Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Dividend Payoud Ratio, Cash Holding, dan Kualitas Audit terhadap Nilai Perusahaan ( Studi Em piris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007 - 2011 )

(1)

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, DIVIDEND PAYOUT RATIO, CASH HOLDING DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP

NILAI PERUSAHAAN

( Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007-2011 )

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi

Oleh : Marchia Sulistiani NIM : 109082000185

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Kamis, 20 Juni 2013 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. Nama : Marchia Sulistiani

2. NIM : 109082000185

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Dividend Payout Ratio, Cash Holding, dan Kualitas Audit terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007 - 2011 ).”

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Marchia Sulistiani 2. Tempat & Tanggal Lahir : Bogor, 9 Maret 1991 3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Alamat : Jalan Raya Muchtar RT/RW. 01/05 No. 48, Sawangan Baru, Depok

6. Telepon : 089635669331/ 083812843769 7. Email : evo.lucy@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

1997-2003 : SD Negeri 01Sawangan Depok 2003-2006 : SMP Negeri 2 Depok

2006-2009 : SMA Negeri 1 Depok

2009-2013 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Bendahara Ekstrakurikuler Angklung SMA Negeri 1 Depok periode 2008 2. Anggota ROHIS SMA Negeri 1 Depok periode 2006-2009


(7)

ABSTRACT

The purpose of this research is to examine the influence of ownership structure consist of: managerial ownership and institutional ownership, dividend payout ratio, cash holding, and audit quality toward firm’s value , a empirical study in go public companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2007 to 2011. The population in this research is all companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX). The sampling method in this research is purposive sampling with 140 companies as population and 28 companies as samples.

The criteria used in sample selection process were that the nonfinancial and non BUMN companies were included and still registered in in Indonesia Stock Exchange on January 1, 2007 to 2011 and currently the shares of the companies are still actively traded. This research uses multiple regression linear analysis method with SPSS program version 19.0.The analysis technique used in this research is assumption classic test, test the hypothesis F-statistic to test the effect together with the 5% confidence level and using the t-statistics for testing the partial regression coefficient.

The result of this research that simultaneously ownership structure including: managerial ownership and institutional ownership,dividend payout ratio, cash holding and audit quality (P = 0.000 < α = 0.05 )significant influence toward firm’s value with the proxy Tobin’s Q. While partially number of independent managerial ownership (P = 0.000 < α = 0.05)and dividend payout ratio (P = 0.040 < α = 0.05)had a significant influence toward firm’s value, the institutional ownership (P = 0.679 > α = 0.05), cash holding (P = 0.271 > α = 0.05)and audit quality (P = 0.872 > α = 0.05)did not have significant influence toward firm’s value. Regression equation obtained is Ln.Q = - 0,514 – 0,124 Ln.KM + 0,001 KI + 0,123 Ln.DPR + 0,076 CH – 0,021 KA + e

Keywords: Ownership structure, dividend payout ratio, cash holding, audit quality, firm’s value.


(8)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan yang meliputi: kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding dan kualitas audit terhadap nilai perusahaan, studi empiris pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah populasi sebesar 140 perusahaan dan sampel sebesar 28 perusahaan.

Kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu perusahaan non-keuangan dan non -BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia per 1 Januari 2007-2011 dan perusahaan masih tercatat di BEI dan saham perusahaan masih aktif diperdagangkan hingga saat ini. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan program SPSS versi 19. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji asumsi klasik, uji hipotesis F-statistik untuk menguji pengaruh secara bersama-sama dengan tingkat kepercayaan 5% serta menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan struktur kepemilikan yang meliputi: kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding, dan kualitas audit (P = 0.000 < α = 0.05) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan proxy Tobin’s Q. Sementara secara parsial kepemilikan manajerial (P = 0.000 < α = 0.05) dan dividend payout ratio (P = 0.040 < α = 0.05) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan institusional (P = 0.679 > α = 0.05), cash holding (P = 0.271 > α = 0.05) dan audit quality (P = 0.872 > α = 0.05) tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Persamaan regresi yang diperoleh Ln.Q = - 0,514 – 0,124 Ln.KM + 0,001 KI + 0,123 Ln.DPR + 0,076 CH – 0,021 KA + e

Kata Kunci : Struktur kepemilikan, dividend payout ratio, cash holding, kualitas audit, nilai perusahaan.


(9)

KATA PENGANTAR

Al ‘ilmu bilaa ‘amalin kaassyajarin bilaa tsamarin

Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Segala puji dan syukur hanya bagi ALLAH

SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita semua karena hanya dengan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Dividend Payout Ratio, Cash Holding, dan Kualitas Audit Terhadap Nilai Perusahaan” (Studi Empiris Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007-2011) ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, selaku uswatun hasanah bagi setiap rangkaian kehidupan kita, beserta para sahabat, keluarga dan pengikutnya.

Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan rintangan, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materi dalam penyusunan skripsi ini kepada:

1. Keluargaku tercinta, Ayahanda dan Ibunda, Sulistianto dan Zulfah, serta kedua adikku, Karina dan Asti, atas do’a, dukungan, kesabaran dan keikhlasan yang tidak henti-hentinya. Semoga kita dapat menjadi anak yang menjalani harapan setiap kedua orang tua yang ada di dunia ini. Amiiin.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku Dosen Pembimbing I atas waktu yang telah diluangkan untuk ilmu, arahan dan nasehatnya selama penyusunan skripsi ini

4. Ibu Wilda Farah, SE, Ak, M.Si selaku Dosen Pembimbing II atas waktu yang telah diluangkan untuk ilmu, bantuan dan motivasinya selama penyusunan skripsi ini


(10)

5. Ibu Dr. Rini, SE, Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dosen Penguji skripsi penulis.

6. Ibu Hepy Prayudiawan, SE, Ak., MM selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Dosen Penguji komprehensif penulis.

7. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si selaku Dosen Penguji komprehensif penulis. 8. Bapak Zaenal Muttaqin, MPP selaku Dosen Penguji komprehensif penulis. 9. Bapak Herni Ali HT, SE, MM selaku Dosen Penguji skripsi penulis. 10.Bapak Dr. Amilin, SE, Ak., M.Si selaku Dosen Penguji skripsi penulis. 11.Bapak Prof. Dr. Azzam Jassin, MBA selaku Dosen Pembimbing Akademik 12. Para Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu dan perhatiannya kepada para mahasiswanya tidak terkecuali penulis

11. Seluruh Staff Bagian Keuangan, Akademik, Jurusan dan Fakultas atas pelayanannya selama ini

12. Kawan-kawan seperjuangan Akuntansi E dan Audit B ’09

13. Sahabat-sahabat seperjuangan Archie, Eva, Anggun, Enny, Wahid, Erna, Mawar dkk, Alun dkk dan Via dkk untuk setiap pengalaman terbaik yang pernah kita rasakan (terima kasih atas semangat, canda dan dukanya selama ini) dan kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu.

Semoga ALLAH SWT membalas semua kebaikan mereka serta ilmu, amal dan iman yang kita miliki dapat diterima di sisi-Nya. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis mempersembahkan skripsi ini kelak dapat bermanfaat kepada semua pihak yang berkepentingan. Semoga ALLAH SWT senantiasa mengiringi setiap langkah kita. Amiiin yaa rabbal ‘aalamiin.


(11)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi ... i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif……… ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ……… iii

Surat Pernyataan Keaslian Skripsi ………... iv

Daftar Riwayat Hidup ……… v

Abstract ……… vi

Abstrak ……...………... vii

Kata Pengantar………... viii

Daftar Isi ………...…... x

Daftar Tabel ………...……. xv

Daftar Gambar ……….………...………... xvii

Daftar Lampiran………..………..……….. xviii

BAB I. PENDAHULUAN………..……….………... 1

A. Latar Belakang Penelitian……….………... 1

B. Perumusan Masalah……...…………...………... 14

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan …..………... 15

1. Tujuan Penelitian………..…… 15

2. Manfaat Penelitian………..……. 16

a. Bagi Ilmu Pengetahuan………..………...……… 16

b. Bagi Perusahaan………....…... 16

c. Bagi Pemerintah………..…………. 16


(12)

e. Bagi Akuntan Publik ………. 17

f. Bagi Akademisi, Peneliti dan Pembaca…….………... 18

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA…..………...………. 19

A. Tinjauan Literatur…...……………...……… 19

1. Agency Theory (Teori Keagenan.……..…………...……….. 19

2. Struktur Kepemilikan………..….….…...………... 22

a. Kepemilikan Manajerial...………..…...……… 22

b. Kepemilikan Institusional………. 24

3. Dividend Payout Ratio……..……….………... 26

a. Pengertian Dividend Payout Ratio…..………….………. 26

b. Dividend Payout Ratio Theory………….…….…..…... 28

c. Faktor-faktor dalam Menentukan Dividend Payout Ratio………... 32

4. Cash Holding……………….…...………. 35

a. Pengertian Cash Holding………... 35

b. Cash Holding Theory...……….…... 38

5. Kualitas Audit...……….. 40

6. Nilai Perusahaan..…….……….. 42

B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis…... 46

1. Struktur Kepemilikan ……….………...…..…... 46

a. Hubungan Kepemilikan Manajerial dengan Nilai Perusahaan………. 47

b. Hubungan Kepemilikan Institusional dengan Nilai Perusahaan………...…… 48


(13)

