34
dan logis.
18
Metode yang tepat merupakan bagian dari strategi komunikasi dakwah untuk meningkatkan partisipasi jama’ah dalam upaya pengembangan nilai-nilai Islam
di masyarakat. Oleh karena itu, di era globalisasi ini, sangat dianjurkan metode-metode
dakwah yang tidak kaku dan terkesan kolot, namun dapat lebih interaktif dengan memanfaatkan perkembangan tekhnologi komunikasi yang semakin canggih dan
akrab dengan kehidupan manusia. Sehingga dakwah Islam dapat diterima di seluruh lapisan masyarakat di segala zaman.
D. Keutamaan Partisipasi Jama’ah dalam Dakwah
1. Fungsi Jama’ah
Jama’ah merupakan produk dakwah yang pada akhirnya akan berkembang menjadi basis pengembangan masyarakat. Tentunya, dengan menimbang kondisi
umat Islam yang mulai terpecah belah karena saling meninggikan baju kebesaran kelompok masing-masing. Ilmu pengetahuan dan juga budaya masyarakat lambat
laun bergeser kiblat ke dunia Barat, menyadarkan kita tentang urgensi berjama’ah.
Islam sebagai satu-satunya agama Allah telah menegaskan bahwa bentuk pemikiran apapun di luar sumber ajaran agama Islam, berpotensi untuk
menggoyahkan aqidah ummat. Urgensi ini melahirkan dua fungsi jama’ah. Yaitu,
sebagai basis pengembangan masyarakat dan sebagai jama’ah inti dakwah.
18
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000, hal. 9.
35
Jama’ah sebagai basis pengembangan masyarakat dibentuk melalui aktivitas dakwah yang mengikuti beberapa prinsip dasar. Pertama, orientasi pada
kesejahteraan lahir dan batin masyarakat luas. Dakwah tidak sekedar merumuskan sebagian masyarakat saja, tetapi direncanakan sebagai usaha membenahi
kehidupan sosial bersama masyarakat agar penindasan, ketidakadilan, dan kesewenang-wenangan tidak lagi hidup di tengah-tengah masyarakat. Hal ini
selaras dengan firman Allah Swt dalam surat Ali-Imron ayat 110:
110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik Q.S Ali-
Imron:110
Kedua, dakwah pengembangan masyarakat pada dasarnya adalah upaya
melakukan social engineering rekayasa sosial untuk mendapatkan suatu tatanan kehidupan sosial yang lebih baik serta berlandaskan nilai-nilai Islam.
Sayyid Quthub berpendapat bahwa gerakan dakwah menghendaki adanya sekelompok orang yang secara khusus memusatkan perhatian dalam bidang dakwah.
Kelompok inilah yang disebut dengan jam a’ah inti yang secara fungsional bertugas
melaksanakan dan menggerakkan dakwah dalam lingkungannya.
19
Dalam pandangan
19
Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harokah, Jakarta: Penamadani, 2008, hal. 257.
36
Sayyid Quthub, keberadaan jama’ah inti sangatlah mutlak karena ia dipersepsi sebagai mediator yang mempresentasikan system Islam dalam kehidupan nyata.
Dalam komunitas ini, kebajikan dan kebenaran akan tumbuh tanpa banyak daya karena dukungan dari jama’ah inti. Ia juga bertanggung jawab bagi perkembangan
Islam dengan cara memperluas wilayah dan jaringanya secara bertahap untuk membentuk umat Islam yang dicita-citakan.
2. Partisipasi Sebagai Alat Mobilisasi Dakwah
Toto Tasmara dalam buku Komunikasi Dakwah, bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communicare yang artinya partisipasi atau komunikasi juga
bisa berasal dari kata commones yang artinya sama. Dengan demikian, secara sangat sederhana, dapat kita katakan bahwa seseorang yang berkomunikasi berarti
mengharapkan agar orang lain dapat ikut serta berpartisipasi atau bertindak sama sesuai dengan tujuan, harapan atau isi pesan yang disampaikannya.
20
Geliat partisipasi memliki dampak yang besar terhadap kemajuan suatu bangsa, Negara, organisasi, partai politik, dan sebagainya. Karena pada hakikatnya,
manusia adalah makhluk social yang tidak dapat mencapai tjuannya sendiri. Antara manusia yang satu dengan yang lain bersingungan dengan kebutuhan dan
kepentingan yang akan mudah dicapai bila dilakukan bersama-sama. Contoh dasar ketika seseorang ingin menjadi presiden. Maka, dapat dipastikan ia membutuhkan
dukungan dari banyak orang dan keikutsertaan orang lain untuk membantu
20
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah. Jakarta: Graha Media Pratama, 1997, h.1.