29
memanfaatkan sumber daya lahan dan terdapat pertumbuhan produksi sesuai dengan permintaan yang terus meningkat.
Journal of Sustainable Agriculture 1990 dalam Sumarno 2006
menguraikan bahwa: pertanian berkelanjutan adalah usaha pertanian yang mempersyaratkan: a sumber daya pertanian dimanfaatkan seimbang dengan
peruntukannya, b praktek usaha pertanian melestarikan sumber daya pertanian dan mencegah perusakan lingkungan, c produktivitas, pendapatan dan insentif
ekonomi tetap layak, dan d sistem produksi tetap harmonis dan selaras dengan dinamika sosial ekonomi masyarakat.
2.6 Kerangka Pemikiran
Keberlanjutan sistem perkebunan kopi yang merupakan salah satu komoditas ekspor adalah isu strategis bagi kegiatan pengembangan perkebunan
kopi khususnya dan pengembangan ekonomi secara umum. Status kopi sebagai komoditas ekspor serta besarnya jumlah petani yang terlibat dalam pengusahaan
kopi merupakan faktor yang menjadikan keberlanjutan sistem perkebunan kopi adalah isu strategis. Premis tersebut muncul karena jumlah devisa yang diterima
dari perdagangan kopi Indonesia cukup besar, nilai transaksi ekspor kopi Indonesia mencapai USD 1,2 miliar pada tahun 2012 dan juga tidak kurang dari 2
juta keluarga petani Indonesia menggantungkan perekonomiannya pada pengusahaan kopi.
Keberlanjutan sistem perkebunan kopi dapat dicapai dengan adanya dukungan kebijakan yang mengutamakan pada pembangunan perkebunan yang
berkelanjutan dengan pendekatan yang holistik dan sistemik. Permasalahan yang terletak pada kebijakan holistik dan sistemik adalah bahwa kebijakan ini tidak
bisa dilakukan secara sekaligus, sehingga diperlukan perencanaan dan implementasi kebijakan yang mendasarkan diri pada titik kunci dari sistem
perkebunan kopi. Perencanaan kebijakan pengembangan dengan memulai dari titik kunci sistem akan memberi peluang yang besar bagi terbentuknya kebijakan
yang memiliki dampak yang signifikan terhadap sistem secara keseluruhan, dengan kata lain kebijakan yang dirumuskan adalah kebijakan yang efektif.
30
Keberlanjutan sistem perkebunan kopi pada daerah sentra produksi kopi spesialti seperti Kabupaten Bondowoso
adalah isu yang sangat penting. Pentingnya isu keberlanjutan ini dikarenakan konsumen kopi spesialti sangat
menghargai kopi yang dihasilkan dari sistem perkebunan yang ramah lingkungan. Lingkungan yang dimaksud mencakup dimensi ekologi, ekonomi dan sosial. Isu
keberlanjutan menjadi penting bagi produsen kopi spesialti karena berhubungan langsung dengan prospek pasar dari kopi spesilti itu sendiri, semakin rendah
tingkat keberlanjutan sistem perkebunan kopi pada produk kopi spesialti tertentu maka akan semakin rendah pula prospek pasar kopi spesialti tersebut. Dimensi
ekologi, ekonomi dan sosial adalah dimensi dalam sistem perkebunan kopi yang berhubungan langsung dengan petani dan petani bisa secara mandiri
mengusahakan keberlanjutan untuk tiga dimensi tersebut. Kekurangan cara tersebut adalah tingkat keberlanjutan yang dicapai kurang maksimal karena
diusahakan oleh petani secara mandiri dengan keterbatasan sumber daya baik sumber daya material maupun intelektual. Kondisi ini mengharuskan adanya
dimensi lain yakni dimensi kebijakan dan kelembagaan yang berperan untuk mempercepat dan meningkatkan efektifitas peningkatan keberlanjutan dari ketiga
dimensi sebelumnya. Cara yang digunakan berupa perumusan kebijakan dalam bentuk aturan yang mendukung petani atau dalam bentuk kebijakan introduksi
teknologi dan infrastruktur yang mendukung keberlanjutan sistem perkebunan kopi. Bentuk kebijakan yang kedua yang kemudian membentuk dimensi sistem
yaitu dimensi kebijakan dan infrastruktur. Pentingnya kebijakan yang baik untuk mendukung terbentuknya sistem
perkebunan kopi yang berkelanjutan menjadikan perencanaan yang sistematis dan tepat sasaran mengenai kebijakan tersebut adalah kata kunci bagi usaha
membentuk suatu sistem perkebunan yang berkelanjutan. Perencanaan kebijakan yang baik harus mendasarkan diri pada kondisi aktual dari objek kebijakan yang
dituju. Perencanaan kebijakan untuk membenntuk sistem perkebunan kopi yang berkelanjutan harus mendasarkan pada kondisi aktual keberlanjutan sistem
perkebunan kopi saat ini. Indeks keberlanjutan yang diperoleh melalui analisis ordinasi multidimensi sistem perkebunan kopi arabika adalah dasar yang cukup
31
kuat untuk memenuhi kebutuhan akan pengetahuan kondisi aktual keberlanjutan sistem perkebunan kopi saat ini. Dimensi-dimensi dalam sistem perkebunan kopi
memiliki atributfaktor yang menentukan keberlanjutan dari masing-masing dimensi tersebut. Atributfaktor tersebut memiliki kekuatan yang berbeda dalam
mempengaruhi keberlanjutan masing-masing dimensi. Atributaktor yang terkuat dalam mempengaruhi keberlanjutan dimensi dinamakan sebagai atributfaktor
sensitif. Selanjutnya atributfaktor sensitif dari masing-masing dimensi dianalisis
dengan menggunakan analisis prospektif untuk mengetahui atributfaktor yang merupakan atributfaktor kunci bagi sistem perkebunan kopi secara keseluruhan.
Identifikasi atributfaktor kunci ini berguna sebagai acuan dalam perumusan kebijakan dan skenario kebijakan dalam rangka membentuk sistem perkebunan
kopi yang berkelanjutan, kerangka pemikiran tersebut divisualisasikan pada gambar 2.4.
Gambar 2.3. Kerangka pemikiran indeks keberlanjutan dan identifikasi faktor kunci
sistem perkebunan kopi arabika
32
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bondowoso. Kabupaten Bondowoso merupakan salah satu kontributor produksi kopi spesialti Indonesia
dengan merek dagang Java Ijen-Raung Coffee. Kabupaten Bondowoso memiliki potensi yang besar sebagai daerah sentra produksi kopi di Jawa Timur, hal ini bisa
terealisasi dengan sarat luas areal perkebunan kopi Kabupaten Bondowoso mencapai 80 dari total luas areal perkebunan kopi provinsi. Kondisi ini
menjadikan usaha pengembangan sistem perkebunan kopi arabika merupakan prioritas penting bagi Kabupaten Bondowoso. Kegiatan pengembangan sistem
kopi arabika yang berkelanjutan selain bertujuan untuk meningkatkan produksi kopi di Bondowoso juga berepran untuk mencapai status Kabupaten Bondowoso
sebagai daerah sentra produksi kopi dengan mengedepankan keberlanjutan dari pengusahaan kopi itu sendiri.
Penelitian mencakup enam wilayahkecamatan yang merupakan daerah sentra produksi kopi arabika Kabupaten Bondowoso. Enam wilayah tersebut
adalah Kecamatan Sumberwringin, Botolinggo, Cermee, Sempol, Tologasari dan Maesan. Lokasi wilayah tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Lokasi daerah fokus penelitian