56
kawasan pengembangan permukiman, pelayanan sosial dan pemerintahan, perdagangan dan jasa lokal, kawasan industri terpadu, pariwisata, perkebunan,
kehutanan, pertanian lahan kering, peternakan dan kawasan lindung. Pada bagian barat SSWP ini juga merupakan kawasan lindung penyangga yaitu di lereng
pegunungan Hyang Gunung Argopuro.
f. SSWP VI
Sub Satuan Wilayah Pengembangan VI Wringin dan sekitarnya meliputi Kecamatan Wringin, Kecamatan Pakem, dan Kecamatan Binakal, dengan pusat
pertumbuhan di Ibukota Kecamatan Wringin. SSWP VI mempunyai fungsi wilayah sebagai kawasan pengembangan permukiman, pelayanan sosial dan
pemerintahan, perdagangan dan jasa lokal, pariwisata, perkebunan, kehutanan, pertanian lahan kering, peternakan serta kawasan lindung. Pada bagian barat daya
SSWP ini juga merupakan kawasan lindung penyangga yaitu di lereng pegunungan Hyang Gunung Argopuro.
g. SSWP VII
Sub Satuan Wilayah Pengembangan VII Prajekan dan sekitarnya meliputi Kecamatan Cermee, Kecamatan Prajekan, Kecamatan Klabang dan
Kecamatan Botolinggo, dengan pusat pertumbuhan di Ibukota Kecamatan Prajekan. SSWP VII mempunyai fungsi wilayah sebagai kawasan pengembangan
permukiman, pelayanan sosial dan pemerintahan, perdagangan dan jasa lokal hingga regional, kawasan industri terpadu, pertambangan, perkebunan, pertanian
lahan basah dan kering.
h. SSWP VIII
Sub Satuan Wilayah Pengembangan VIII Sempol meliputi Kecamatan Sempol, dengan pusat pertumbuhan di Ibukota Kecamatan Sempol. SSWP VIII
mempunyai fungsi wilayah sebagai kawasan sebagai permukiman, pelayanan sosial dan pemerintahan, perdagangan dan jasa lokal, pariwisata, perkebunan,
kehutanan, pertanian lahan kering dan pertambangan secara terbatas, serta kawasan lindung. SSWP ini merupakan kawasan penyangga yang sangat penting
bagi kabupaten sekitar sehingga perlu dipertahankan fungsi lindungnya.
57
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1. Indeks dan Status Keberlanjutan Sistem Perkebunan Kopi Arabika 5.1.1. Dimensi Ekologi
a. Hasil Penilaian Kondisi Aktual Faktor Dimensi Ekologi
Dimensi ekologi sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso direpresentasikan oleh beberapa faktor yang mendukung keberlanjutan ekologi
kawasan perkebunan kopi arabika, dan secara statistik faktor-faktor ini mudah dinilai. Dimensi ekologi pada penelitian ini memiliki tujuh faktor yaitu, 1 Luas
hutan, 2 Potensi lahan kopi, 3 Kelas kesesuaian lahan, 4 Kesuburan lahan kebun, 5 Potensi serangan organisme pengganggu tanaman OPT, 6 Perluasan
kebun baru dan 7 Kondisi iklim. Seluruh faktor pada dimensi ekologi ini dinilai dengan menggunakan kriteria tertentu dengan rentang penilaian dari kategori baik
dengan skala 3, kategori cukup baik dengan skala 2, kategori kurang baik dengan skala 1 dan kategori buruk dengan skala 0. Hasil penilaian kondisi aktual faktor-
faktor dimensi ekologi dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Hasil penilaian kondisi aktual faktor-faktor dimensi ekologi sistem perkebunan kopi arabika kabupaten Bondowoso
No Faktor
Skor Kategori
Keterangan
1 Luas hutan
3 Baik
Luas hutan Bondowoso dengan kondisi baik lebih dari 50
2 Potensi lahan
2 Cukup baik
Potensi lahan untuk perluasan kebun di Bondowoso cukup tersedia
3 Kelas kesesuaian
lahan 3
Baik Lebih Dari 70 lahan kebun di
Bondowoso termasuk dalam kelas S1 sangat
sesuai untuk kopi arabika
4 Kesuburan lahan
kebun 3
Baik Lebih dari 70 lahan kebun kopi
arabika Bondowoso subur. 5
Potensi serangan OPT 2
Cukup baik Frekuensi dan intensitas serangan
OPT kopi arabika di Bondowoso cenderung menurun
6 Perluasan kebun
baru 3
Baik Perluasan kebun kopi arabika di
Bondowoso cukup luas 7
Kondisi iklim 2
Cukup baik Kondisi iklim Bondowoso cukup
mendukung kegiatan perkebunan kopi arabika
Sumber : Data penelitian, diolah 2015 Lampiran G