Rating Komik Aspek Kognitif

“Di situ ada unsur pendidikannya, bagaimana kreativitas si anak nantinya. Apalagi dilihat penayangannya yang kratif, mungkin anak itu akan berusaha meniru karena anak kecil masih berkeinginan melakukan apa yang disenangi.” 86 Jadi, Manfaat komik menurut responden antara lain: 1 Sebagai sarana rekreasi dan hiburan 2 Untuk merangsang membaca karena anak-anak yang belum bisa membaca atau baru belajar membaca melihat buku dari gambarnya dahulu. Setelah melihat gambar barulah kemudian anak memperhatikan tulisannya. Hal ini dikarenakan anak-anak lebih tertarik pada gambar daripada tulisan. Setelah banyak membaca komik, maka anak yang tidak puas akan membaca buku- buku lain. 3 Anak dapat meniru hal positif dari apa yang dibacanya. 4 Menambah pengalaman yang didapat dari cerita 5 Menambah perbendaharaan kata. Hal ini menunjukkan bahwa para responden menyadari komik ber manfaat, bukan sebagai perusak mental. Dari aspek kognitif ini penulis menyimpulkan bahwa para responden merupakan kelompok yang pro terhadap komik. Ini sesuai dengan alasan kelompok pro komik yang sudah dijabarkan pada bab II lalu yang dipaparkan oleh Elizabeth B. Hurlock

d. Rating Komik

Seperti yang sudah disebut pada tinjauan literatur, yang dimaskud rating komik adalah pengelompokan komik ke dalam tingkatan usia pembaca. Dengan kata lain, pengelompokan tersebut didasarkan pada isi cerita komik yang disesuaikan dengan usia pembaca. 86 Ibid. Untuk masalah rating, terdapat perbedaan pendapat. Responden Sarti mengungkapkan bahwa komik itu adalah bacaan yang bisa dibaca oleh siapa saja, tak peduli batasan umur dan isinya. Hal ini berdasarkan dari wawancara pribadi dengan beliau. “Anak-anak bisa, orangtua bisa. Untuk anak-anak, yang vulgar itu malah supaya ia lebih tahu. Hal-hal yang vulgar-red untuk orang Indonesia selalu ditutup-tutupi, padahal itu sebenarnya sudah beredar di mana-mana. Seperti pada cerita Shinchan, Shinchan pernah bertanya mengenai asal adik proses mengandung-red.” 87 Beliau menyatakan bahwa tak mengapa komik Crayon Shinchan dibaca oleh anak-anak, sedangkan pada cover komik tersebut jelas tertulis rating 15+ untuk 15 tahun ke atas. Asalkan orangtua mendampingi dan menjelaskan hal-hal yang dianggap porno, tak jadi masalah bagi responden Sarti untuk memberikan komik tersebut sebagai konsumsi anak-anak. “Ketidakpantasan itu sebagai orangtua harus kasih tahu. ditunjukkan ketidakpantasannya di sini. Diterangkanlah oleh orang tua sumber ketidakpantasannya itu. Kita wajib orangtua mendampingi.” 88 Pada wawancara, responden Sarti juga mengungkapkan bahwa komik memang ditujukan untuk anak-anak, untuk dewasa tidak ada. Untuk bacaan dewasa responden Sarti menyebutkan istilah karikatur. “Komik itu kan untuk sekarang memang ditujukan untuk anak- anak, untuk dewasa tidak ada. Jaranglah untuk dewasa, untuk dewasa itu karikatur....” 89 Sedangkan, bagi responden Daldiri, komik itu tidak hanya bacaan anak- anak, terdapat pula komik yang bersifat dewasa yang memang ditujukan untuk kalangan dewasa. 87 Wawancara Pribadi Ibu Sarti. 88 Ibid. 89 Ibid. “Menurut saya komik itu bukan hanya bacaan untuk anak-anak saja. Komik itu ada yang sifatnya dewasa.” 90 Dari hasil studi penulis, komik yang ditujukan khusus untuk kalangan dewasa memang ada. Komik-komik tersebut ada yang mengandung unsur seks yang gambarnya benar-benar vulgar dan kekerasan yang terlalu brutal. Ada pula komik yang dari segi cerita tidak akan dimengerti oleh anak-anak. Tema-tema cerita mengenai filsafat, psikologi, ataupun tema-tema yang berat tidak akan mudah dimengerti oleh anak-anak yang pengetahuannnya belum mencapai batas itu. Hal ini penulis ungkapkan karena merujuk pada definisi bacaan anak, yaitu bacaan yang penuturannya disajikan berdasarkan perspektif anak-anak apapun temanya dan siapapun yang menulisnya, baik itu buku fiksi maupun non-fiksi.

e. Komik sebagai Subjek dalam Klasifikasi DDC