Latar Belakang Permasalahan PENDAHULUAN

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis bagi perekonomian Indonesia. Nilai strategis kopi terletak pada besarnya kontribusi yang disumbangkan kopi pada pendapatan Negara khususnya dalam bentuk devisa. Ekspor kopi Indonesia pada tahun 2012 adalah 425.000 ton degan nilai transaksi sebesar USD 1,2 miliar, ekspor kopi tahun 2012 ini mengalami peningkatan sebesar 20,7 dari tahun 2011. Peningkatan ini merupakan dampak langsung dari munculnya Negara konsumen kopi baru seperti Rusia, Cina, Negara Eropa timur dan Asia dengan besaran peningkatan 35. Perubahan pola konsumsi kopi dari sistem konvensional drip coffee ke pola modern espresso juga mengakibatkan meningkatkan konsumsi kopi sehingga kebutuhan kopi per cangkir meningkat dari yang sebelumnya 8 gram per cangkir menjadi 15 gram per cangkir Pandia, 2013. Besarnya kontribusi kopi terhadap perekonomian Indonesia bukanlah satu- satunya faktor yang menjadikan kopi sebagai komoditas perkebunan strategis. Faktor lain yang turut berperan dalam meningkatkan nilai strategis kopi dalam perekonomian Indonesia adalah besarnya jumlah masyarakat petani yang terlibat dalam pengusahaan kopi di Indonesia. Keseluruhan areal perkebunan kopi di Indonesia adalah seluas 1,266 juta ha dan mayoritas luas areal perkebunan kopi tersebut, sebesar 96, adalah perkebunan rakyat yang diusahakan oleh 1.974.706 kepala keluarga. Nilai tersebut menunjukkan bahwa sekitar 2 juta keluarga Indonesia menggantungkan kelangsungan perekonomian keluarganya pada pengusahaan tanaman kopi Ditjenbun, 2010 Status kopi sebagai komoditas ekspor menimbulkan keterkaitan yang sangat tinggi antara prospek ekonomi kopi dalam negeri dengan kondisi pasar kopi dunia. Kondisi ini tergambar jelas pada periode 2009-2011 dimana terjadi peningkatan harga kopi yang sangat signifikan baik untuk kopi jenis Robusta maupun Arabika. Tercatat pada transaksi April 2011 harga kopi Robusta di pasar dunia adalah USD259 meningkat sebesar 56 dari harga 2009 yang hanya 2 USD195 sedangkan untuk kopi Arabika terjadi peningkatan harga sebesar 108 dari harga tahun 2009 yang hanya USD317 menjadi USD660 pada tahun 2011. Peningkatan harga kopi dunia ini memberikan keuntungan yang signifikan bagi pelaku kopi di Indonesia meskipun pada periode 2009-2011 sempat terjadi penurunan volume ekspor yakni pada tahun 2010 sebesar 12,5 yang lebih dikarenakan faktor cuaca. Munculnya Negara-negara konsumen kopi baru menjadikan permintaan kopi dunia terus bertambah. Konsumsi kopi dunia pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 165-173 juta bushels atau mengalami defisit sebesar 30-37 juta bushels. Kondisi ini menjadikan produksi dan produktivitas kopi adalah kata kunci bagi pengembangan perkebunan kopi di Indonesia Arifin, 2012 Berbagai kebijakan dan program telah disusun dan dimplementasikan oleh pemerintah untuk meningkatkan produksi dan produktivitas kopi Indonesia. Produksi kopi Indonesia adalah yang terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam dengan kontribusi terhadap produksi kopi dunia sebesar 6,6. Produktivitas kopi Indonesia masih tergolong rendah, produktivitas kopi robusta Indonesia adalah 700 kg biji kopihatahun dan produktivitas kopi arabika Indonesia adalah 800 kg biji kopihatahun. Produktivitas kopi Indonesia tersebut tertinggal jauh dari produktivitas kopi Vietnam yang mencapai 1500 kg biji kopihatahun. Rendahnya produktivitas kopi Indonesia masih bisa diimbangi dengan beragamnya jenis kopi spesialti yang sudah memiliki sertifikat Indikasi Geografis IG sehingga menjadi keunggulan bagi kopi Indonesia Kemenperin, 2013 Komposisi kebun kopi Indonesia yang 96 adalah perkebunan rakyat merupakan salah satu hambatan dalam usaha meningkatkan produktivitas kopi. Rendahnya produktivitas kopi di Indonesia diakibatkan oleh teknik budidaya yang belum sesuai anjuran Good Agricultural Practices GAP, minimnya penggunaan bibit unggul serta lemahnya kelembagaan petani. Secara garis besar usaha untuk meningkatkan produktivitas kopi Indonesia adalah usaha untuk merubah mindset petani kopi Indonesia itu sendiri. Proses mengubah mindset ini membutuhkan waktu yang sangat lama dan juga sumber daya yang tidak sedikit. Sehingga 3 peningkatan produktivitas merupakan prioritas jangka panjang dalam pengembangan kopi di Indonesia Sulkani Ed., 2012. Peningkatan produktivitas merupakan prioritas jangka panjang bagi pengembangan kopi di Indonesia, artinya usaha ini bukanlah immediate solution untuk menjawab kebutuhan kopi dunia. Kebutuhan kopi dunia merupakan tantangan sekaligus peluang bagi perkopian Indonesia yang saat ini sudah terjadi, sehingga diperlukan solusi yang bisa menjawab tantangan ini dengan segera. Pemerintah melalui Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan melakukan program perluasan areal untuk tanaman perkebunan strategis termasuk kopi. Program ini dilakukan dengan pola BANSOS Bantuan Sosial dengan melibatkan petani secara langsung untuk mengelola perkebunan dengan skala yang lebih besar Ditjenpsp, 2014.

1.2. Perumusan Masalah