Dimensi Ekonomi a. Hasil Penilaian Kondisi Aktual Faktor Dimensi Ekonomi

65

5.1.2. Dimensi Ekonomi a. Hasil Penilaian Kondisi Aktual Faktor Dimensi Ekonomi

Dimensi ekonomi sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso direpresentasikan oleh tiga belas faktor yang berkontribusi terhadap keberlanjutan dimensi ekonomi sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso. Faktor- faktor dalam dimensi ekonomi sistem perkebunan kopi arabika yaitu, 1 Produktivitas, 2 Produksi, 3 Biaya tenaga kerja, 4 Pendapatan usaha tani selain kopi, 5 Harga kopi, 6 Harga sarana produksi, 7 Ketersediaan sarana produksi, 8 Pendapatan petani kopi, 9 PDRB Kabupaten Bondowoso, 10 Nilai tukar petani kopi, 11 Ketersediaan modal petani, 12 Pemasaran hasil kopi dan 13 Luas penguasaan kebun kopi. Seluruh faktor pada dimensi ekonomi ini dinilai dengan menggunakan kriteria tertentu dengan rentang penilaian dari kategori baik dengan skala 3, kategori cukup baik dengan skala 2, kategori kurang baik dengan skala 1 dan kategori buruk dengan skala 0. Hasil penilaian kondisi aktual faktor-faktor dimensi ekonomi dapat dilihat pada tabel 5.2. Tabel 5.2. Hasil penilaian kondisi aktual faktor-faktor dimensi ekonomi sistem perkebunan kopi arabika kabupaten Bondowoso No Faktor Skor Kategori Keterangan 1 Produktivitas Buruk Produktivitas kopi arabika di Kabupaten Bondowoso cukup tinggi 2 Produksi Buruk Produksi kopi arabika Kabupaten Bondowoso relatif memenuhi kebutuhan pasar 3 Biaya tenaga kerja 2 Cukup baik Biaya tenaga kerja untuk perkebunan kopi arabika di Kabupaten Bondowoso berada pada tingkatan wajar 4 Pendapatan usaha tani selain kopi 2 Cukup Baik Pendapatan usaha tani selain kopi di Kabupaten Bondowoso relatif lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan usaha tani kopi 5 Harga kopi 1 Kurang Harga kopi arabika di Kabupaten Bondowoso relatif stabil 6 Harga sarana produksi 2 Cukup Baik Harga sarana produksi untuk usaha tani kopi arabika relatif sama dengan Harga Eceran Tertinggi 66 Lanjutan Tabel 5.2. No Faktor Skor Kategori Keterangan 7 Ketersediaan sarana produksi 2 Cukup baik Sarana produksi untuk usaha tani kopi arabika relatif tepat 8 Pendapatan petani 2 Cukup baik Nilai RC Ratio petani kopi arabika Kabupaten Bondowoso 2,33 9 PDRB Bondowoso 3 Baik Nilai PDRB tanaman perkebunan Kabupaten Bondowoso meningkat signifikan 10 Nilai tukar petani kopi 3 Baik Indeks Nilai Tukar Petani kopi arabika Kabupaten Bondowoso stabil diatas 100 11 Ketersediaan modal petani 2 Cukup baik Rata-rata petani kopi arabika di Kabupaten Bondowoso memiliki cukup modal 12 Pemasaran hasil kopi 2 Cukup baik Posisi tawar petani dalam penjualan kopi cukup baik 13 Luas penguasaan lahan 1 Kurang Luas penguasaan lahan kebun kopi arabika berkisar antara 1-1,5 ha Sumber : Data penelitian, diolah 2015 Lampiran H Berdasarkan penilaian kondisi aktual faktor-faktor pada dimensi ekonomi sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso dapat dikatakan bahwa dimensi ekonomi sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso berada pada kategori cukup baik. Sepuluh dari 13 faktor yang merepresentasikan dimensi ekonomi memiliki skor 2 dengan kategori cukup baik dan hanya 3 faktor saja yang memiliki skor 3 dengan kategori baik. Skor tertinggi yang diperoleh dari penilaian kondisi aktual dimensi ekonomi sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso adalah tiga 3 dengan skor terendah yang diperoleh adalah dua 2. Produksi dan Produktivitas kopi arabika Kabupaten Bondowoso pada periode lima tahun terahir 2009-2014 mengalami laju penurunan yang sangat signifikan. Penurunan produksi selama lima tahun terjadi sebanyak 102,04 ton atau penurunan sebesar 64,09 dengan laju penurunan produksi pertahunnya sebesar 16,02. Produktivitas kopi arabika Kabupaten Bondowoso juga mengalami penurunan yang cukup tajam yaitu sebesar 59,47 selama lima tahun atau penurunan sebesar 14,87 setiap tahunnya. Kondisi ini menjadikan kedua faktor dimensi ekonomi sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten tersebut memperoleh skor 0 dengan kategori buruk. Penurunan produksi dan produktivitas terjadi karena kebijakan peningkatan kuantitas dan kualitas produksi serta 67 produktivitas terkalahkan dengan terjadinya perubahan iklim yang ekstrim yang berujung pada buruknya kinerja perkebunan secara keseluruhan Dishutbun Bondowoso, 2013. Harga sarana produksi untuk kebutuhan perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso tidak mengalami perkembangan yang