2. Perbedaan antara Komik dengan Buku Bergambar
Penyajian gagasan dengan media gambar sudah dikenal lama. Hal ini disebabkan media gambar lebih mudah dipahami daripada tulisan.
Komik dan buku bergambar, secara fisik hampir sama. Keduanya memuat banyak gambar. Ciri khas yang terdapat pada buku bergambar antara lain adalah:
ukurannya lebih besar daripada buku biasa; ilustrasinya lebih banyak daripada teks, rata-rata 70 dari isi buku; teks pada tiap halamannya terbatas pada satu
atau dua kalimat sederhana; isi pada umumnya untuk anak kelas 1, 2, 3 tingkatan SD yang baru mulai membaca. Pendapat ini diungkapkan oleh Sunidyo yang
dikutip oleh Supardinah Nugroho
34
Biasanya, pada buku bergambar terdapat sebuah gambar ilustrasi pada suatu halaman, dan pada halaman lain atau halaman yang sama di mana ilustrasi
itu berada terdapat teks atau narasi yang berisi cerita. Dalam buku bergambar, gambar hanyalah sebagai penjelas cerita.
Gambar 13 Contoh Buku Bergambar
Sumber gambar: Eka Wardhana dan Ade Wawa, Jarwok Ingin Botak, Bandung: Syaamil Kid, 2006, h. 1
34
Ibid .
Secara rinci, perbedaan antara komik dan buku bergambar adalah sebagai berikut:
Komik
a. Tidak ada batasan dalam jumlah gambar. b. Semua gerak, perbuatan diwujudkan dalam gambar, sehingga terasa adanya
unsur ketegangan. c. Percakapan disajikan dalam balon ucapan,
d. Sering memakai dialek, bahasanya kurang terjaga. e. Teks berperan sebagai pelengkap gambar.
f. Materi cerita bervariasi. g. Pembaca komik tidak dibatasi umur maupun tingkat pendidikan.
Buku bergambar
a. Jumlah gambar dipengaruhi oleh kemampuan baca pembacanya. b. Tidak semua gerakan, perbuatan tokoh disajikan dalam gambar, sehingga
unsur ketegangan tidak selalu ada. c. Percakapan disajikan bersama uraian teks.
d. Bahannya terjaga, disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak. e. Gambar berperan sebagai penambah kejelasan dari uraian teks.
f. Materi cerita dipersiapkan sesuai kemampuan anak sesuai dengan usia dan pendidikannya.
g. Pembacanya terbatas pada anak usia 5-8 tahun, anak kelas 1-3 SD.
35
35
Indira, “Bacaan Komik di Perpustakaan Anak,” h. 57-58.
3. Alasan Pro dan Kontra Komik sebagai Bacaan Anak