2. Hubungan Dividend Payout Ratio dengan Nilai

Perusahaan……….…... 50

3. Hubungan Cash Holding dengan Nilai Perusahaan….…… 51

4. Hubungan Kualitas Audit dengan Nilai Perusahaan...…… 52

5.Hubungan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividend Payout Ratio, Cash Holding dan Kualitas Audit dengan Nilai Perusahaan…………..…... 53

C. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu...………...………… 54

D. Kerangka Pemikiran…….……….……..………... 62

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.……….………... 64

A. Ruang Lingkup Penelitian………... 64

B. Metode Penentuan Sampel…...………... 64

C. Metode Pengumpulan Data…..………. 65

D. Metode Analisis Data.………... 66

1. Analisis Stasistik Deskriptif……..………... 67

2. Uji Asumsi Klasik…….………... 68

a. Uji Normalitas Data……….….…… 68

b. Uji Multikolonieritas……….……….…….. 71

c. Uji Heteroskedastisitas …………..………….…………. 72

d. Uji Autokorelasi ...……….…...……….…... 73

3. Analisis Regresi Berganda………...……...…… 74

4. Koefisien Determinasi………. 76

5. Pengujian Hipotesis………... 77


(14)

b. Pengujian secara Parsial (Uji t)..……….. 78

E. Operasional Variabel Penelitian ……….……... 79

1. Variabel Dependen…..……….... 79

a. Nilai Perusahaan………..………..…. 79

2. Variabel Independen………...……….……... 80

a. Struktur Kepemilikan………..… 81

b. Dividend Payout Ratio………..……...……... 83

c. Cash Holding………..………...………..…. 84

d. Kualitas Audit………...…..…. 84

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN………...……….. 89

A. Gambaran Umum Objek Penelitian…………...…………..… 89

B. Hasil Analisis dan Pembahasan……… 91

1. Statistik Deskriptif……….... 91

a. Nilai Perusahaan…….………..… 92

b.Struktur Kepemilikan………..…………..… 95

b. Dividend Payout Ratio………..……..……... 102

c. Cash Holding………..………...…..……….... 105

d. Kualitas Audit……….. 108

2. Uji Asumsi Klasik………... 110

a. Uji Normalitas...………...……… 111

b. Uji Multikolonieritas……….... 118

c. Uji Heteroskedastisitas..………..………... 119

d. Uji Autokorelasi………..……. 120


(15)

4. Pengujian Hipotesis….………. 125

a. Pengujian secara Simultan (Uji F)..……….. 125

b. Pengujian secara Parsial (Uji t)……… 126

BAB V. PENUTUP ………. 143

A. Kesimpulan………..…….... 143

B. Implikasi………...………... 145

C. Keterbatasan dan Saran………... 148

1. Keterbatasan………... 148

2. Saran ………...……...………... 150

DAFTAR PUSTAKA…………...……….….. 151


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu 58

3.1 Definisi Operasional Variabel dan Indikatornya 86

4.1 Rincian Sampel Penelitian 89

4.2 Daftar Nama Perusahaan 90

4.3 Hasil Statistik Deskriptif 92

4.4 Nilai Perusahaan (Q) 93

4.5 Kepemilikan Manajerial (KM) 96

4.6 Kepemilikan Institusional (KI) 99

4.7 Dividend Payout Ratio (DPR) 103

4.8 Cash Holding 106

4.9 Kualitas Audit 109

4.10 Hasil Uji Skewness dan Kurtosis (Sebelum Transformasi) 112

4.11 Hasil Uji Skewness dan Kurtosis (Setelah Transformasi) 113

4.12 Uji Normalitas : Nilai Kolmogrov-Smirnov (Sebelum Transformasi) 115

4.13 Uji Normalitas : Nilai Kolmogrov-Smirnov (Setelah Transformasi) 115


(17)

4.15 Uji Autokorelasi 121 4.16 Uji Autokorelasi-Run Test 122

4.17 Uji Goodness of Fit 123

4.18 Uji Simultan (F test) 125

4.19 Uji Parsial (t test) 127


(18)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Nilai Perusahaan (Q) 3

2.1 Kerangka Pemikiran 63

4.1 Uji Normalitas: Grafik Normal Plot

(Setelah Transformasi) 116

4.2 Uji Normalitas: Grafik Histogram

(Setelah Transformasi) 117


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1. Data Sampel Penelitian 156


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam lingkungan persaingan global yang terjadi saat ini, banyak perusahaan di negara berkembang dituntut untuk menunjukkan performa yang lebih baik disebabkan perkembangan dunia bisnis sekarang ini sangatlah pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya muncul perusahaan- perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang baik. Banyaknya kompetitor-kompetitor bisnis yang muncul mengakibatkan terjadinya dinamika bisnis yang berubah-ubah. Sehingga menyebabkan banyak perusahaan bertujuan mengoptimalkan nilai perusahaannya hingga pada titik maksimum agar dapat mengundang investor untuk berinvestasi pada perusahaannya .

Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham meningkat. Semakin tinggi harga saham sebuah perusahaan, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Enterprise Value (EV) atau dikenal juga sebagai firm’s value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan (Nurlela dan Ishaluddin, 2008 dalam Mahendra, 2011). Wahyudi, Nurlela dan Ishaluddin (2008) dalam Mahendra (2011) menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli jika perusahaan


(21)

tersebut dijual. Nilai perusahaan merupakan cerminan dari penambahan dari jumlah ekuitas perusahaan dengan hutang perusahaan. Sehingga nilai perusahaan dapat diproksikan dengan menggunakan harga saham.

Naik turunnya harga saham di pasar modal menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk dibicarakan berkaitan dengan isu naik turunnya nilai perusahaan itu sendiri. Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 berdampak terhadap pasar modal Indonesia yang tercermin dari terkoreksi turunnya harga saham hingga 40 - 60 % dari posisi awal tahun 2008 (Kompas, 25 November 2008), yang disebabkan oleh aksi melepas saham oleh investor

asing yang membutuhkan likuiditas dan diperparah dengan aksi “ikut-ikutan” dari investor domestik yang ramai-ramai melepas sahamnya. Kondisi tersebut secara harfiah mempengaruhi nilai perusahaan karena nilai perusahaan itu sendiri jika diamati melalui kemakmuran pemegang saham yang dapat diukur melalui harga saham perusahaan di pasar modal. Indeks harga saham gabungan yang terkoreksi dari 1.757,258 pada awal Januari 2007 melemah ke basis point 1.256,704 pada awal September 2008 (Kompas, 25 November 2008). Hal ini juga tercermin dari banyaknya perusahaan yang mengalami penurunan laba sampai dengan mengalami kerugian sehingga menimbulkan pemutusan hubungan kerja (PHK). Gambar 1.1berikut ini merupakan perhitungan nilai perusahaan berdasarkan rasio Tobin’s Q mulai dari 2007 sampai dengan tahun 2011.


(22)

Gambar 1.1. Nilai Perusahaan (Tobin’s Q)

Sumber : Hasil Penelitian, 2013 (Data diolah)

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa nilai perusahaan yang dihitung dengan Tobin’s Q dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 menunjukkan perubahan setiap tahun yang sangat bervariasi dan menunjukkan fluktuasi naik turun di tiap tahun yang berbeda dan menunjukkan gejala yang sama di semua perusahaan sampel.

Dari data yang diperoleh menunjukkan fenomena yang sama yaitu penurunan nilai perusahaan pada seluruh perusahaan sampel di tahun 2008, walaupun demikian rasio tobin’s q masing-masing perusahaan terbilang baik karena berada di atas nilai 1. Selain itu, terjadi peningkatan nilai perusahaan pada seluruh sampel pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa hampir sebagian sampel perusahaan berhasil meningkatkan nilai perusahaan yang sempat terpuruk akibat krisis ekonomi global.