terlalu mencolok. Sarana produksi seperti pupuk, pestisida, dan alat serta mesin pertanian didapatkan petani melalui beberapa pihak. Pupuk anorganik seperti NPK, ZA, SP 36 dan KCL diperoleh petani melalui kios pupuk yang terdapat sebanyak 5 unit. Pupuk organik berupa pupuk kandang dan pupuk kompos diperoleh petani melalui kelompok tani. Kelompok tani yang menjual pupuk organik terdapat sebanyak 11 kelompok tani. Pestisida yang dibutuhkan petani kopi arabika terdapat tiga jenis yaitu pestisida kimia, agensia hayati dan pestisida nabati. Pestisida kimia baik berupa insektisida, herbisida, fungisida dan akarisida dijual oleh kios yang terdapat sebanyak 4 unit. Agensia hayati dijual oleh BPTP Disbun dan pestisida nabati dijual melalui kelompok tani. Selama lima tahun terahir harga pupuk baik anorganik maupun organik, pestisida maupun alat dan mesin pertanian berada pada kisaran harga eceran tertinggi. Ketersediaan sarana produksi juga relatif tepat karena jumlah lembaga yang menyediakan sarana produksi tersedia cukup banyak baik berupa kios, dinas perkebunan dan kelompok tani Dishutbun Bondowoso, 2013. Pendapatan petani kopi arabika Kabupaten Bondowoso didasarkan pada besaran nilai RC ratio. Rata-rata RC Ratio usaha tani perkebunan kopi arabika di Kabupaten Bondowoso sebesar 2,33. Tingkat RC Ratio tersebut menjadikan faktor pendapatan petani kopi arabika memiliki skor 2 dengan kategori cukup baik. Pendapatan usaha tani selain kopi relatif lebih rendah dibandingkan dengan usaha tani kopi. Usaha tani selain kopi yang diusahakan adalah tanaman tahunan, tanaman semusim dan ternak. Secara berturut-turut nilai RC Ratio usaha tani selain kopi tersebut adalah 2,11; 2,85; dan 1,49. Usaha tani semusim memiliki nilai RC Ratio yang lebih besar hanya saja dengan rentang yang tidak signifikan. Sedangkan usaha tani lainnya memiliki nilai RC Ratio yang cenderung lebih rendah. Pendapatan tersebut hanya saja tidak didukung dengan stabilitas harga 68 kopi . Harga kopi HS pada tahun 2011 mencapai Rp. 38.000kg pada tahun 2012 harga kopi HS menurun menjadi Rp. 35.000kg dan pada tahun 2013 harga kopi HS menurun drastis menjadi Rp 18.000kgHariyati, 2014. PDRB Bondowoso adalah faktor yang didasarkan pada perkembanngan nilai tanaman perkebunan. Faktor ini memiliki skor 4 dengan kategori baik. Indeks perkembangan PDRB Bondowoso berdasarkan harga berlaku sektor pertanian tanaman perkebunan pada tahun 2013 sebesar 479,10 merupakan subsektor dengan indeks perkembangan terbesar ketiga setelah perikanan dan kehutanan. Nilai PDRB subsektor tanaman perkebunan Kabupaten Bondowoso pada tahun 2013 sebesar 833.769,83 juta rupiah BPS Bondowoso, 2014. Pemasaran kopi arabika Bondowoso dilakukan melalui 2 saluran pemasaran yaitu: petani kopi langsung pedagang pengepul dan dari petani kopi ke koperasi langsung ke eksportir PT. Indokom Citra Persada. Petani anggota kelompoktani yang memiliki kualitas kopi yang baik, maka akan disetorkan ke koperasi, sedangkan kopi yang berkualitas 2 langsung dijual ke pedagang pengepul. Petani anggota kelompoktani mendapat harga ekspor sejak bulan juni tahun 2011. Pemasaran kopi melalui dua saluran terebut menjadikan petani memiliki posisi tawar yang cukup baik Dishutbun Bondowoso, 2013. Ketersediaan modal petani kopi arabika Bondowoso cukup baik. Sumber-sumber pembiayaan yang dapat diakses oleh petani atau kelompok tani Dana APBN baik yang maupun bersifat Bansos, atau dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten dalam bentuk bantuan stimulan. Anggota kelompoktani di Kawasan sentra produksi kopi arabika Sumber Wringin yang tergabung dalam koperasi telah memperoleh kucuran dana lunak sebanyak 2 dua kali, kucuran dana yang pertama dinikmati anggota kelompoktani pada tahun 2011 sebesar Rp. 500.000.000, dan tahun ke-2 2012 kelompok tani mendapat kucuran anggaran sebesar Rp. 1.200.000.000 dari Bank Jatim. Di samping BPD Jatim, Bank Indonesia Cabang Jember juga berpartisipasi dalam akselerasi program ekspor kopi arabika ke Negara Swiss melalui eksportir Indokom Citra Persada. Melalui dana coorporate social responsibility CSR BI Cabang Jember berpartisipasi pertama mengajak kelompok studi banding ke Petani kopi arabika Bangli, Bali. 69 Kedua menerapkan program zero farming dengan memberikan bantuan domba beserta kandang komunalnya, ketiga membiayai kelompok dalam mengurus hak paten produk kopi bubuk arabika “Java Coffee Ijeng Raung” Dishutbun Bondowoso, 2013

b. Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Ekonomi