28
dividen yang akan dibagikan. Informasi ini juga berguna bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan. Selain itu
juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan.
Perhitungan laba per lembar saham diatur dalam PSAK No.56 2010 yang menyatakan dua macam laba per lembar
saham : a Laba per lembar saham dasar adalah jumlah laba pada suatu
periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar dalam periode pelaporan.
b Laba per lembar saham dilusian adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang
beredar selama periode pelaporan dan efek lain yang asumsinya diterbitkan bagi semua efek berpotensi saham
biasa yang sifatnya dilutif yang beredar sepanjang periode pelaporan. Laba per lembar saham EPS dapat dicari
dengan rumus sebagai berikut :
b. Dividend Payout Ratio Theory
Kebijakan dividen sering dianggap sebagai signal bagi investor dalam menilai baik buruknya perusahaan. Hal ini disebabkan karena
kebijakan dividen dapat membawa pengaruh terhadap harga saham
29
perusahaan. Dengan demikian seberapa besar porsi laba yang akan dibagikan dalam bentuk dividen dan seberapa besar porsi laba yang
akan ditahan untuk diinvestasikan kembali, merupakan masalah yang cukup serius bagi pihak manajemen.
Terdapat sejumlah perdebatan seputar bagaimana kebijakan dividen mempengaruhi nilai perusahaan, yaitu:
1 Dividen tidak relevan
Teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak relevan terhadap tingkat kesejahteraan pemegang saham,
dikemukan Martin, Petty, Keown, and Scott 1991; Miller 1986; Miller dan Modigliani 1961 dalam Hatta 2002. Dasar
pemikiran yang dikemukakan adalah dalam kondisi bahwa keputusan investasi yang given, pembayaran dividen tidak
berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. Nilai perusahaan lebih ditentukan oleh earning power dari aset
perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi.
2 Dividen relevan
Menurut Gordon 1959, dalam dunia realita pasar bersifat tidak sempurna. Kelemahan dari teori irrelevant ini mendorong
munculnya teori yang lebih realistis yang menganggap bahwa dividen memiliki relevansi atau efek terhadap nilai perusahaan.
Model-model ekplanasi kebijakan dividen yang berada dalam
30
cakupan the relevance of dividend proposition antara lain: bird in the hand theory, tax differentiation theory, clientele effect,
dividend signaling theory dan agency theory . a
Bird in the Hand Theory
Teori ini berasal dari pemikiran Gordon 1959 yang berangggapan bahwa investor memandang suatu burung di
tangan lebih berharga dari pada seribu burung di udara. Maksudnya adalah bahwa investor menilai dividend payout
lebih besar daripada pertumbuhan g, karena mereka merasa lebih yakin jika menerima dividen dibandingkan jika
menerima capital gain dari laba yang ditahan. Argumen dari Gordon tersebut dapat disimpulkan bahwa dividen dapat
meningkatkan tingkat kesejahteraan pemegang saham. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi dividend payout ratio,
maka semakin tinggi pula nilai dari perusahaan.
b Tax Differentiation Theory
Teori ini dikemukakan oleh Litzenberger dan Ramaswamy 1979 dalam Hatta 2002. Pandangan yang
dikemukakannya bahwa semakin tinggi dividend payout ratio suatu perusahaan, maka nilai perusahaan tersebut akan
semakin rendah. Hal ini didasarkan pada pemikiran jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif yang lebih rendah
daripada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki
31
pertumbuhan yang tinggi akan menjadi lebih menarik dan lebih banyak diminati. Dari argumen di atas dapat
disimpulkan bahwa dividen dapat menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat dikarenakan tarif pajak yang
tinggi atas dividen. Penurunan tingkat kesejahteraan pemegang saham akan mengakibatkan penurunan nilai
perusahaan.
c Clientile Effect
Berkaitan dengan clientile effect, terdapat dua kelompok investor, yaitu investor yang lebih menyukai
untuk memperoleh pendapatan saat ini dalam bentuk pembagian dividen, namun ada pula investor yang menyukai
untuk menginvestasikan kembali pendapatan mereka, karena investor ini berada dalam tarif pajak yang cukup tinggi.
Dengan adanya dua kelompok tersebut, maka ada kecenderungan perusahaan untuk enggan melakukan
perubahan kebijakan dividen. Hal ini disebabkan perubahan kebijakan dividen akan mengakibatkan beberapa investor
akan menjual sahamnya, dan sebagai akibatnya harga saham akan mengalami penurunan.
d Dividend Signalling Theory
Teori dividen
ini mendasari
dugaan bahwa
pengumuman dividen
tunai mempunyai
kandungan
32
informasi yang mengakibatkan adanya reaksi kenaikan harga saham. Sebaliknya penurunan dividen pada umumnya
menyebabkan harga saham turun. Teori ini menjelaskan bahwa informasi tentang perubahan dividen yang dibayarkan
digunakan oleh investor sebagai sinyal tentang prospek perubahan di masa yang akan datang. Hal ini berarti bahwa
dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
e Agency Theory of Dividend
Menurut agency theory Jensen and Meckling, 1976, salah satu pendekatan untuk meminimumkan agency
problem adalah dengan mekanisme pembayaran dividen. Dengan melakukan pembayaran dividen pemegang saham
melihat bahwa pengelola perusahaan telah melakukan tindakan yang sesuai dengan keinginan mereka sehingga
akan mengurangi agency problem. Berkurangnya agency problem akan menurunkan agency cost. Semakin rendah
agency cost mengakibatkan peningkatan kesejahteraan pemegang saham dan akibatnya nilai perusahaan akan
meningkat.
c. Faktor-Faktor dalam Menentukan Dividend Payout Ratio