Scott McCloud menyebutkan panel tunggal sering dianggap sebagai komik namun sesungguhnya bukan.
“Panel tunggal seperti ini sering dianggap sebagai komik, padahal tidak ada turutan yang hanya terdiri dari satu bagian. Panel tunggal bisa
digolongkan sebagai “seni komik” karena menggunakan sebagian perbendaharaan visual komik.”
13
Dari berbagai definisi komik di atas, penulis berpendapat definisi komik adalah suatu bacaan yang penyajiannya berbentuk gambar dan simbol lain dalam
panel-panel, dapat dilengkapi dengan ataupun tanpa teks. Bila dengan teks, perkataan dari para tokohnya akan disajikan dalam balon dialog. Isi cerita
tergantung dari tema, sehingga komik tidak hanya digolongkan sebagai bacaan anak.
2. Bagian-bagian dalam Komik
Seperti yang sudah dijelaskan dalam pengertian komik, terdapat beberapa unsur bagian yang menjadi ciri khas dari komik.
Selain unsur gambar, komik memerlukan sarana untuk menyampaikan materi atau gagasan, yaitu: teks, balon dialog, balon perasaan dan bingkai.
Adapun fungsi dari sarana tersebut adalah: a. Teks, yaitu teks percakapan, teks perasaan, teks penjelas gambar narasi, dan
onomatope. Teks percakapan berisi materi yang sedang dipersoalkan; teks perasaan berisi jalan pikiran atau suara batin, teks penjelas gambar yang
ditempatkan di atas atau di bawah berfungsi untuk menambah kejelasan, misalnya untuk menunjukkan pergantian waktu, lokasi, sedangkan onomatope
adalah teks yang bacaannya meniru bunyi yang tercantum dalam gambar, seperti bunyi dor untuk tembakan, bruk untuk benda jatuh, dan deg-deg untuk
13
Scott McCloud, Memahami Komik, h. 20.
suara hati yang berdebar-debar. Toni Masdiono menyebut onomatope dengan istilah sound lettering huruf bunyi-bunyian. Setiap komikus memiliki gaya
tersendiri dalam menggambarkan onomatope.
Gambar 2 Contoh-contoh Onomatope
Sumber gambar: Toni Masdiono, 14 Jurus Membuat Komik Jakarta: Creativ Media, h. 27
b. Balon kata dialog, berfungsi untuk menempatkan teks percakapan yang dilakukan oleh tokoh cerita, sedangkan balon perasaan berisi ungkapan
perasaan, suara batin. Perbedaan dari kedua jenis balon tersebut terletak pada penggambaran ujung balon. Pada balon perasaan ujung balon dilukiskan
terputus-putus atau dengan bulatan-bulatan yang makin lama makin kecil ke arah mulut atau kepala tokoh, sedangkan pada balon dialog ujung balon
dilukis tanpa terputus-putus. Namun, seiring dengan perkembangan banyak komikus yang berkreasi pada penggambaran balon kata.
Gambar 3 Balon Kata Dialog standar
Sumber gambar: Toni Masdiono, 14 Jurus Membuat Komik Jakarta: Creativ Media, h. 26
Gambar 4 Kreasi Lain Balon Kata Dialog
Sumber gambar: Toni Masdiono, 14 Jurus Membuat Komik Jakarta: Creativ Media, h. 26
c. Bingkai panel, berguna sebagai batas antara peristiwa yang satu dengan peristiwa lain. Pada mulanya bingkai berbentuk segi empat, tetapi sekarang
bentuknya bervariasi tergantung dari selera komikus.
14
Gambar 5 Panel Komik
Sumber gambar: Toni Masdiono, 14 Jurus Membuat Komik Jakarta: Creativ Media, h. 28
14
Saraswati Indira. “Bacaan Komik di Perpustakaan Anak,” Skripsi S1 Fakultas Sastra Jurusan Ilmu Perpustakaan, Universitas Indonesia, 1985 h. 9-10.
Teks penjelas gambar narasi Panel bingkai
Balon perasaan, berisi teks perasaan
Onomatope balon kata yang berisi
teks percakapan Gambar 6 Bagian-bagian Komik
Sumber gambar: Mikase Hayashi, The Blue Library Jakarta: mc, 2007, h. 4-5
3. Sejarah dan Asal Usul Komik