ASII TCID ITMG ACES AKRA JKON JRPT RALS UNTR

2007 2.24 2.17 3.33 2.29 1.8 4.39 2.58 2.33 2.95

2008 1.03 1.32 1.48 1.73 1.06 2.29 1.03 1.40 1.15

2009 2.03 1.75 3.53 2.77 1.24 1.95 1.28 1.59 2.54

2010 2.44 1.48 6.19 4.37 1.48 1.83 1.59 1.96 3.12

2011 2.46 1.47 3.37 4.99 1.96 2.48 2.02 1.60 2.52

0 1 2 3 4 5 6 7

Tob

in

's

Q


(23)

Dalam proses mencapai nilai perusahaan yang optimal dan pulih dari keterpurukan akibat krisis ekonomi global pada tahun 2008, perusahaan akan menghadapi perbedaan kepentingan yang dimiliki oleh pemegang saham, debtholder, dan manajemen yang notabene merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap tujuan perusahaan seringkali menimbulkan banyak masalah (agency ploblem). Tidak jarang pihak manajemen yaitu manajer perusahaan mempunyai tujuan dan kepentingan lain yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan dan sering mengabaikan kepentingan pemegang saham. Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham ini mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut agency conflict. Hal tersebut terjadi karena manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi dari manajer karena apa yang dilakukan manajer tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan sehingga menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan dan berpengaruh terhadap harga saham sehingga menurunkan nilai perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976)

Masalah keagenan (agency problem) tentunya akan menimbulkan kerugian. Karena konflik kepentingan antara agen dan pemilik ini dapat menimbulkan biaya keagenan. Jensen dan Meckling (1976) dalam Harahap dan Wardhani (2011) menyatakan ada tiga biaya keagenan, antara lain: (1) Monitoring cost (biaya monitoring) yaitu biaya untuk membatasi aktifitas yang dilakukan oleh agen. (2) Bonding cost (biaya hutang), yaitu biaya karena penggunaan hutang oleh manajemen (agent) dan pengeluaran karena


(24)

hilangnya keindependenan atau efisiensi (residual loss). (3) Contracting cost adalah biaya yang tidak memiliki pengaruh langsung tetapi biaya ini merupakan akibat berkurangnya kesejahteraan yang seharusnya diterima perusahaan akibat kesempatan investasi yang hilang.

Biaya keagenan (agency cost) dapat diminimumkan melalui peningkatan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (insider ownership). Karena kepemilikan manajerial terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Siallagan dan Machfoedz, 2006). Sehingga permasalahan keagenan dan biaya keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik.

Peningkatan kepemilikan saham oleh institusi (institusional ownership) dapat pula meminumkan biaya keagenan (agency cost). Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Bushee (1998) dalam Boediono (2005) yang menyatakan kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengurangi insentif para manajer yang mementingkan diri sendiri melalui tingkat pengawasan yang intens. Kepemilikan institusional dapat menekan kecenderungan manajemen untuk memanfaatkan discretionary dalam laporan keuangan.

Fenomena yang terjadi pada perusahaan-perusahaan go public di Indonesia, dimana struktur kepemilikan oleh kepemilikan manajerial perusahaan sangatlah kecil. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ikbal dkk. (2011) yang menyatakan bahwa rata-rata kepemilikan


(25)

manajerial berjumlah kecil yaitu kurang dari 5% sehingga dengan kondisi seperti ini kemungkinan penyatuan antara kepentingan pemegang saham dengan kepemilikan manajerial seperti yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) tidak bisa tercapai, akibatnya masalah keagenan dan biaya keagenan tidak dapat dikurangi.

Sedangkan fenomena lain yang terjadi, struktur kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak institusional merupakan pemegang saham yang paling mendominasi struktur kepemilikan saham peusahaan-perusahaan go public Indonesia. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) yang menemukan bahwa hampir sebagian perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki kepemilikan institusional yang mendominasi. Dengan kondisi yang seperti ini, walaupun kepemilikan institusional mendominasi tergolong outsider ownership bersama dengan pemegang saham yang berasal dari public (masyarakat), namun dapat dikatakan status sebagai outsider dari kepemilikan institusional tersebut menjadi semu karena dalam kenyataannya mereka memiliki afiliasi yang kuat dengan manajemen. Maka fungsi kepemilikan institusional sebagai sarana pengawasan bagi pihak manajemen tidak dapat berjalan secara efektif akibatnya masalah keagenan dan biaya keagenan tidak dapat dikurangi.

Alternatif lain yang dapat digunakan untuk mengurangi masalah keagenan dan biaya keagenan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jensen dan Meckling (1976) adalah melalui keputusan keuangan yaitu kebijakan dividen. Kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan untuk


(26)

mengurangi masalah keagenan dan biaya keagenan adalah dengan meningkatkan pembayaran dividen kepada pemegang saham.

Pengaruh dari meningkatkan pembayaran dividen terhadap kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama dengan cara pembelanjaan atau pemenuhan dana yang lain. Dalam keputusan investasi yang given berarti perusahaan membagikan dividen kepada pemegang saham, perusahaan harus mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah pembayaran dividen. Besarnya dividen ini dapat mempengaruhi harga saham. Apabila dividen yang dibayar tinggi maka harga saham cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan juga tinggi. Sebaliknya apabila dividen yang dibayarkan kecil maka harga saham perusahaan tersebut juga rendah. Kemampuan membayar dividen erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Jika perusahaan memperoleh laba yang besar maka kemampuan membayar dividen juga besar. Oleh karena itu, dengan dividen yang besar akan meningkatkan nilai perusahaan.

Fenomena ini berdasarkan pada tujuan investor melakukan investasi yang pada umumnya adalah untuk mendapatkan keuntungan berupa dividen atau capital gain. Pemegang saham selalu berharap untuk mendapat dividen dalam jumlah besar atau minimal relatif stabil dari tahun ke tahun. Sebagian lagi dari laba bersih perusahaan merupakan laba ditahan yang akan disiapkan oleh perusahaan untuk melakukan investasi kembali (reinvestment). Hal inilah yang merupakan inti dari kebijakan dividen, khususnya dalam menentukan dividend payout ratio.


(27)

Keputusan keuangan lainnya yang digunakan perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan adalah cash holding. Cash holding adalah menahan sejumlah kas dalam perusahaan. Hal ini merupakan informasi yang berharga bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Penentuan tingkat Cash holding perusahaan merupakan salah satu keputusan keuangan penting yang harus diambil oleh seorang manajer keuangan. Cash holding dapat digunakan untuk beberapa hal, antara lain dibagikan kepada para pemegang saham berupa dividen, melakukan pembelian kembali saham, melakukan investasi atau menyimpannya untuk kepentingan perusahaan dimasa depan. Perusahaan harus dapat menjaga kas yang dimiliki pada tingkat yang optimal karena menahan kas yang terlalu besar dalam aktiva adalah hal yang tidak produktif karena akan memerlukan biaya yang tinggi dalam pemeliharaannya. Para investor akan melihat situasi ini sebagai sebuah sinyal yang menggambarkan tingkat efektifitas manajemen perusahaan dalam mengelola dananya dan menjadi andil dalam menentukan naik dan turunnya nilai perusahaan.

Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek. Salah satunya adalah kualitas audit dari laporan keuangan yang telah diaudit. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi yang benar diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh agent sebagai pertanggungjawaban kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur dan mengawasi sampai sejauh


(28)

mana agent tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya serta sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agent. Investor juga dapat melihat gambaran kondisi perusahaan secara fundamental sebagai dasar pengambilan keputusan investasinya.

Mengingat pentingnya laporan keuangan maka perusahaan publik yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia), setiap tahunnya wajib melaporkan laporan keuangan dan laporan tahunan yang telah diaudit kepada bursa efek, investor dan publik. Laporan keuangan dan laporan tahunan yang telah diaudit dilaporkan tersebut dipergunakan para investor untuk mengetahui perkembangan kinerja perusahaan serta sebagai langkah pengambilan keputusan investasi pada masa yang akan datang.

De Angelo (1981) dalam Alim,dkk. (2007) mendefinisikan audit quality (kualitas audit) sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Agar laporan audit yang dihasilkan oleh auditor berkualitas maka auditor harus menjalankan pekerjaannya secara profesional. Termasuk saat menghadapi persoalan audit yang kompleks. Auditor harus bisa memenuhi tuntutan yang diinginkan oleh klien, walaupun seberapa tinggi tingkat kompleksitas yang diberikan agar klien merasa puas dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasa auditor yang sama diwaktu yang akan datang.

Pertanyaan dari masyarakat tentang kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik semakin besar setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan akuntan publik baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Skandal didalam


(29)

negeri terlihat dari akan diambilnya tindakan oleh Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) terhadap 10 Kantor Akuntan Publik yang diindikasikan melakukan pelanggaran berat saat mengaudit bank-bank yang dilikuidasi pada tahun 1998. Selain itu terdapat kasus keuangan dan manajerial perusahaan publik yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan publik yang menyebabkan perusahaan didenda oleh Bapepam (Winarto, 2002 dalam Christiawan, 2003).

