14. Fanöröi Omo atau rumah saudara bapak yang disebut tana nama dengan membawa sirih.
Semua böwö ini diterima oleh keluarga pihak perempuan yaitu, orang tua yang lazim disebut soboto, iwa, huwa, banua, uwu dan ere. Apabila böwö
tersebut kurang atau tidak diberikan kepada keluarga yang disebut di atas dapat menyebabkan perkelahian. Pihak keluarga menyerang orang tua si perempuan,
karena beranggapan bahwa semua böwö tersebut telah diberikan oleh pihak laki- laki, tetapi orang tua perempuan menggelapkannya. Jika hal tersebut terjadi maka
pengantin perempuan tidak akan diturunkan dari rumah karena keluarga menahannya. Böwö memberikan pengaruh yang cukup besar ditunda maupun
dibatalkannya upacara perkawinan Hulu, 2010.
F. Alasan Keluarga
Pada umunya migran suku bangsa Nias memberikan alasan memililh Kota Medan sebagai daerah tujuan adalah karena di Kota Medan, mereka telah
mempunyai teman atau anggota keluarga mereka yang terlebih dahulu pergi merantau ke Kota Medan. Dengan demikian, mereka tidak lagi merasa khawatir
akan terlantar di daerah perantauan, karena telah ada yang menampung mereka untuk mendapat pekerjaan, oleh karena itu tidak heran suku bangsa Nias banyak
membentuk kelompok-kelompok saat memilih tempat tinggal di Kota Medan. Dari sekian banyak faktor yang ada faktor keluarga adalah faktor yang utama suku
bangsa Nias melakukan migrasi ke Kota Medan. Keluarga adalah salah satu penyelamat bagi mereka saat ingin merantau,
karena bila terjadi sesuatu hal, pasti yang terutama membantu adalah keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Suku bangsa Nias biasanya pertama merantau mereka akan tinggal di tempat keluarga, namun bila sudah bisa mandiri tidak jarang mereka keluar dari tempat
keluargasanak saudara dan mencari tempat tinggal sendiri, namun masih dalam komunitas suku bangsa mereka. Suku bangsa Nias merasa senang bila tinggal di
daerah sesama suku bangsa mereka. Suku bangsa Nias sadar mereka hanya memiliki jumlah yang sangat kecil di Kota Medan. Oleh karena itu, mereka
menganggap semua adalah saudara dan sama-sama membantu bila ada kesusahaan di antara mereka.
Selain alasan-alasan yang berperan sebagai faktor pendorong migrasi di atas, ada beberapa faktor eksternal keluarga yang sangat kuat menarik tenaga
kerja pedesaan untuk bermigrasi yaitu kontak dengan media, kehadiran migran di desa dan adanya jaringan sosial. Informasi melalui radio dan televisi yang bisa
perkotaan melahirkan simbol teknologi dan keramaian sebagai ciri kemajuan. Sementara kehadiran para migran yang pulang secara periodik, membawa cerita,
gaya dan penampilan yang disimbolkan sebagai identitas warga kota yang maju dan modern. Simbol-simbol itu dinilai sebagai indikator kemajuan status ekonomi
maupun sosial di masyarakat. Penilaian tersebut menjadi stimulan yang kuat bagi pemuda untuk melirik perkotaan. Sebagai sesama warga desa yang terkait
hubungan keluarga atau ikatan sosial yang berjarak dekat, para migran pendahulu merupakan titik pembentuk jaringan sosial yang memberi kekuatan psikologis
bagi calon migran untuk melakukan migrasi. Oleh karena itu, umumnya migrasi didasarkan pada peluang faktual pekerjaan di perkotaan, bukan pada peluang
potensial semata.
Universitas Sumatera Utara
G. Alasan Kebiasaan