27
Innovator senang mendapatkan pengetahuan keagamaan yang baru dipelajari
Early adapters cepat bersedia mengamalkan ajaran agama yang baru diterima
Early majority cepat menerima ajaran agama jika orang lain banyak yang menerima
Majority menerima atau menolak dalam jumlah besar terbatas pada suattu daerah
Non-Adopters tidak suka pengetahuan keagamaan bagi mereka yang belum pernah mempelajari agama sebelumnya
Bagi lakon dakwah, untuk memahami mad’u sebelum menyampaikan dakwah merupakan salah satu strategi yang sangat penting. Oleh sebab itu, masalah
masyarakat ini harus dipelajari dengan sebaik-baiknya sebelum melangkah ke aktivitas dakwah yang sesungguhnya. Agar dakwah bisa diterima oleh seluruh lapisan
masyarakat.
d. Waktu dan Tempat
Penentuan waktu dan tempat mempunyai pengaruh bagi kelancaran dakwah. Lokasi haruslah memiliki segi yang menguntungkan. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan tempat atau lokasi ialah; macam kegiatan dakwah yang
28
akan dilaksanakan, sumber tenaga pelaksana, fasilitas atau alat yang diperlukan, serta keadaan lingkungan.
13
Sedangkan penentuan waktu sangat berkaitan dengan urutan pelaksanaan dan penyelesaian dari kegiatan dawah. Dengan diketahuinya kapan setiap kegiatan
dakwah itu harus dilakukan, maka para pelaku dakwah dapat mempersiapkan materi, fasilitas, dan biaya yang perlu dikeluarkan untuk menunjang kegiatan dakwah. Di
samping itu. Akan memudahkan pimpinan dakwah untuk mengorganisir dan mngkoordinir peserta jama’ah dakwah secara efisien dan efektif.
e. Tema
Tema merupakan inti pesan yang akan disampaikan oleh da’i komunikator
kepada mad’unya komunikan. Karena itu, tema menjadi penting. Dalam menentukan te
ma, maka perlu lah seorang da’i atau organisasi dakwah mempelajari problemat
ika ummat yang sesuai dengan kondisi lingkunan mad’u. tema merupakan fikrah utama yang akan mengantarkan pesan dakwah pada efek yang diharapkan dan
mengawa l da’i agar tidak keluar dari substansi pesan ketika menyampaikan dakwah.
f.
Publikasi Penyebaran Informasi
Efektivitas komunikasi sangat ditentukan oleh cara penyampaian dan nilai dari informasi yang akan disampaikan. Oleh sebab itu, sebelum dilakukan penyebaran,
ada baiknya informasi diteliti terlebih dahulu. Berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan dakwah, maka informasi tersebut harus
diteliti terlebih dahulu apakah
13
Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1997, hal. 75.
29
waktu, tempat, dan tema yang dicantumkan telah sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Baru kemudian, informasi tersebut didistribusikan kepada khalayak.
Efektivitas strategi publikasi juga dapat dilihat dari menarik tidaknya kemasan suatu informasi. di era cyber saat ini, mengkombinasikan antara pesan dengan visual
sangatlah mudah. pihak informasi harus berupaya untuk membangkitkan perhatian khalayak sehingga mereka tertarik untuk berpartisipasi dalam kegiatan dakwah.
B. Dimensi-Dimensi Partisipasi
1. Partisipasi Sebuah Konsep
Secara terminologi, partisipasi berasal dari kata „participate’ yang artinya
mengikutsertakan. Menurut FAO 1986, partisipasi memiliki beberapa definisi
14
,
yaitu:
Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau
sekelompok terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal.
Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan
yang ditentukannya sendiri.
Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan.
Partisipasi sebagai bentuk kepedulian dalam upaya pengaktualisasikan diri, di mana seorang partisipan terlibat atau melibatkan diri dalam suatu kegiatan.
14
Britha Mikkelsen, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003, hlm. 64.