Selain fenomena di atas, kualitas audit yang dihasilkan akuntan publik juga tengah mendapat sorotan dari masyarakat banyak yakni seperti kasus yang menimpa akuntan publik Justinus Aditya Sidharta yang diindikasi melakukan kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan PT. Great River Internasional, Tbk. Kasus tersebut muncul setelah adanya temuan auditor investigasi dari Bapepam yang menemukan indikasi penggelembungan account penjualan, piutang dan aset hingga ratusan milyar rupiah pada laporan keuangan Great River yang mengakibatkan perusahaan tersebut akhirnya kesulitan arus kas dan gagal dalam membayar utang. Berdasarkan investigasi tersebut Bapepam menyatakan bahwa akuntan publik yang memeriksa laporan keuangan Great River ikut menjadi tersangka. Oleh karenanya Menteri Keuangan RI terhitung sejak tanggal 28 November 2006 telah membekukan izin akuntan publik Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun karena terbukti melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan laporan audit atas laporan keuangan konsolidasi PT. Great River tahun 2003.


(30)

Kualitas audit yang baik biasanya berasal dari auditor skala besar. Auditor skala besar adalah auditor yang bekerja sama dengan auditor internasional/luar negeri. Auditor skala besar memiliki insentif lebih untuk mendeteksi dan melaporkan masalah kliennya dan lebih memungkinkan mendeteksi praktik-praktik akuntansi yang masih meragukan. Oleh karena itu, kualitas auditor dapat menjadi indikator yang baik untuk meningkatkan nilai perusahaan.

Penelitian mengenai kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan telah dilakukan oleh Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) yang menemukan bahwa kepemilikan manajerial terbukti mempengaruhi nilai perusahaan, artinya tinggi rendahnya kepemilikan saham oleh jajaran manajemen berkaitan dengan tinggi rendahnya nilai perusahaan. Hal ini didukung pula oleh penelitian yang dilakukan oleh Soliha (2002) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

Penelitian mengenai kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan telah dilakukan oleh Rahmawati dan Triatmoko (2007) yang menemukan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini didukung pula oleh Haruman (2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif (+) ke MVE dan negatif (-) ke closing price.

Penelitian mengenai pengaruh kebijakan dividen yang diproksikan dengan dividend payout ratio terhadap nilai perusahaan yang telah dilakukan oleh Haruman (2008) menyatakan bahwa kebijakan dividen memiliki


(31)

hubungan yang signifikan dan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pembayaran dividen mengakibatkan penurunan nilai perusahaan. Bertolak belakang dengan hasil penelitian Haruman (2008), Sujoko dan Soebiantoro (2007) menemukan bahwa kebijakan dividen memiliki hubungan yang signifikan dan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

Penelitian mengenai cash holdings dan nilai perusahaan menemukan beberapa hubungan. Penelitian yang dilakukan oleh Kin-Wai Lee dan Cheng-Few Lee (2008) menemukan hubungan bahwa nilai perusahaan yang diproksikan dengan market to book ratio berhubungan negatif dengan cash holdings. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dengan cash holdings yang tinggi menyebabkan investor khawatir bahwa manajer lebih mempunyai kekuasaan untuk menghamburkan sumber daya perusahaan pada value destroying projects (proyek yang merusak nilai).

Namun, pada penelitian lain menunjukkan bahwa kepemilikan kas memiliki hubungan positif dengan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini didukung oleh Chen (2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan kas dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi semua pembiayaan dan meningkatkan nilai tambah dengan menciptakan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini konsisten dengan Boyle dan Guthrie (2003) yang berpendapat bahwa kepemilikan kas (cash holding) pada tingkat yang tinggi diperlukan suatu investasi yang potensial.


(32)

Penelitian mengenai pengaruh kualitas audit terhadap nilai perusahaan telah dilakukan oleh Herawaty (2008) yang membuktikan bahwa kualitas audit memiliki hubungan yang signifikan dan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini membuktikan bahwa semakin baik kualitas audit sebuah laporan keuangan maka tingkat kepercayaan dan keputusan yang diambil pemegang saham semakin tinggi. Dengan demikian nilai perusahaan akan meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian karena adanya perbedaan dari beberapa hasil peneliti terdahulu. Maka penulis akan mengajukan penelitian dengan judul : “PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, DIVIDEND PAYOUT RATIO, CASH HOLDING DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP NILAI PERUSAHAAN” (Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007-2011)

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitiaan-penelitian sebelumnya yaitu penelitian Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011). Untuk membedakannya dengan penelitian sebelumnya maka peneliti melakukan beberapa perubahan diantaranya adalah:

1. Adanya penambahan variabel independen berupa cash holding yang diperoleh dari penelitian Isshaq, et. al. (2009). Selain itu, penambahan variabel kualitas audit yang diperoleh dari penelitian Herawaty (2008). Peneliti tertarik untuk menguji dan menganalisis variabel tambahan di dalam penelitian ini karena masih ditemukan adanya perbedaan baik


(33)

hasil maupun teori mengenai hubungan yang terkait dengan nilai perusahaan.

2. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) kecuali perusahaan sektor keuangan dan BUMN dari tahun 2007 sampai dengan 2011. Sedangkan, populasi yang digunakan dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 sampai dengan 2009.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah interaksi antara kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan?

2. Apakah interaksi antara kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan?

3. Apakah interaksi antara dividend payout ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan?

4. Apakah interaksi antara cash holding memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan?

5. Apakah interaksi antara kualitas audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan?


(34)

6. Apakah interaksi antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding, dan kualitas audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi antara kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi antara kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan.

c. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi antara dividend payout ratio terhadap nilai perusahaan.

d. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi antara cash holding terhadap nilai perusahaan.

e. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi antara kualitas audit terhadap nilai perusahaan.

f. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding, dan kualitas audit terhadap nilai perusahaan.


(35)

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dapat ditemukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti manajemen perusahaan, pemerintah, investor dan analis pasar modal, akuntan publik dan akademisi, peneliti serta pembaca. Selain itu, penelitian ini dapat memperkuat serta memperluas penelitian sebelumnya terutama mengenai pengaruh struktur kepemilikan, dividend payout ratio, cash holding dan kualitas audit terhadap nilai perusahaan.

b. Bagi Perusahaan

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris dan pedoman yang membantu pihak manajemen perusahaan dalam menentuan kebijakan dan keputusan bisnis yang akan diambil. Selain itu, membantu pihak manajemen perusahaan dalam pelaksanaan pembagian dividen dalam upaya untuk mengevaluasi kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan.

c. Bagi Pemerintah

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh struktur kepemilikan, dividend payout ratio, cash holding, dan kualitas audit terhadap nilai


(36)

perusahaan sehingga bagi para regulator atau pemerintah dapat lebih memperhatikan dan memberikan kontribusi yang bermanfaat demi terciptanya tata kelola yang baik di seluruh sektor perusahaan.

d. Bagi Investor dan Analis Pasar Modal

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris yang dapat digunakan untuk menambah informasi sebagai dasar pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Salah satunya adalah dengan mengamati kebijakan dividen yang terdapat dalam perusahaan sehingga dapat sebagai alat untuk menilai perusahaan-perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

e. Bagi Akuntan Publik

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris yang dapat digunakan untuk membantu akuntan publik dalam upaya mengevaluasi dan meningkatkan kinerjanya dalam melaksanakan audit dan mendeteksi adanya kecurangan atau fraud yang dilakukan oleh pihak manajemen pada laporan keuangan suatu perusahaan. Sehingga dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Hal ini, akan memberikan kontribusi bagi perusahaan dalam rangka menciptakan good corporate governance di seluruh sektor perusahaan dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Selain itu, penelitian ini juga dapat membantu akuntan


(37)

publik untuk mengetahui karekteristik perusahaan dalam pemilihan auditor eksternal sehingga akuntan publik dapat melakukan pekerjaannya

f. Bagi Akademisi, Peneliti dan Pembaca

Dengan adanya penelitian ini diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan bukti empiris yang membantu dalam pengembangan ilmu mengenai agency theory sehingga memperoleh permodelan-permodelan yang secara konseptual berpengaruh dampaknya terhadap nilai suatu perusahaan. Selain itu diharapkan juga agar dapat memperluas wawasan serta menjadi referensi bagi para peneliti selanjutnya yang dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk penelitian yang akan datang.


(38)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Agency Theory (Teori Keagenan)

Teori keagenan mengemukakan hubungan antara principal (pemilik) dan agent (manajer) dalam hal pengelolaan perusahaan, dimana principal merupakan suatu entitas yang mendelegasikan wewenang untuk mengelola perusahaan kepada pihak agent (manajemen). Menurut Jensen dan Meckling dalam Kawatu (2009), teori agensi menjelaskan tentang hubungan kontraktual antara pihak yang mendelegasikan keputusan tertentu (principal/pemilik/pemegang saham) dengan pihak yang menerima pendelegasian tersebut (agen/manajemen).

Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Ali, 2002). Eisenhardt dalam Larasati (2009) menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia guna menjelaskan tentang teori agensi yaitu:


(39)

a. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest); b. Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa

mendatang (bounded rationality);

c. Manusia selalu menghindari resiko (risk averse).

Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya (Haris dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Sebagai pengelola perusahaan, manajer perusahaan tentu akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham).

Oleh karena itu, manajer sudah seharusnya selalu memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang dapat diberikan oleh manajer yakni melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ali, 2002). Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi ini akan memicu munculnya kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Dengan adanya asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) akan memberi kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) sehingga akan menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi


(40)

perusahaan. Jensen dan Meckling dalam Larasati (2009) yang berpendapat bahwa agency conflict timbul pada berbagai hal sebagai berikut:

a. Manajemen memilih investasi yang paling sesuai dengan kemampuan dirinya dan bukan yang paling menguntungkan bagi perusahaan; b. Manajemen cenderung mempertahankan tingkat pendapatan

perusahaan yang stabil, sedangkan pemegang saham lebih menyukai distribusi kas yang lebih tinggi melalui beberapa peluang investasi internal yang positif atau disebut earning retention;

c. Manajemen cenderung mengambil posisi aman untuk mereka sendiri dalam mengambil keputusan investasi. Dalam hal ini, mereka akan mengambil keputusan investasi yang sangat aman dan masih dalam jangkauan kemampuan manajer;

d. Manajemen cenderung hanya memperhatikan cash flow perusahaan sejalan dengan waktu penugasan mereka. Hal ini dapat menimbulkan bias dalam pengambilan keputusan yaitu berpihak pada proyek jangka pendek dengan pengembalian akuntansi yang tinggi.

Asumsi dasar lainnya yang membangun agency theory adalah agency problem yang timbul sebagai akibat adanya kesenjangan antara kepentingan pemegang saham sebagai pemilik dan manajemen sebagai pengelola. Pemilik memiliki kepentingan agar dana yang diinvestasikannya mendapatkan return maksimal, sedangkan manajer berkepentingan terhadap perolehan insentif atas pengelolaan dana pemilik (agency problem).


(41)

2. Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan menjadi penting dalam teori keagenan karena sebagian besar argumentasi konflik keagenan disebabkan oleh adanya pemisahan kepemilikan dan pengelolaan. Konflik keagenan tidak terjadi pada perusahaan dengan kepemilikan seratus persen oleh manajemen (Jensen dan Meckling, 1976). Tetapi konflik keagenan terjadi karena terdapatnya dua kepentingan yaitu antara pemilik dan manajemen yang tidak selalu sejalan. Perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen mengakibatkan manajemen berperilaku curang dan tidak etis sehingga merugikan pemegang saham.

Secara umum struktur kepemilikan terbagi menjadi dua kategori yaitu struktur kepemilikan terkonsentrasi dan menyebar. Secara spesifik kategori struktur kepemilikan meliputi kepemilikan institusi domestik, institusi asing, pemerintah, karyawan, dan individual domestik (Xu, 1997 dalam Hastuti, 2005). Namun, didalam penelitian ini, hanya menggunakan dua indikator diantaranya melalui kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.

a. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial dapat diartikan sebagai pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Kepemilikan manajerial juga dapat diartikan sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk


(42)

masing-masing periode pengamatan. Variabel ini digunakan untuk mengetahui manfaat kepemilikan dalam mekanisme mengurangi konflik keagenan, sehingga masalah keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer juga sekaligus sebagai seorang pemilik.

Shelter dan Vishny (1986) dalam Siregar, Sylvia. Veronica N.P, dan Utama, Siddharta (2005) menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Secara teoritis, jika kepemilikan manajerial rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat. Kepemilikan manajerial terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen (Jensen dan Meckling, 1976). Sehingga masalah keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik. Karena manajer merasa lebih memiliki perusahaan. Dengan rasa memiliki tersebut maka manajemen akan mengoptimalkan penggunaan sumber daya sehingga mengakibatkan kenaikan nilai perusahaan.

Morek, Shieifer dan Vishny (1988) dalam Siregar, Sylvia. Veronica N.P, dan Utama, Siddharta (2005) menemukan bahwa pada level 0% - 5% terdapat hubungan non linear antara kepemilikan manajerial dengan kinerja perusahaan, berhubungan negatif antara 5%


(43)

- 25%, berhubungan positif antara kepemilikan dengan nilai perusahaan pada level 25% - 50% dan berhubungan negatif pada level lebih dari 50%. Hal ini juga didukung oleh penelitian Widyaningsih (2001) yang menyatakan bahwa hubungan kepemilikan manajerial dengan kinerja perusahaan masih bertentangan dan terdapat hubungan non monotonic. Di mana pola hubungan non-monotonic adalah pola hubungan yang membentuk non linear. Maksudnya kepemilikan manajerial yang rendah terbukti meningkatkan nilai perusahaan dan begitu pula dengan kepemilikan manajerial yang tinggi terbukti dapat meningkatkan nilai perusahaan, tetapi ketika kepemilikan manajerial ada pada level intermediate justru dapat menurunkan nilai perusahaan.

Hubungan non monotonik antara kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan disebabkan adanya insentif yang dimiliki oleh manajer dan mereka cenderung berusaha untuk melakukan penyejajaran kepentingan dengan outsider owners dengan cara meningkatkan saham mereka sehingga nilai perusahaan yang berasal dari investasi meningkat.

b. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemilik institusi dan blockholders pada akhir tahun (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Yang dimaksud institusi adalah perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi, maupun lembaga


(44)

lain yang bentuknya seperti perusahaan. Sedangkan yang dimaksud blockholders adalah kepemilikan individu atas nama perorangan di atas 5% yang tidak termasuk dalam kepemilikan manajerial. Pemegang saham blockholders dimasukkan dalam kepemilikan institusional karena pemegang saham blockholders dengan kepemilikan saham di atas 5% memiliki tingkat keaktifan lebih tinggi dibandingkan pemegang saham institusional dengan kepemilikan saham di bawah 5%.

Menurut Moh’d, et. al. (1998) yang menyatakan bahwa institusional investor dapat mengurangi agency cost. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi agency problem dan agency cost adalah dengan cara meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh institusional. Karena dengan adanya kepemilikan oleh investor-investor institusional seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi, maupun lembaga lain yang bentuknya seperti perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan manajemen yang lebih optimal dalam mengelola perusahaan. Hal ini akan mengakibatkan fungsi pengawasan akan berjalan secara efektif dan menjadikan manajemen semakin berhati-hati dalam memperoleh dan mengelola pinjaman (utang), karena jumlah utang yang semakin meningkat akan menimbulkan financial distress. Terjadinya financial distress akan mengakibatkan penurunan nilai perusahaan. Hal ini didukung dengan penelitian dari Smith (1996) dalam Suranta dan


(45)

Midiastuty (2004) yang menunjukan bahwa efektifitas monitoring institusi mampu mengubah struktur pengelolaan perusahaan dan mampu meningkatkan kemakmuran pemegang saham.

3. Dividend Payout Ratio

a. Pengertian Dividend Payout Ratio

Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen.

Pengertian kebijakan dividen dari beberapa ahli sebagai berikut, yaitu:

Menurut Fred J. Weston dan Thomas E. Copeland (1997) :

“Dividend policy determines the divisions of earning between payments to stockholders and reinvestment in the firm. Retained earning are one of the most significant sources of funds for financing cooperate growth, but dividens constitute the cash flows that accure to stockholders.”

Menurut Agus Sartono (2001):

“Rasio pembayaran dividen adalah persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen, atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia bagi

pemegang saham”.

Menurut Bambang Riyanto (2001) :

“Kebijakan dividen adalah bersangkutan dengan penentuan

pembagian pendapatan (earnings) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan didalam perusahaan, yang berarti pendapatan


(46)

Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa kebijakan dividen merupakan suatu kebijakan untuk menetapkan beberapa bagian dari laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham dan seberapa besar bagian laba bersih itu akan ditanamkan kembali sebagai laba yang ditahan untuk reinvestasi.

Rasio dividend payout ratio dapat dicari dengan rumus sebagai berikut (Ikbal, dkk., 2011) :

Dimana:

1) Dividen Per Lembar Saham (Dividend Per Share)

Dividen per lembar saham (DPS) adalah besarnya pembagian dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham setelah dibandingkan dengan rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar. Besarnya dividen per lembar saham dapat dicari dengan rumus :

2) Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share)

Laba per lembar saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode tertentu untuk setiap jumlah saham yang beredar. Informasi mengenai laba per lembar saham dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan


(47)

dividen yang akan dibagikan. Informasi ini juga berguna bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan. Selain itu juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan.

