22
2. Struktur Kepemilikan
Struktur  kepemilikan  menjadi  penting  dalam  teori  keagenan  karena sebagian  besar  argumentasi  konflik  keagenan  disebabkan  oleh  adanya
pemisahan  kepemilikan  dan  pengelolaan.  Konflik  keagenan  tidak  terjadi pada  perusahaan  dengan  kepemilikan  seratus  persen  oleh  manajemen
Jensen  dan  Meckling,  1976.  Tetapi  konflik  keagenan  terjadi  karena terdapatnya  dua  kepentingan  yaitu    antara  pemilik  dan  manajemen  yang
tidak selalu sejalan. Perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen mengakibatkan  manajemen  berperilaku  curang  dan  tidak  etis  sehingga
merugikan pemegang saham. Secara umum struktur kepemilikan terbagi menjadi dua kategori yaitu
struktur  kepemilikan  terkonsentrasi  dan  menyebar.  Secara  spesifik kategori  struktur  kepemilikan  meliputi  kepemilikan  institusi  domestik,
institusi asing, pemerintah, karyawan, dan individual domestik Xu, 1997 dalam Hastuti,
2005.
Namun, didalam
penelitian ini,
hanya menggunakan  dua  indikator  diantaranya  melalui  kepemilikan  manajerial
dan kepemilikan institusional.
a. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial dapat diartikan sebagai pemegang saham dari  pihak  manajemen  yang  secara  aktif  ikut  dalam  pengambilan
keputusan  perusahaan  direktur  dan  komisaris.  Kepemilikan manajerial  juga  dapat  diartikan  sebagai  persentase  saham  yang
dimiliki oleh manajer dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk
23
masing-masing  periode  pengamatan.  Variabel  ini  digunakan  untuk mengetahui  manfaat  kepemilikan  dalam  mekanisme  mengurangi
konflik  keagenan,  sehingga  masalah  keagenan  diasumsikan  akan hilang  apabila  seorang  manajer  juga  sekaligus  sebagai  seorang
pemilik. Shelter dan Vishny 1986 dalam Siregar, Sylvia. Veronica N.P,
dan Utama, Siddharta 2005 menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor.
Secara  teoritis,  jika  kepemilikan  manajerial  rendah,  maka  insentif terhadap  kemungkinan  terjadinya  perilaku  oportunistik  manajer  akan
meningkat.  Kepemilikan  manajerial  terhadap  saham  perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara
pemegang  saham  luar  dengan  manajemen  Jensen  dan  Meckling, 1976.  Sehingga  masalah  keagenan  diasumsikan  akan  hilang  apabila
seorang  manajer  adalah  juga  sekaligus  sebagai  seorang  pemilik. Karena  manajer  merasa  lebih  memiliki  perusahaan.  Dengan  rasa
memiliki tersebut
maka manajemen
akan mengoptimalkan
penggunaan  sumber  daya  sehingga  mengakibatkan  kenaikan  nilai perusahaan.
Morek,  Shieifer  dan  Vishny  1988  dalam  Siregar,  Sylvia. Veronica N.P, dan Utama, Siddharta 2005 menemukan bahwa pada
level  0  -  5  terdapat  hubungan  non  linear  antara  kepemilikan manajerial dengan kinerja perusahaan, berhubungan negatif antara 5
24
-  25,  berhubungan  positif  antara  kepemilikan  dengan  nilai perusahaan  pada  level  25    -  50  dan  berhubungan  negatif  pada
level  lebih  dari  50.  Hal  ini  juga  didukung  oleh  penelitian Widyaningsih 2001 yang menyatakan bahwa hubungan kepemilikan
manajerial  dengan  kinerja  perusahaan  masih  bertentangan  dan terdapat  hubungan  non  monotonic.  Di  mana  pola  hubungan  non-
monotonic  adalah  pola  hubungan  yang  membentuk  non  linear. Maksudnya
kepemilikan manajerial
yang rendah
terbukti meningkatkan  nilai  perusahaan  dan  begitu  pula  dengan  kepemilikan
manajerial yang tinggi terbukti dapat meningkatkan nilai perusahaan, tetapi  ketika  kepemilikan  manajerial  ada  pada  level  intermediate
justru dapat menurunkan nilai perusahaan. Hubungan  non  monotonik  antara  kepemilikan  manajerial  dan
nilai  perusahaan  disebabkan  adanya  insentif  yang  dimiliki  oleh manajer  dan  mereka  cenderung  berusaha  untuk  melakukan
penyejajaran  kepentingan  dengan  outsider  owners  dengan  cara meningkatkan  saham  mereka  sehingga  nilai  perusahaan  yang  berasal
dari investasi meningkat.
b. Kepemilikan Institusional