketidakberanian siswa begitu tampak manakala guru memberikan kesempatan secara maksimal kepada siswa untuk praktek bercerita di depan kelas, namun respon yang diberikan siswa terlihat sangat minim, walaupun mereka secara berkelompok. Siswa justru melakukan aksi saling tunjuk kelompok saat guru memberikan kesempatan pada siswa bercerita di depan kelas. Berdasarkan pengamatan penelitian, bahwa tidak ada satupun siswa yang mau bercerita, sehingga guru mempunyai alternatif mengundi kelompok siswa. Hal ini diperkuat dengan hasil pengisian angket dan wawancara dengan guru dan siswa pada tahap pratindakan. Berdasarkan hasil wawancara tahap pratindakan antara peneliti dengan guru dan siswa, guru menyatakan bahwa keberanian siswa untuk bercerita di depan kelas sangat kurang sekali, setiap diperintah untuk bercerita, siswa beralasan tidak bisa bercerita karena tidak mempunyai ide. Seperti halnya dengan hasil wawancara antara peneliti dengan salah satu siswa kelas VII, mereka tidak punya keberanian untuk bercerita di depan kelas, alasan dia karena malu dengan teman-temannya dan tidak mempunyai ide untuk bercerita. Pengisian angket menyatakan bahwa siswa tidak berani bercerita di depan kelas yaitu sebanyak 14 siswa dari keseluruhan siswa kelas VII MTs Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan. Berdasarkan hasil angket bahwasannya 14 siswa kurang berani tampil di depan kelas untuk bercerita, karena siswa merasa malu, grogi, tidak bisa cerita dan tidak mempunyai ide untuk bercerita. Hal tersebut mengakibatkan, ekspresi tidak muncul, dan pandangan mata hanya tertunduk pada buku paket saja. Hasil angket yang diisi oleh siswa kelas VII MTs Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan terkait dengan perlu atau tidaknya media pembelajaran yang digunakan untuk mendukung keberhasilan pembelajaran keterampilan bercerita. Sebanyak 16 siswa menyatakan perlu adanya media pembelajaran yang diharapkan bisa mendukung keberhasilan pembelajaran keterampilan bercerita. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan hasil angket dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa sebagian besar siswa kurang berani tampil bercerita. Hal ini disebabkan karena siswa malu, grogi, tidak bisa bercerita dan takut salah jika bercerita di depan kelas. Menurut hasil tes yang

Dokumen yang terkait

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

Manajemen perpustakaan MAN 4 Pondok Pinang Jakarta Selatan

0 9 95

Peningkatan keterampilan membaca siswa pada pembelajaran tematik dengan menggunakan lingkungan sekolah sebagai media di kelas II MI Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat

0 5 100

Pengaruh penggunaan media gambar terhadap keterampilan menulis puisi pada siswa kelas V di SDIT Az-Zahra Pondok Petir Sawangan Depok Tahun pelajaran 2013/2014

1 10 132

Peningkatan keterampilan bercerita dengan menggunakan media boneka tangan pada siswa Kelas VII MTS YANUSA Pondok Pinang Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

0 18 145

Penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran fikih di MTS Fatahillah Buncit Jakarta Selatan

3 20 116

Peningkatan keterampilan menulis narasi dengan media teks wacana dialog: penelitian tindakan pada siswa kelas VII MTs Negeri 38 Jkaarta tahun pelajaran 2011-2012

4 39 107

Peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran bahasa indonesia kelas V MI Al-Husna Jurang Mangu Tanggerang Selatan

0 6 159

Peningkatan kemampuan menulis teks berita dengan menggunakan media audio visual siswa kelas VIII semester II SMPN 2 Tangerang Selatan Tahun pelajaran 2013/2014

3 35 174

Peningkatan keterampilan menulis paragraph deskripsi dengan media gambar pada siswa kelas V MI Al-Khoeriyah, Leuwisadeng, Bogor Tahun Pelajaran 2013/2014

0 7 91