84
petani tergambar pada tujuan dan fungsi dibentuknya kelembagaan petani yaitu 1 Wadah proses pembelajaran, 2 Unit penyedia sarana dan prasarana produksi,
3 Unit produksi, 4 Unit pengolahan dan pemasaran dan 5 Unit jasa penunjang. Kelembagaan petani di kawasan sentra produksi Kabupaten
Bondowoso baru memenuhi dengan baik fungsi yang ke 4. Kelembagaan petani kopi arabika Kabupaten Bondowoso terdapat sebanyak 16 kelompok Dishutbun
Bondowoso, 2013.
Kelembagaan pasar
dinilai berdasarkan dukungan kelembagaan pasar dalam pembelian kopi petani. Kelembagaan pasar memiliki kinerja cukup baik
dalam mendukung pembelian kopi arabika petani. Dukungan ini terbukti dengan berhasilnya petani kopi arabika kabupaten Bondowoso melakukan ekspor pada
tahun 2011. Dukungan kelembagaan pasar juga diwujudkan dalam bentuk kemitraan penjualan hasil kopi yang dilakukan oleh PT Indokom Citra Persada
dengan petani kopi arabika Kabupaten Bondowoso Dishutbun Bondowoso, 2013.
Kelembagaan sarana produksi
dinilai berdasarkan kinerja kelembagaan sarana produksi dalam memenuhi kebutuhan sarana produksi petani kopi arabika
Kabupaten Bondowoso dengan tepat. Kinerja kelembagaan sarana produksi untuk perkebunan kopi arabika di Kabupaten Bondowoso cukup baik dalam pemenuhan
sarana produksi seperti benih, pestisida, pupuk serta alat dan mesin pertanian. Kelembagaan sarana produksi perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso
mencakup Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bondowoso, Kelompok petani dan kios pertanian Dishutbun Bondowoso, 2013.
b. Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Kebijakan dan Kelembagaan
Skor yang didapat dari penilaian terhadap kondisi aktual faktor-faktor pada dimensi kebijakan dan kelembagaan kemudian digunakan sebagai data input
untuk analisis Multi Dimensional Scaling MDS RAP-COFFEE Rapid Appraisal Coffee
seperti ditunjukkan pada lampiran 4.a. Hasil analisis RAP-COFFEE pada faktor-faktor dimensi kebijakan dan kelembagaan menunjukkan bahwa dimensi
kebijakan dan kelembagaan sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten
85
Bondowoso termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan dengan nilai indeks berada pada rentang 50,01-75,00 . Nilai indeks keberlanjutan dimensi kebijakan
dan kelembagaan sistem perkebunan kopi arabika adalah 61,39. Penentuan
indeks keberlanjutan dimensi kebijakan dan kelembagaan sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso dilakukan dengan rap analysis yang ditunjukkan
pada lampiran 4.b. Hasil analisis indeks keberlanjutan dimensi kebijakan dan kelembagaan sistem perkebunan kopi arabika digambarkan pada diagram dua
dimensi dengan sumbu horizontal merepresentasikan nilai indeks keberlanjutan dan sumbu vertikal merepresentasikan variasi faktor yang tidak berkaitan dengan
keberlanjutan dimensi kebijakan dan kelembagaan.
Gambar 5.7. Nilaiindeks dan status keberlanjutan dimensi kebijakan dan kelembagaan
Nilai indeks keberlanjutan yang merupakan nilai relatif tidak berarti tidak bisa memberikan gambaran yang tepat mengenai kondisi objek yang dikaji. Nilai
indeks yang merupakan nilai relatif menunjukkan bahwa nilai indeks tidak
54.24
GOOD BAD
UP
DOWN
-80 -60
-40 -20
20 40
60
20 40
60 80
100 120
O th
er D
isti n
g u
ish in
g F
eatu res
Dimensi Kebijakan dan Kelembagaan
RAP-COFFEE Ordination
Nilai Indeks References
Anchors
86
dikalibrasi dengan standar keberlanjutan tertentu, disamping itu nilai indeks yang arbitrary
juga menunjukkan gambaran umum mengenai kondisi dan status keberlanjutan dimensi kebijakan dan kelembagaan. Pemahaman yang tepat
mengenai pengertian arbitrary dan konsekuensinya akan memudahkan dalam menentukan tindak lanjut terhadap informasi yang diberikan oleh nilai indeks.
Tindak lanjut yang bisa dilakukan terhadap nilai indeks dapat dikategorikan menjadi dua yaitu, 1 memverifikasi nilai indeks dan 2 melakukan justifikasi
terhadap nilai indeks. Memverifikasi nilai indeks adalah jenis tindak lanjut yang didasari dengan
premis mempertanyakan akurasi nilai indeks. Memverifikasi nilai indeks keberlanjutan dimensi kebijakan dan kelembagaan dilakukan dengan meninjau
kembali faktor yang dinilai. Justifikasi terhadap nilai indeks dilakukan dengan premis membenarkan akurasi nilai indeks. Sehingga tindak lanjut berikutnya
adalah mengidentifikasi faktor yang akan diintervensi untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan pada dimensi kebijakan dan kelembagaan. Justifikasi
nilai indeks juga diperkuat dengan menilai sensitivitas masing-masing faktor terhadap nilai indeks dimensi.
c. Analisis Leverage Faktor Dimensi Kebijakan dan Kelembagaan