Pengembangan Perencanaan Tindakan METODOLOGI PENELITIAN
Ketidakberanian siswa begitu tampak manakala guru memberikan kesempatan secara maksimal kepada siswa untuk praktek bercerita di depan
kelas, namun respon yang diberikan siswa terlihat sangat minim, walaupun mereka secara berkelompok. Siswa justru melakukan aksi saling tunjuk
kelompok saat guru memberikan kesempatan pada siswa bercerita di depan kelas. Berdasarkan pengamatan penelitian, bahwa tidak ada satupun siswa yang
mau bercerita, sehingga guru mempunyai alternatif mengundi kelompok siswa. Hal ini diperkuat dengan hasil pengisian angket dan wawancara dengan
guru dan siswa pada tahap pratindakan. Berdasarkan hasil wawancara tahap pratindakan antara peneliti dengan guru dan siswa, guru menyatakan bahwa
keberanian siswa untuk bercerita di depan kelas sangat kurang sekali, setiap diperintah untuk bercerita, siswa beralasan tidak bisa bercerita karena tidak
mempunyai ide. Seperti halnya dengan hasil wawancara antara peneliti dengan salah satu siswa kelas VII, mereka tidak punya keberanian untuk bercerita di
depan kelas, alasan dia karena malu dengan teman-temannya dan tidak mempunyai ide untuk bercerita.
Pengisian angket menyatakan bahwa siswa tidak berani bercerita di depan kelas yaitu sebanyak 14 siswa dari keseluruhan siswa kelas VII MTs
Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan. Berdasarkan hasil angket bahwasannya 14 siswa kurang berani tampil di depan kelas untuk bercerita, karena siswa
merasa malu, grogi, tidak bisa cerita dan tidak mempunyai ide untuk bercerita. Hal tersebut mengakibatkan, ekspresi tidak muncul, dan pandangan mata hanya
tertunduk pada buku paket saja. Hasil angket yang diisi oleh siswa kelas VII MTs Yanusa Pondok Pinang
Jakarta Selatan terkait dengan perlu atau tidaknya media pembelajaran yang digunakan untuk mendukung keberhasilan pembelajaran keterampilan
bercerita. Sebanyak 16 siswa menyatakan perlu adanya media pembelajaran yang diharapkan bisa mendukung keberhasilan pembelajaran keterampilan
bercerita. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan hasil angket dapat
disimpulkan secara keseluruhan bahwa sebagian besar siswa kurang berani tampil bercerita. Hal ini disebabkan karena siswa malu, grogi, tidak bisa
bercerita dan takut salah jika bercerita di depan kelas. Menurut hasil tes yang
dilakukan pada saat survei awal diketahui bahwa keterampilan bercerita siswa kelas VII MTs Yanusa Pondok Pinang Jakarta Selatan masih tergolong rendah,
karena belum mencapai batas kelulusan sekolah rata-rata 70. Keterampilan awal dilihat dari hasil tes pratindakan awal yang dilakukan sebelum dikenai
tindakan. Skor rata-rata kelas tiap aspek untuk mengetahui keterampilan bercerita maka setiap aspek tersebut dihitung. Hasil penelitian dari kegiatan
pratindakan keterampilan bercerita siswa sebelum dikenai tindakan bahwaYns 1, Yns 3, Yns 5, Yns 8, Yns 9, Yns 11, Yns 12, Yns 14, Yns 16, Yns 18, Yns
19, Yns 20, kurang berani tampil bercerita di depan kelas. Mereka masih terlihat grogi, malu, tegang, bahkan wajahnya ditutup dengan kertas sehingga
ekspresi tak muncul. Misalnya saja siswa yang berinisial Yns 14, dia tertunduk malu dengan sesekali melirik guru, sambil tangan kanannya memegangi rok,
Yns 3, terlihat badannya bergoyang-goyang, dan tangan kanannya membawa penggaris dan dipukul-pukul ke kaki, dan Yns 5, dia mempunyai suara keras
namun tidak serius, banyak tertawa, dan ketika ia ditertawai oleh temannya, dia langsung berkata
”wah, nanti dulu bu , lha lu ketawa mulu ye”.
Tabel : 4.1 Skor Penilaian Keterampilan Bercerita Kelas VII Tahap
Pratindakan
No Aspek
Pratindakan Kategori
Rata-rata 1.
Volume suara
56
C 2.
Pelafalan
49
C 3.
Keterampilan Mengembangkan
ide
51
C
4. Sikap penghayatan cerita
60
C 5.
Pilihan kata
50
C Jumlah
27655,2