Aspek-aspek Kepercayaan Diri Kepercayaan Diri Sejati

21 yang cukup akan dapat memberikan kekuatan lebih pada kepercayaan diri terutama penyandang tunadaksa. Tapi kalau kita lihat uraian asal-usul kepercayaan diri, percaya diri berarti mempercayai kemampuan diri sendiri.

3. Aspek-aspek Kepercayaan Diri

“Menurut Guilford ciri-ciri kepercayaan diri dapat dinilai melalui 3 aspek yaitu: a. Individu merasa adekuat keyakinan terhadap kemampuan diri Hal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan, kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Individu merasa optimis, cukup berambisi dan tidak berlebihan. Manifestasi dari keadaan ini antara lain individu mempercayai kemampuan sendiri sehingga tidak perlu bantuan orang lain, sanggup bekerja keras, mampu menghadapi tugas dengan baik dan bekerja secara efektif, serta bertanggung jawab atas keputusan dan pekerjaannya. b. Individu merasa dapat diterima oleh kelompok kemampuan bersosialisasi Hal ini didasari oleh keyakinan terhadap kemampuannya, khususnya dalam hubungan sosial. individu merasa bahwa kelompok atau orang lain menyukainya. Manifestasi dari keadaan ini antara lain individu aktif menghadapi keadaan lingkungan, berani mengemukakan apa yang menjadi ide-ide secara bertanggung jawab dan tidak mementingkan diri sendiri. c. Memiliki ketenangan sikap Hal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan dan kemampuannya. Individu merasa tenang menghadapi berbagai macam situasi. Manifestasi dari keadaan ini antara lain individu merasa tenang, tidak mudah gugup, cukup toleran terhadap berbagai macam situasi dan tidak membandingkan diri dengan orang lain.” 25

4. Kepercayaan Diri Sejati

a. Manfaat Kepercayaan Diri Kepercayaan diri sejati berbeda; lebih “hening” dan dimulai dari dalam. Dalam konteks ini, “hening” berarti kondisi alaminya tidak terganggu. Tidak ada suara keraguan, perbandingan dengan orang lain, dan 25 Teguh Iman Santoso, Pengaruh Kepercayaan Diri dan Adversity Quotient Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IX Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun Ajaran 20112012 Skripsi S1 Fakultas Psikologi UIN Syahid Jkt, 2012, h. 33 – 34. 22 rasa takut akan kegagalan, ini adalah kepercayaan diri dari dalam. “Ada segi tiga emas” antara individu, kemampuannya, dan momen yang ada. 26 Dari keterangan di atas penulis bisa sebutkan manfaat bagi penyandang tunadaksa yang sudah mempunyai kepercayaan diri sejati adalah: 1. Tidak ada keraguan pada diri walaupun belum ada kepastian 2. Tidak ada perbandingan dengan orang lain walaupun kondisi fisik tak sempurna 3. Tidak ada rasa takut akan kegagalan walaupun akan terasa sulit 4. Tidak mengkhawatirkan anggapan orang lain yang akan merendahkan. b. Siklus Kepercayaan Diri Di dalam kepercayaan diri terdapat siklusnya: Gambar. 1 Siklus Kepercayaan Diri Sebagai contoh, Jika pimpinan meminta pegawainya mengunci kantor setelah selesai bekerja, dan pegawai melakukannya dengan teratur, 26 Martin Perry, Confidence Boosters, Pendongkrak Kepercayaan Diri, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2013, h. 10 . 23 ia akan semakin percaya sama pegawai tersebut. Mengetahui hal ini, pegawai akan menyelesaikan tugas dengan kepercayaan diri yang meningkat sehingga memperkuat kepercayaan pimpinan pada pegawai. Begitulah siklus kepercayaan diri berputar. 27 Penulis juga dapat menggambarkan contoh lain yang sering terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Jika sebuah bengkel memperbaiki mobil pelanggannya dengan sangat baik, pelanggan akan merekomendasikan kepada teman-temannya, karena pelanggan percaya sepenuhnya terhadap kemampuan bengkel tersebut. Pelanggan percaya kepada sang mekanik karena ia yakin akan pekerjaannya. Hasilnya, orang lain percaya pada mekanik tersebut karena kepercayaan pelanggan padanya dan kepercayaan orang pada pelanggan. 28 Siklus kepercayaan diri yang bisa penulis pahami adalah pelanggan membuat orang lain mempercayai pelanggan dengan memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri dan orang lain. Pelanggan bisa memberi orang lain alasan untuk mempercayainya. Penyandang tunadaksa akan mendapatkan kepercayaan diri, jika ia dapat mempercayai dirinya sendiri dan orang lain. Setelah itu orang lain pun akan mempercayainya sampai munculah kepercayaan diri pada penyandang tunadaksa tersebut dari dalam dirinya sendiri. c. Kepercayaan Diri yang Sangat Tinggi 27 Martin Perry, Confidence Boosters, Pendongkrak Kepercayaan Diri, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2013, h. 10-11. 28 Ibid., h. 11. 24 Salah satu ciri kepercayaan diri sejati adalah mempunyai kepercayaan diri yang sangat tinggi. Penyandang tunadaksa yang sangat percaya diri yakin bahwa mereka akan sukses. Mereka berfokus pada kemampuan dan keinginan sendiri. Sikap ini ditambah dengan dorongan kemauan yang kuat, yaitu hasrat untuk mencapai kesuksesan dengan resiko apapun. Setiap kesuksesan yang mereka raih menambah harga diri mereka. Hasrat untuk sukses tidak membiarkan mereka terlena. Menurut pendapat Martin Perry, orang yang sangat percaya diri yakin sepenuhnya bahwa mereka akan berhasil. Kalaupun tidak, hal itu tidak mengurangi keyakinan bahwa mereka akan berhasil suatu saat nanti. 29 Menurut penulis tipe orang seperti itu merupakan orang yang mau terus belajar dari kegagalan dan keterbatasan. Kepercayaan diri seperti ini tidak menutup kemungkinan muncul pada penyandang tunadaksa. Contoh orang yang sangat percaya diri adalah seorang yang sehat secara fisik, tampancantik yang karena suatu hal kecelakaan mereka mengalami kecacatan tunadaksa, tetapi kemudian bangkit kembali melalui sebuah petualangan baru dan usaha baru yang membuat tetap percaya diri dengan keadaannya yang tunadaksa. Atau penyandang tunadaksa yang dianggap berbeda dikalangan teman-temannya ternyata dapat menghafal al-Qur’an ditengah keterbatasan fisiknya. Penyandang tunadaksa yang percaya diri siap meraih hasil yang mereka inginkan. Mereka fokus pada kekuatan mereka dalam segala 29 Martin Perry, Confidence Boosters, Pendongkrak Kepercayaan Diri, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2013, h. 13. 25 situasi. Ketika mereka sudah pernah sukses dan pengalaman itu meyakinkan mereka bahwa mereka bisa sukses lagi. Arti kesuksesan mereka dalam dan ikatan kepercayaan antara diri dan kemampuan mereka sangat kuat. Untuk itulah kepercayaan diri yang sangat tinggi amat penting untuk para penyandang tunadaksa dan tidak menutup kemungkinan kepercayaan diri mereka dapat muncul lebih baik dari pada orang yang normal secara fisik pada umumnya.