Perhitungan laba per lembar saham diatur dalam PSAK No.56 (2010) yang menyatakan dua macam laba per lembar saham :

a) Laba per lembar saham dasar adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar dalam periode pelaporan.

b) Laba per lembar saham dilusian adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar selama periode pelaporan dan efek lain yang asumsinya diterbitkan bagi semua efek berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif yang beredar sepanjang periode pelaporan. Laba per lembar saham (EPS) dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :

b. Dividend Payout Ratio Theory

Kebijakan dividen sering dianggap sebagai signal bagi investor dalam menilai baik buruknya perusahaan. Hal ini disebabkan karena kebijakan dividen dapat membawa pengaruh terhadap harga saham


(48)

perusahaan. Dengan demikian seberapa besar porsi laba yang akan dibagikan dalam bentuk dividen dan seberapa besar porsi laba yang akan ditahan untuk diinvestasikan kembali, merupakan masalah yang cukup serius bagi pihak manajemen.

Terdapat sejumlah perdebatan seputar bagaimana kebijakan dividen mempengaruhi nilai perusahaan, yaitu:

1) Dividen tidak relevan

Teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak relevan terhadap tingkat kesejahteraan pemegang saham, dikemukan Martin, Petty, Keown, and Scott (1991); Miller (1986); Miller dan Modigliani (1961) dalam Hatta (2002). Dasar pemikiran yang dikemukakan adalah dalam kondisi bahwa keputusan investasi yang given, pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. Nilai perusahaan lebih ditentukan oleh earning power dari aset perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi.

2) Dividen relevan

Menurut Gordon (1959), dalam dunia realita pasar bersifat tidak sempurna. Kelemahan dari teori irrelevant ini mendorong munculnya teori yang lebih realistis yang menganggap bahwa dividen memiliki relevansi atau efek terhadap nilai perusahaan. Model-model ekplanasi kebijakan dividen yang berada dalam


(49)

cakupan the relevance of dividend proposition antara lain: bird in the hand theory, tax differentiation theory, clientele effect, dividend signaling theory dan agency theory .

a) Bird in the Hand Theory

Teori ini berasal dari pemikiran Gordon (1959) yang berangggapan bahwa investor memandang suatu burung di tangan lebih berharga dari pada seribu burung di udara. Maksudnya adalah bahwa investor menilai dividend payout lebih besar daripada pertumbuhan (g), karena mereka merasa lebih yakin jika menerima dividen dibandingkan jika menerima capital gain dari laba yang ditahan. Argumen dari Gordon tersebut dapat disimpulkan bahwa dividen dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan pemegang saham. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi dividend payout ratio, maka semakin tinggi pula nilai dari perusahaan.

b) Tax Differentiation Theory

Teori ini dikemukakan oleh Litzenberger dan Ramaswamy (1979) dalam Hatta (2002). Pandangan yang dikemukakannya bahwa semakin tinggi dividend payout ratio suatu perusahaan, maka nilai perusahaan tersebut akan semakin rendah. Hal ini didasarkan pada pemikiran jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif yang lebih rendah daripada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki


(50)

pertumbuhan yang tinggi akan menjadi lebih menarik dan lebih banyak diminati. Dari argumen di atas dapat disimpulkan bahwa dividen dapat menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat dikarenakan tarif pajak yang tinggi atas dividen. Penurunan tingkat kesejahteraan pemegang saham akan mengakibatkan penurunan nilai perusahaan.

c) Clientile Effect

Berkaitan dengan clientile effect, terdapat dua kelompok investor, yaitu investor yang lebih menyukai untuk memperoleh pendapatan saat ini dalam bentuk pembagian dividen, namun ada pula investor yang menyukai untuk menginvestasikan kembali pendapatan mereka, karena investor ini berada dalam tarif pajak yang cukup tinggi. Dengan adanya dua kelompok tersebut, maka ada kecenderungan perusahaan untuk enggan melakukan perubahan kebijakan dividen. Hal ini disebabkan perubahan kebijakan dividen akan mengakibatkan beberapa investor akan menjual sahamnya, dan sebagai akibatnya harga saham akan mengalami penurunan.

d) Dividend Signalling Theory

Teori dividen ini mendasari dugaan bahwa pengumuman dividen tunai mempunyai kandungan


(51)

informasi yang mengakibatkan adanya reaksi kenaikan harga saham. Sebaliknya penurunan dividen pada umumnya menyebabkan harga saham turun. Teori ini menjelaskan bahwa informasi tentang perubahan dividen yang dibayarkan digunakan oleh investor sebagai sinyal tentang prospek perubahan di masa yang akan datang. Hal ini berarti bahwa dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

e) Agency Theory of Dividend

Menurut agency theory (Jensen and Meckling, 1976), salah satu pendekatan untuk meminimumkan agency problem adalah dengan mekanisme pembayaran dividen. Dengan melakukan pembayaran dividen pemegang saham melihat bahwa pengelola perusahaan telah melakukan tindakan yang sesuai dengan keinginan mereka sehingga akan mengurangi agency problem. Berkurangnya agency problem akan menurunkan agency cost. Semakin rendah agency cost mengakibatkan peningkatan kesejahteraan pemegang saham dan akibatnya nilai perusahaan akan meningkat.

c. Faktor-Faktor dalam Menentukan Dividend Payout Ratio

Menurut Harjito dan Martono (2005) yang menyatakan bahwa sejauh ini pembahasan dividen hanya menyangkut aspek-aspek teoritis dari kebijkan dividen. Namun, ketika perusahaan menetapkan


(52)

suatu kebijakan dan sejumlah hal, pertimbangan-pertimbangan ini harus dikaitkan kembali ke teori pembayaran dividen dan penilaian perusahaan. Berikut ini, beberapa pertimbangan atau faktor yang harus dianalisis dan dibahas perusahaan ketika menetapkan suatu kebijakan dan dalam praktek ketika melakukan pendekatan terhadap keputusan dividen :

1) Kebutuhan dana bagi perusahaan

Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil kemampuan untuk membayar dividen. Penghasilan perusahaan akan digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan dananya (semua proyek investasi yang menguntungkan).

2) Likuiditas perusahaan

Likuiditas perusahaan merupakan salah satu petimbangan utama dalam kebijakan dividen. Karena dividen harus mengeluarkan arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas untuk membayar dividen. Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi adanya ketidakpastian dan agar mempunyai fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahan tidak akan membayar dividen dalam jumlah yang besar.

3) Kemampuan untuk meminjam

Posisi likuiditas bukanlah satu-satunya cara untuk menunjukkan fleksibillias dan perlindungan terhadap ketidakpastian. Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk


(53)

mendapatkan pinjaman, hal ini merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk membanyar dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang, manajemen tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas perusahaan.

4) Pembatasan-pembatasan dalam perjanjian hutang

Ketentuan perlindungan (protective covenant) dalam suatu perjanjian hutang sering mencantumkan pembatasan terhadap pembayaran dividen. Pembatasan ini digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan perusahaan tersebut membayar hutangnya. Biasanya, pembatasan ini dinyatakan dalam persentase maksimum dari laba kumulatif. Apabila pembatasan ini dilakukan, maka manajemen perusahaan dapat menyambut baik pembatasan dividen yang dikenakan oleh kreditur, karena dengan demikian manajemen tidak harus mempertanggungjawabkan penahanan laba kepada para pemegang saham. Manajemen hanya perlu menaati pembatasan tersebut.

5) Pengendalian hutang

Apabila suatu perusahaan membayar dividen yang sangat besar, maka perusahan mungkin menaikkan modal di waktu yang akan datang melalui penjualan sahamnya untuk membiayai kesempatan investasi yang menguntungkan. Dengan


(54)

bertambahnya jumlah saham yang beredar, ada kemungkinan kelompok pemegang saham tertentu tidak lagi dapat mengendalikan perusahaan karena jumlah saham yang mereka kuasai menjadi berkurang dari seluruh saham yang beredar. Oleh karena itu dianggap berbahaya bila perusahaan terlalu besar membayar dividennya, sehingga pengendalian perusahaan menjadi berpindah tangan.

4. Cash Holding

a. Pengertian Cash Holding

Kas merupakan aset perusahaan paling likuid yang berfungsi sebagai darah perusahaan dalam menggerakkan operasi rutin. Kebijakan perusahaan untuk memegang kas merupakan langkah untuk melindungi perusahaan dari cash shortfall. Semakin besar ketidakpastian atau volatilitas dari cash flow perusahaan, maka semakin besar kemungkinan terjadinya kekurangan kas operasional dan perusahaan terdorong untuk memegang kas dalam jumlah yang lebih besar (Dittmar, 2008).

