72
dimensi ekonomi. Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh bahwa faktor pada dimensi ekonomi yang paling sensitif adalah PDRB Bondowoso dengan nilai
sensitivitas sebesar 3,40. Nilai sensitivitas ini memiliki arti bahwa apabila faktor PDRB Bondowoso tidak diikutsertakan dalam analisis ordinasi RAP-COFFEE
untuk dimensi ekonomi sistem perkebunan kopi arabika maka nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi akan mengalami perubahan sebesar 3,40.
Kavanagh 2004 menyatakan bahwa nilai sensitivitas yang umum dalam analisis rapfish
berkisar antara 2-8 apabila kondisi multivariate terpenuhi. Faktor dalam dimensi dikategorikan sebagai faktor yang sensitif apabila nilai sensitivitasnya
lebih dari 1. Berdasarkan hal tersebut sepuluh faktor lain dalam dimensi ekonomi tidak dikategorikan sebagai faktor yang sensitif terhadap nilai indeks
keberlanjutan dimensi ekonomi karena nilai sensitivitas dari kesepuluh faktor tersebut adalah kurang dari 1, yang artinya apabila salah satu dari kesepuluh
faktor tersebut ditiadakan dari analisis maka perubahan yang terjadi pada nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi tidak lebih dari 1.
5.1.3. Dimensi Sosial a. Hasil Penilaian Kondisi Aktual Faktor Dimensi Sosial
Dimensi sosial sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso direpresentasikan dengan delapan faktor yang mendukung keberlanjutan dimensi
sosial. Faktor yang merepresentasikan dimensi sosial adalah faktor dengan karakteristik mudah dinilai dengan pengkategorian yang jelas terhadap kriteria
penilaiannya. Penilaian masing-masing faktor yang merepresentasikan dimensi sosial sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso didasarkan kepada
beberapa kriteria tertentu. Faktor-faktor yang merepresentasikan dimensi sosial sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso yaitu, 1 Jumlah rumah
tangga petani kopi arabika, 2 Pendidikan formal kepala keluarga petani, 3 Jumlah rumah tangga petani yang mendapat penyuluhan, 4 Pertumbuhan
penduduk, 5 Jumlah buruh tani, 6 Aksesibilitas komunikasi desa, 7 Aksesibilitas transportasi desa dan 8 Jumlah desa wilayah pertanian tanaman
73
perkebunan. Penilaian kondisi aktual faktor-faktor dimensi sosial tersebut dituliskan pada tabel 5.3.
Tabel 5.3. Hasil penilaian kondisi aktual faktor-faktor dimensi sosial sistem perkebunan kopi arabika kabupaten Bondowoso
No Faktor
Skor Kategori
Keterangan 1
Jumlah rumah tanggapetani kopi
arabika 2
Cukup baik Jumlah rumah tangga petani kopi
arabika Kabupaten Bondowoso relatif tetap
2 Pendidikan forma
kepala keluarga petani
2 Cukup baik
Rata-rata tingkat
pendidikan kepala keluarga petani kopi
arabika Kabupaten Bondowoso adalah SLTPsederajat
3 Jumlah rumah
tangga petani yang mendapat
penyuluhan 1
Kurang baik 25-50 dari jumlah petani kopi
arabika Kabupaten Bondowoso keseluruhan
aktif mengikuti
penyuluhan 4
Pertumbuhan penduduk
2 Cukup baik
Tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Bondowoso berkisar
antara 0,5-1tahun
5 Jumlah buruh tani
2 Cukup baik
Jumlah buruh tani untuk usaha tani kopi arabika di Kabupaten
Bondowoso relatif mencukupi
6 Aksesibilitas
komunikasi desa 2
Cukup baik Lebih dari 80 wilayah desa
kawasan perkebunan
kopi arabika Kabupaten Bondowoso
dapat dijangkau
sarana komunikasi
7 Aksesibilitas
transportasi desa 2
Cukup baik Lebih dari 80 wilayah desa
kawasan perkebunan
kopi arabika Kabupaten Bondowoso
dapat dijangkau kendaraan roda 4
8 Jumlah desa
wilayah pertanian tanaman
perkebunan Buruk
Kurang dari 25 jumlah desa yang wilayahnya adalah wilayah
pertanian tanaman perkebunan
Sumber : Data penelitian, diolah 2015 Lampiran I Berdasarkan hasil penilaian terhadap kondisi aktual faktor dimensi sosial
dapat dikatakan bahwa dimensi sosial sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso berada pada kategori yang kurang baik. Skor maksimal yang
diperoleh dari penilaian faktor dimensi sosial adalah 2 dengan kategori cukup baik
74
dari skala tiga, dan skor terendah yang diperoleh adalah 0 dengan kategori buruk. Terdapat lima faktor yang dikategorikan cukup baik yaitu, 1 Jumlah rumah
tangga petani kopi arabika, 2 Tingkat pendidikan kepala keluarga petani kopi arabika, 3 Jumlah buruh tani, 4 Aksesibilitas komunikasi desa dan 5
Aksesibilitas transportasi desa. Faktor dengan kategori kurang baik adalah 1 Jumlah rumah tangga petani dapat penyuluhan dan 2 Pertumbuhan penduduk.
Faktor dengan kategori buruk adalah jumlah desa wilayah pertanian tanaman perkebunan.