5. Kepercayaan Diri Sosial

Dokumen yang terkait

Gambaran Tingkat Stres Orang Tua dengan Anak Tunagrahita dan Tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Medan Tahun 2013

18 124 89

Efektivitas Pelaksanaan Program Pelayanan Sosial Terhadap Penyandang Tuna Daksa Oleh Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Medan.

17 80 89

Pengaruh Pelayanan Pusat Rehabilitasi Anak Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Medan Terhadap Keterampilan Penyandang Tuna Grahita

12 125 92

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TENTANG PROGRAM BINA DIRI (SELF-CARE) DENGAN KEMANDIRAN ANAK TUNADAKSA DI YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) KOTA MALANG

2 8 32

Peranan guru agama islam dalam pembinaan siswa di SMPN 31 Kebayoran Lama Jakarta Selatan

0 7 81

Upaya bimbingan Islam bagi anak tunagrahita di SLB-C Khrisna Murti Kebayoran Baru Jakarta Selatan

0 17 73

PEMBELAJARAN INSTRUMEN KEYBOARD PADA SISWA PENYANDANG TUNA DAKSA DI YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SEMARANG

4 29 129

PENERAPAN MUSIK SEBAGAI MEDIA TERAPI FISIK MOTORIK BAGI ANAK PENYANDANG CEREBRAL PALSY DI YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SEMARANG

3 40 131

PROBLEMATIKA BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK PENYANDANG TUNA DAKSA DI YAYASAN PEMBINAAN Problematika Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Anak Penyandang Tuna Daksa Di Yayasan Pembinaan Anak Cacat Cabang Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 15

PROBLEMATIKA BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK PENYANDANG TUNA DAKSA DI YAYASAN PEMBINAAN Problematika Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Anak Penyandang Tuna Daksa Di Yayasan Pembinaan Anak Cacat Cabang Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 13