Kas adalah salah satu aset yang siap dikonversikan menjadi aset jenis lainnya. Kas sangat mudah disembunyikan dan dipindahkan, dan sangat diinginkan. Oleh karena karakteristik tersebut, maka kas merupakan aset yang paling mungkin untuk digunakan dan dibelanjakan dengan tidak tepat. Kas juga merupakan aset yang paling rentan terhadap perilaku ceroboh manajemen (Isshaq, et. al., 2009).


(55)

Pada umumnya, perusahaan yang secara finansial tidak dibatasi dengan corporate governance yang lebih lemah, cenderung menginvestasikan kas lebih banyak dan menghabiskan kas yang tersedia lebih cepat. Oleh karena itu, corporate governance yang lebih lemah mempunyai konsekuensi terhadap manajemen kas sehingga manajer pada corporate governance yang lemah mempunyai cadangan kas yang lebih kecil (Harford, et. al., 2008 dalam Isshaq, et. al., 2009).

Manajer dalam pengawasan lemah, lebih memilih investasi eksternal melalui akuisisi kas daripada investasi internal melalui R&D dan modal. Harford, et al., (2006) dalam Isshaq et al., (2009) menemukan bahwa investasi pada akuisisi, R&D, dan belanja modal oleh perusahaan dengan corporate governance yang buruk akan mengurangi profitabilitas masa depan dan nilai perusahaan.

Sedangkan pengertian kas menurut PSAK No.2 Tahun 2009 yaitu:

“Kas terdiri atas saldo kas (cash on hand) dan rekening giro (demand deposits). Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko

perubahan nilai yang tidak signifikan.”

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kas adalah aset yang sangat likuid atau cair yang sifatnya berjangka pendek sehingga mudah digunakan untuk operasional perusahaan dan tidak disimpan dalam jangka waktu yang lama.


(56)

Kas (cash) terdiri atas koin, uang kertas, cek, money order (wesel atau kiriman uang melalui pos yang lazim berbentuk draft bank atau cek bank), dan uang tunai di tangan atau simpanan di bank atau semacam deposito. Aturan yang berlaku umum di bank adalah jika bank menerima untuk disimpan di bank, maka itulah kas. Benda-benda semacam Benda-benda pos, dan cek masa depan (utang cek di masa depan) bukanlah kas. Benda pos adalah beban dibayar di muka, dan cek masa depan adalah piutang usaha. Dari uraian di atas maka kriteria kas adalah sebagai berikut:

1) Diakui secara umum sebagai alat pembayaran yang sah; 2) Dapat dipergunakan setiap saat diperlukan;

3) Penggunaannya bersifat bebas;

4) Dikirim sesuai dengan nilai nominalnya.

Dengan demikian cash holding adalah jumlah kepemilikan kas yang dimiliki oleh perusahaan. Jika kas yang dimiliki perusahaan cukup atau tidak berlebihan maka dapat mengindikasikan kelikuiditasan perusahaan. Hal ini berarti kreditor percaya bahwa perusahaan dapat segera membayar hutang-hutangnya karena jumlah kas yang dimiliki perusahaan tidak berlebihan yang artinya cukup untuk operasional, investasi di masa depan dan membayar hutang. Sedangkan jika kepemilikan kas yang rendah maka akan berakibat kurangnya dana yang akan digunakan untuk operasional perusahaan, investasi di masa depan dan macetnya pembayaran hutang. Hal ini


(57)

akan berakibat ketidakpercayaan kreditor kepada perusahaan sehingga perusahaan akan sulit mendapatkan pendanaan dari kreditor. Dan sebaliknya, jika kepemilikan kas yang dimiliki perusahaan dinilai terlalu berlebihan dan tinggi maka perusahaan tersebut membuat penurunan nilai perusahaan melalui akuisisi dan merger. Hal ini dikarenakan perlindungan terhadap saham lemah sehingga dapat menurunkan nilai perusahaan.

Dalam penelitian Isshaq, et. al. (2009) yang menyatakan bahwa variabel cash holdings dapat diukur dengan log dari saldo kas neraca akhir tahun atau kas setara kas.

b. Cash Holding Theory

1) Teori Agency Problem

Agency theory mengungkapkan dua hipotesis pada kebijakan tingkat pemegangan kas perusahaan, yang pertama adalah teori free cash flow dimana perusahaan menimbun jumlah kas yang terlalu besar dan manajemen memilih menimbun kas tersebut untuk kepentingan pribadi dibanding harus membayarkannya pada shareholder dan untuk mendapatkan kemudahan dan fleksibilitas (Opler, et. al., 1999) dan yang kedua adalah teori Risk-Reduction dimana manajer perusahaan yang risk averse, akan meningkatkan cash holding mereka untuk mengurangi eksposur risiko.


(58)

2) Teori Pecking Order

Teori Pecking Order mengungkapkan adanya hierarki dalam pendanaan. Perusahaan memilih untuk menggunakan pendanaan internal terlebih dahulu untuk kemudian pendanaan eksternal dikarenakan adanya biaya dari biaya ketidaksimetrisan informasi. Adapun hierarki pendanaan yang memiliki biaya terkecil hingga terbesar adalah menggunakan laba ditahan, menerbitkan utang risiko rendah, utang risiko tinggi dan pilihan terakhir menerbitkan ekuitas.

3) Teori Trade Off

Teori ini mengemukakan bahwa perusahaan akan memaksimalkan nilai perusahaan berdasarkan pertimbangan akan biaya dan keuntungan dari memegang kas. Perusahaan memegang kas dikarenakan adanya keuntungan yang berasal dari motif transaksional dan motif jaga-jaga. Keuntungan dari transaction motives adalah perusahaan bisa menghemat biaya transaksi dengan menggunakan kas sebagai alat pembayaran selain harus melikuidasi aset. Hal ini berarti perusahaan lebih suka menggunakan kasnya untuk membayar hutang-hutangnya. Sedangkan precautionary motives atau motif jaga-jaga menunjukkan perusahaan bisa menghimpun cadangan kas yang lebih banyak untuk menghindari adanya risiko di masa yang akan datang atau untuk membiayai aktifitas dan investasinya


(59)

(Keynesian, 1936). Dengan demikian perusahaan mendapatkan keuntungan atas investasinya di masa depan.

5. Kualitas Audit

Laporan keuangan auditan yang berkualitas, relevan dan reliabilitas dihasilkan dari audit yang dilakukan oleh auditor yang berkualitas. Pengguna laporan keuangan lebih mempercayai laporan keuangan yang diaudit oleh auditor berkualitas tinggi daripada yang diaudit oleh auditor tidak berkualitas karena mereka menganggap bahwa auditor yang berkualitas tinggi akan lebih efektif dalam melakukan proses audit untuk mendeteksi salah saji atau kecurangan dikarenakan kebutuhan mereka untuk mempertahankan kreditibilitas.

Kualitas Audit diartikan oleh De Angelo (1981) dalam Alim, dkk. (2007) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Sedangkan Deis dan Groux dalam Alim, dkk. (2007) menjelaskan bahwa probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Seorang auditor dituntut untuk dapat menghasilkan kualitas pekerjaaan yang tinggi, karena auditor mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan termasuk masyarakat dan tidak hanya bergantung pada klien saja.


(60)

Kualitas audit terkait dengan adanya jaminan auditor bahwa laporan keuangan tidak menyajikan kesalahan yang material atau memuat kecurangan. Jaminan ini dapat dilihat dari ukuran KAP atau skala auditor yang terbagi menjadi dua yaitu KAP big four dan KAP non big four yang diukur menggunakan variabel dummy yaitu satu untuk perusahaan yang telah diaudit oleh KAP big four dan nol untuk perusahaan yang diaudit oleh KAP non big four. Sedangkan, De Angelo (1981) dalam Alim, dkk. (2007) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dilihat dari tingkat kepatuhan auditor dalam melaksanakan berbagai tahapan yang seharusnya dilaksanakan dalam sebuah kegiatan pengauditan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kualitas audit menyangkut kepatuhan auditor dalam memenuhi hal yang bersifat prosedural untuk memastikan keyakinan terhadap keterandalan laporan keuangan.

Menurut Herawaty (2008) mengemukakan bahwa kualitas audit sering dikaitkan dengan skala auditor , yang dipandang mempunyai kelebihan dalam empat hal, yaitu :

a. Besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani KAP; b. Banyaknya ragam jasa yang ditawarkan;

c. Luasnya cakupan geografis, termasuk adanya afiliasi international;

d. Banyaknya jumlah staf audit dalam suatu KAP.

Dengan demikian, diperkirakan bahwa dibandingkan dengan KAP non big four, KAP big four mempunyai kemampuan yang lebih baik


(61)

dalam melakukan audit, sehingga mampu menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi.Banyak penelitian menemukan kualitas audit berkorelasi positif dengan kredibilitas auditor dan berkorelasi negatif dengan kesalahan laporan keuangan. Laporan keuangan yang berkualitas merupakan salah satu elemen penting dalam meningkatkan perusahaan. Hal ini disebabkan laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang diperlukan oleh investor untuk menentukan strategi investasi dan untuk melakukan berbagai analisis menilai sebuah perusahaan.

6. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku perusahaan dari ekuitasnya. Dalam neraca keuangan, ekuitas menggambarkan total modal perusahaan dan nilai pasar bisa menjadi ukuran nilai perusahaan. Penilaian terhadap perusahaan, tidak hanya mengacu pada nilai nominal tetapi dapat juga dilihat dari kinerja perusahaannya. Sedangkan menurut Keown, et. al. (2003), nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli diartikan sebagai harga pasar atas perusahaan itu sendiri. Di bursa saham, harga pasar berarti harga yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap lembar saham perusahaan. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan yang selalu dikaitkan oleh harga saham.


(62)

Menurut Keown, et. al. (2003) terdapat variabel-variabel kuantitatif yang dapat digunakan untuk memperkirakan nilai suatu perusahaan, antara lain: nilai buku, nilai pasar saham, nilai appraisal, dan nilai arus kas. Nilai buku merupakan jumlah aktiva dari neraca dikurangi kewajiban yang ada atau modal pemilik. Nilai buku tidak menghitung nilai pasar dari suatu perusahaan secara keseluruhan karena perhitungan nilai buku berdasarkan pada data historis dari aktiva perusahaan.

Nilai pasar saham adalah suatu pendekatan untuk memperkirakan nilai bersih dari suatu bisnis. Apabila saham didaftarkan dalam bursa sekuritas dan secara luas diperdagangkan, maka pendekatan nilai dapat dibangun berdasarkan nilai pasar. Pendekatan nilai merupakan suatu pendekatan yang paling sering digunakan dalam menilai perusahaan besar, dan nilai ini dapat berubah dengan cepat.

Nilai appraisal perusahaan yang berdasarkan appraiser independent akan mengijinkan pengurangan terhadap goodwill apabila harga aktiva perusahaan meningkat. Goodwill dihasilkan sewaktu nilai pembelian perusahaan melebihi nilai buku aktivanya.

Nilai arus kas yang diharapkan adalah nilai yang dipakai dalam penilaian merger atau akuisisi. Nilai sekarang dari arus kas yang telah ditentukan akan menjadi maksimum dan harus dibayar oleh perusahaan yang ditargetkan (target firm), pembayaran awal kemudian dapat dikurangi untuk menghitung nilai bersih sekarang dari merger. Nilai sekarang (present value) adalah arus kas bebas dimasa yang akan datang.


(63)

Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Brigham, 1996). Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen aset.

Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan dalam penilaian perusahaan, diantaranya adalah:

a) pendekatan laba antara lain metode rasio tingkat laba atau price earning ratio atau metode kapitalisasi proyeksi laba;

b) pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas; c) pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen; d) pendekatan aktiva antara lain metode penilaian aktiva; e) pendekatan harga saham;

f) pendekatan economy value added.

Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan rasio Tobin’s Q. Rasio ini dikembangkan oleh Profesor James Tobin (1967) dan dinilai dapat memberikan informasi yang paling baik, karena rasio ini dapat menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi dalam perusahaan seperti terjadinya perbedaan cross sectional dalam


(64)

pengambilan keputusan investasi. Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena dapat menunjukan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian setiap dana yang diinvestasikan. Jika rasio Tobin’s Q diatas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi sehingga akan menarik munculnya investasi baru sedangkan jika rasio Tobin’s Q dibawah satu menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva tidak menarik investor untuk memberikan investasinya yang baru.

Menurut Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) yang menyebutkan bahwa nilai perusahaan diukur melalui Tobins Q, yang diformulasikan :

Dimana :

Tobins Q : Nilai perusahaan

MVE : Nilai Ekuitas Pasar (Market Value Equity) D : Nilai buku dari total hutang

BVE : Nilai buku dari equitas (Book Value Equity)

Market Value Equity (MVE) diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan akhir tahun (closing price )dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun. Book Value Equity (BVE) diperoleh dari selisih total aset perusahaan dengan total kewajibannya.

Menurut Smithers dan Wright (2007), keunggulan Tobin’s Q adalah :


(65)

b. Tobin’s Q mencerminkan sentimen pasar, misalnya analisis dilihat dari prospek perusahaan atau spekulasi;

c. Tobin’s Q mencerminkan modal intelektual perusahaan;

d. Tobin’s Q dapat mengatasi masalah dalam memperkirakan tingkat keuntungan atau biaya marjinal.

Sedangkan kelemahan Tobin’s Q yang dikemukakan juga oleh Smithers dan Wright (2007) adalah bahwa Tobin’s Q dapat menyesatkan dalam pengukuran kekuatan pasar karena sulitnya memperkirakan biaya atas pergantian atas harta, pengeluaran untuk iklan dan penelitian serta pengembangan menciptakan aset tidak berwujud.

B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis

Adapun keterkaitan antar variabel dependen dan independen dalam penelitian ini adalah:

1. Struktur Kepemilikan

Dalam perspektif teori agensi, agen yang risk adverse dan cenderung mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan resources dari investasi yang tidak meningkatkan nilai perusahaan ke alternatif investasi yang lebih menguntungkan. Permasalahan agensi akan mengindikasikan bahwa nilai perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan bisa mengendalikan perilaku manajemen agar tidak menghamburkan resources perusahaan, baik dalam bentuk investasi yang tidak layak maupun dalam bentuk shirking. Struktur kepemilikan yang baik mampu mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan


(66)

meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Dengan demikian, struktur kepemilikan yang baik dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan.

a. Hubungan Kepemilikan Manajerial dengan Nilai Perusahaan Jensen dan Meckling (1976) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham. Penelitian mereka menemukan bahwa kepentingan manajer dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak akan memanipulasi laba untuk kepentingannya.

Kepemilikan manajerial dengan pemikiran bahwa sensitivitas manajemen terhadap pengaruh para pemegang saham akan tergantung pada tingkat kontrol kepemilikan manajerial. Manajemen dengan kontrol kepemilikan besar memiliki insentif yang lebih rendah untuk melakukan self-serving behavior yang tidak meningkatkan nilai perusahaan dan bisa jadi memiliki lebih banyak kecenderungan untuk menerapkan kebijakan akuntansi konservatime untuk meningkatkan kualitas laba. Sesuai yang dikemukakan Jensen dan Meckling (1976), bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajerial maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham untuk meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini sesuai


(1)

Lampiran 2 : Hasil Uji Regresi Berganda

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 KA,

Ln.DPR, CH, KI, Ln.KM

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Ln.Q

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .562a .315 .290 .60462

a. Predictors: (Constant). KA. Ln.DPR. CH. KI. Ln.KM b. Dependent Variable: Ln.Q

Model Summaryb

Mode l Change Statistics Durbin-Watson R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .315 12.343 5 134 .000 1.651

a. Predictors: (Constant). KA. Ln.DPR. CH. KI. Ln.KM b. Dependent Variable: Ln.Q


(2)

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 22.562 5 4.512 12.343 .000a

Residual 48.986 134 .366

Total 71.548 139

a. Predictors: (Constant). KA. Ln.DPR. CH. KI. Ln.KM b. Dependent Variable: Ln.Q

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.514 .796 -.646 .520

Ln.KM -.124 .023 -.465 -5.335 .000

KI .001 .002 .035 .415 .679

Ln.DPR .123 .059 .153 2.069 .040

CH .076 .068 .094 1.106 .271

KA -.021 .128 -.014 -.162 .872


(3)

a. Dependent Variable: Ln.Q

CHART

(Setelah Transformasi) Model

Correlations

Collinearity Statistics Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant)

Ln.KM -.531 -.419 -.381 .671 1.489

KI .233 .036 .030 .726 1.377

Ln.DPR .201 .176 .148 .937 1.067

CH .343 .095 .079 .711 1.406


(4)

(5)

CHART


(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010

0 78 102

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia

0 26 103

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Kebijakan Dividen, Cash Holding, Ukuran Perusahaan dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Perusahaan LQ – 45 Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 - 2013

2 11 124

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN DIVIDEND PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 5 13

PENDAHULUAN PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 2 6

KESIMPULAN PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 3 25

PENGARUH FREE CASH FLOW TERHADAP DIVIDEND PAYOUT PENGARUH FREE CASH FLOW TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2001-2007.

0 4 11

PENDAHULUAN PENGARUH FREE CASH FLOW TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2001-2007.

0 2 6

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN MANAJERIAL, RISIKO KEUANGAN, NILAI PERUSAHAAN, DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO TERHADAP PERATAAN LABA (Studi Pada Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2016)

0 1 17

Pengaruh struktur kepemilikan saham terhadap nilai perusahaan : studi empiris pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia - USD Repository

0 1 100