Jumlah rumah tangga petani kopi arabika
merupakan faktor dimensi sosial yang dinilai berdasarkan perkembangan jumlah rumah tangga petani kopi
arabika Kabupaten Bondowoso. Jumlah rumah tangga petani kopi arabika Kabupaten Bondowoso relatif tetap. Jumlah rumah tangga petani kopi arabika
yang terdapat pada enam kecamatan yang menjadi sentra produksi kopi arabika Kabupaten Bondowoso pada tahun 2013 sebanyak 1383 keluarga. Jumlah tersebut
terdistribusi pada kecamatan Pakem 24 keluarga, kecamatan Maesan 18 keluarga, kecamatan Cermee sebanyak 140 keluarga dengan 113 keluarga memiliki kebun
di dalam kawasan hutan dan 27 lainnya memiliki kebun diluar kawasan hutan, kecamatan sempol 270 keluarga, kecamatan Sumber Wringin sebanyak 629
keluarga dan kecamatan Botolinggo sebanyak 303 keluarga Dishutbun Bondowoso, 2013
Pertumbuhan penduduk adalah faktor dimensi sosial yang penilaiannya
didasarkan pada laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bondowoso secara agregasi Kabupaten Bondowoso. Pertumbuhan penduduk memiliki skor 2 dengan
kategori cukup baik. Pertumbuhan penduduk kabupaten Bondowoso pada tahun 2013 memiliki nilai sebesar 0,68 persen. Tingkat pertumbuhan penduduk ini
tergolong dalam kategori yang normal karena masih berada dibawah nilai 1. Pertumbuhan penduduk yang tidak terlalu tinggi memiliki dampak yang baik
karena pertumbuhan penduduk yang tinggi akan memberikan tekanan yang tinggi pada perekonomian secara keseluruhan tidak terkecuali pada sektor pertanian
BPS Bondowoso, 2013.
75
Jumlah buruh tani memainkan peran yang penting bagi kinerja sistem
perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso karena pekerjaan yang dikerjakan pada masing-masing fase baik pada saat pra panen, panen dan pasca
panen memerlukan tenaga kerja yang dicukupi melalui tenaga buruh tani. Ketersediaan buruh tani untuk perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso
cukup baik dalam ukuran bahwa jumlah buruh tani yang ada relatif mencukupi kebutuhan akan buruh tani dalam sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten
Bondowoso. Ketersediaan buruh tani ini didukung dengan struktur demografi daerah sentra produksi kopi arabika Bondowoso. Jumlah penduduk usia produktif
15-60 tahun terdapat sebanyak 21.626 jiwa atau sebesar 67,14 dari populasi penduduk. Jumlah ini menjadikan ketersediaan tenaga kerja atau buruh tani untuk
perkebunan kopi arabika tersedia dengan baik Dishutbun Bondowoso, 2013.
Pendidikan formal kepala keluarga petani
kopi arabika Kabupaten Bondowoso didasarkan pada rata-rata tingkat pendidikan formal yang dimiliki
oleh kepala keluarga petani kopi arabika di Kabupaten Bondowoso. Tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani memiliki peran penting dalam
meningkatkan produtivitas pertanian yang diusahakan terutama berkaitan dengan efisiensi usaha tani yang dijalankan Weir, 1999. Rata-rata tingkat pendidikan
formal kepala keluarga petani kopi arabika Kabupaten Bondowoso adalah Sekolah Menengah Lanjutan Pertama SLTPsederajat BPS Bondowoso, 2013
Jumlah rumah tangga petani yang mendapat penyuluhan dinilai
berdasarkan perkiraan jumlah rumah tangga petani kopi arabika yang aktif mengikuti penyuluhan pertanian di kabupaten Bondowoso. Berdasarkan data yang
dimiliki oleh Balai Penyuluhan yang membawahi kecamatan Sempol, Sumberwringin dan Sukosari terdapat 40 atau sebanyak 554 keluarga keluarga
petani kopi arabika yang aktif mengikuti penyuluhan yang dilakukan. Penyuluhan memiliki peran penting bagi petani terutama sebagai sumber informasi. Alasan
lain yang menjadi dasar pentingnya penyuluhan bagi petani adalah peran penyuluh dalam mempersiapkan informasi yang paling tepat bagi petani serta
strategi penyampaian informasi tersebut Matanmi, 1989.
76
Aksesibilitas transportasi desa dinilai didasarkan pada persentase luas
areal desa yang wilayahnya bisa diakses oleh kendaraan roda empat. Berdasarkan statistik infrastruktur transportasi yang dihimpun oleh BPS Bondowoso pada
tahun 2013, kawasan sentra produksi kopi arabika Kabupaten Bondowoso yang bisa dijangkau oleh kendaraan roda empat lebih dari 80 dari seluruh luasan
wilayah, Aksesibilitas transportasi merupakan faktor yang penting bagi pengentasan kemiskinan dan pengembangan kawasan pedesaan. Esensi dari
pengembangan infrastruktur transportasi adalah minimalisasi waktu dan usaha yang diperlukan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Perekonomian peasant dicirikan dengan pengeluaran waktu dan usaha yang tidak perlu untuk perpindahan barang dan manusia. Transportasi menjadi sentral dari
setiap aktivitas pertanian di pedesaan sehingga aksesibilitas transportasi di kawasan pedesaan menjadi faktor penting untuk mendukung pengembangan
kawasan Salaam, 2003.
Aksesibilitas komunikasi desa
dinilai berdasarkan persentase areal kawasan sentra produksi kopi arabika Kabupaten Bondowoso yang dapat
dijangkau sarana komunikasi. Berdasarkan statistik infrastruktur komunikasi yang dihimpun oleh BPS Bondowoso pada tahun 2013, kawasan sentra produksi kopi
arabika Kabupaten Bondowoso yang bisa dijangkau oleh sarana komunikasi lebih dari 80 dari seluruh luasan wilayah. Berdasarkan data tersebut skor faktor
aksesibilitas komunikasi adalah 2 dengan kategori cukup baik.
b. Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Sosial