121
adalah pengujian autokorelasi dengan menggunakan run test pada
halaman berikutnya. Tabel 4.16
Uji Autokorelasi- Run Test
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Value
a
-.03634 Cases Test Value
70 Cases = Test Value
70 Total Cases
140 Number of Runs
66 Z
-.848 Asymp. Sig. 2-tailed
.396 a. Median
Sumber : Output SPSS 19 Dari hasil pengujian yang diperoleh dalam tabel 4.16 menunjukkan
nilai test adalah -0,03634 dengan probabilitas 0,396 yang berarti diatas signifikansi 0,05 0,396 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
residual acak atau random, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi R
2
pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai
koefisien determinasi R
2
adalah nol sampai dengan satu. Apabila angka koefisien determinasi semakin mendekati satu maka pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen adalah semakin kuat, yang berarti
122
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen Ghozali, 2011.
Pengujian goodness of fit dari model regresi yang diperoleh dari nilai adjusted R
2
diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.17 Uji Goodness of Fit
Koefisien Determinasi Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.562
a
.315 .290
.60462 a. Predictors: Constant, KA, Ln.DPR, Ln.KM, KI, CH
b. Dependent Variable: Ln.Q Sumber : Output SPSS 19
Dari tampilan output SPSS 19 terlihat bahwa besarnya nilai koefisien korelasi R = 0,562 yang menunjukkan bahwa derajat hubungan korelasi
antara variabel independen dengan variabel dependen sebesar 56,2. Artinya Nilai Perusahaan Ln.Q mempunyai hubungan yang kuat 0,51
– 0,75 dengan Struktur Kepemilikan yang diwakili oleh Kepemilikan Manajerial
Ln.KM dan Kepemilikan Institusional Ln.KI, Dividend Payout Ratio Ln.DPR, Cash Holding Ln.CH, dan Kualitas Audit KA karena diperoleh
nilai koefisien korelasi berada antara 0,51 sampai dengan 0,75 0,51 – 0.75,
maka hubungan kuat antara variabel dependen dengan variabel independen. Adapun besarnya adjusted R
2
diperoleh sebesar 0,290. Hal ini berarti bahwa hanya 29,0, variabel dependen yaitu Nilai PerusahaanLn.Q dapat
dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu Kepemilikan Manajerial Ln.KM, Kepemilikan Institusional Ln.KI, Dividend Payout Ratio
123
Ln.DPR, Cash Holding Ln.CH dan Kualitas Audit KA. Hal ini menandakan bahwa masih rendah atau lemahnya kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen. Sedangkan sisanya sebesar 71,0 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model regresi.
Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan diantaranya adalah mekanisme Corporate Governance CG yang diukur dengan ukuran
dewan direksi, Board Intensity atau pertemuan dewan perusahaan, dan board independen. Peningkatan ukuran dewan direksi akan memberikan manfaat
bagi perusahaan karena terciptanya jaringan dengan pihak luar perusahaan dan menjamin ketersediaan sumber daya perusahaan Maryanah, 2008 dalam
Rahmawati dan Febrien, 2009. Jumlah board independence dewan komisaris independen yang
meningkat disesuaikan dengan kondisi perusahaan berarti, pengawasan atas pengelolaan perusahaan oleh dewan komisaris independen semakin baik,
sehingga kinerja perusahaan akan meningkat dan nilai perusahaan akan meningkat. Komponen lainnya yang juga dapat mempengaruhi nilai
perusahaan, menurut Kallapur dan Trombley 2001 dalam Rachmawati dan Triatmoko 2007 adalah Investment Oppurtunity Set IOS karena
kesempatan investasi perusahaan merupakan salah satu komponen penting dari nilai pasar. Hal tersebut disebabkan karena IOS perusahaan akan
mempengaruhi cara pandang manajer, pemilik, investor dan kreditor terhadap pertumbuhan perusahaan berdasarkan investasinya.
124
4. Pengujian Hipotesis