harus berhadapan dengan tanah dan sengatan matahari. Pekerjaan perkebunan rakyat yang dikerjakan secara manual, jauh dari sentuhan teknologi sebagai
lambang modern. Pekerjaan ini tidak membutuhkan pendidikan dan keterampilan khusus. Setiap orang bisa melakukannya, sehingga nilai sosialnya rendah di mata
anggota komunitas. Penilaian yang tidak seimbang terhadap pekerjaan pertanian khususnya
buruh tani, mendudukkan kelompok ini pada lapisan sosial yang rendah di masyarakatnya. Menurut migran, posisi ini mengurangi aksesnya terlibat aktif
dalam kelompok-kelompok sosial seperti karang taruna, remaja masjid, kepanitiaan perayaan keagamaan, dan sebagainya. Penilaian status ini juga terlihat
pada posisi tempat duduk ketika menghadiri perayaan atau pesta. Orang yang dipandang mempunyai status lebih tinggi seperti tokoh agama, guru atau
pedagang diberi tempat duduk di depan. Migran merasa ada perubahan penilaian terhadap status mereka setelah bekerja di kota. Kasus paling nyata saat mudik,
apabila menghadiri rapatpertemuan sering dimintai pendapat berdasarkan pengalaman di kota. Dengan adanya pegalaman migran yang sukses dapat
mempengaruhi seseorang untuk melakukan migrasi.
D. Alasan Lingkungan
Dalam perkembangan selanjutnya lingkungan telah banyak menjadi pendorong arus perantauan ini. Orang yang balik dari rantau banyak membawa
perubahan-perubahan pada dirinya. Pakaiannya telah berganti mulai dari kopiah, baju, dan lain-lain. Gerakannya pun telah mengalami perubahan. Cara berjalan,
baik melangkahkan kakinya dan ayunan tangannya sudah jauh bedanya dari
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya. Jelas sekali nampak dalam masyarakat orang-orang yang baru datang dari rantau dengan orang yang tinggal di kampung.
Para perantau bila kembali ke kampung banyak ditemukan berbincang- bincang di bale-bale. Di tempat ini secara tidak langsung dipamerkan hasil
perantauan mereka serta pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama di rantau. Di tempat ini pula mereka mengeluarkan uang untuk membeli makanan
bagi orang yang duduk di bale, sehingga di tempat ini nampaknya terjadi persaingan tidak langsung antara para perantau sendiri mengenai keadaan masing-
masing diperantauannya. Orang yang duduk di bale terutama anak-anak muda banyak mendapat
rangsangan dari kenyataan ini. Mereka mulai tergugah untuk mencoba merantau juga agar dapat memperoleh hasil yang demikian pula. Minat yang timbul dari
hasil sanubari anak muda ini, banyak mendapat dorongan dari orang-orang yang baru kembali dari rantau. Petunjuk diberikan terutama mengenai tempat yang
cocok untuk merantau dan lapanan kerja yang mungkin dapat dan baik dikerjakan di daerah tersebut. Terlebih-lebih bila yang hendak merantau itu adalah dari
kerabatnya dengan dia, kecuali kalau tidak ada barulah mengambil orang lain. Pada waktu perantauan baru ini menjadi pembantu pada seseorang,
masalah gaji belum diperhatikan. Namun yang mereka perhatikan ialah untuk belajar usaha dan mencari pengalaman serta sekedar mendapat biaya makan untuk
hidup. Setelah pengetahuan dan dirasa cukup untuk berdiri sendiri, ia mulai meminta kontrak ulang meminta gaji. Selama kontrak kerja berlangsung yang
diutamakan ialah menabung sebanyak mungkin dan mengusahakan pengeluaran
Universitas Sumatera Utara
sehemat mungkin agar dalam waktu yang tidak terlalu lama sudah dapat berdiri sendiri dalam usaha.
E. Alasan Budaya