Wawancara dilakukan terhadap dua orang responden. Kedua responden itu adalah Bapak Daldiri selaku Kepala Seksi Pengolahan dan Pelestarian, dan Ibu
Sarti selaku pustakawan jabatan fungsional. Dari hasil wawancara dan observasi maka didapatlah hasil penelitian sebagai berikut:
A. Sikap Pustakawan Terhadap Keberadaan Komik sebagai Bagian dari
Koleksi
Pada bagian ini, penulis akan membahas mengenai jawaban-jawaban yang dikemukakan responden berkaitan dengan perumusan masalah penelitian. Hasil
wawancara ini akan dibandingkan dengan informasi dari tinjauan literatur serta pendapat dari penulis.
1. Aspek Afektif
Komponen aspek sikap pertama yang peneliti nilai adalah aspek afektif, yaitu perasaan responden terhadap komik sebagai masalah yang diteliti. Aspek
afektif dapat berupa perasaan suka atau tidak suka dan positif atau negatif. Hasil wawancara yang mengarah pada aspek afektif pustakawan terhadap komik antara
lain:
a. Kesukaan Membaca Komik
Pada saat kecil responden Sarti menyukai bacaan komik. Komik yang dibacanya adalah serial Mahabarata dan Ramayana, seperti yang diungkapkan
oleh beliau: “...komiknya bukan komik yang seperti sekarang, yang seperti
sekarang belum ada. Contohnya: Mahabarata, Ramayana, itu saja. Tidak ada komik yang lain.”
74
74
Wawancara Pribadi dengan Ibu Sarti, Jakarta 29 Oktober 2008.
Untuk responden Daldiri, pada saat kecil tidak pernah membaca komik. Hal tersebut disebabkan keadaan beliau yang hidup di daerah yang sulit diakses.
Hal tersebut mengakibatkan ketidaktersediaan komik dan buku lainnya. “Saya tidak mengenal perpustakaan. Saya hidup di pelosok.
Jangankan ada buku, kita menulis masih pakai sabak, yang begitu selesai langsung dihapus. Jadi, saya belum mengenal buku pada waktu itu buku
bacaan, apalagi buku komik.”
75
Kesukaan membaca komik pada diri responden Sarti menyebabkan beliau pada saat dewasa tetap melakukan kesukaannya itu. Hal ini terlihat pada hasil
wawancara yang menyebutkan bahwa responden Sarti masih tetap membaca komik yang terbit pada masa kini. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada poin
mengenai aspek kognitif.
b. Pendapat Mengenai Komik Positif Negatif
Responden Sarti menyatakan tanggapan yang positif terhadap komik. Itu ditandai dengan pengalaman responden Sarti yang saat masih kecil suka membaca
komik, yaitu komik Mahabarata dan Ramayana. “Kalau menurut saya baik, karena di situ komik-red memuat
banyak karakter, banyak tokoh yang tidak kita kenal tokoh lain. Seperti kalau kita membaca Mahabarata, tokohnya adalah orang Jawa, tokoh
filosof yang orang Jawa punya. Banyak pengetahuan yang kita dapat dari membaca komik-red.”
76
Bapak Dadiri mengungkapkan bahwa komik dapat memacu anak untuk mengembangkan minat baca, seperti pernyataan yang diungkapkan oleh beliau,
75
Wawancara Pribadi dengan Bapak Daldiri.
76
Wawancara Pribadi dengan Ibu Sarti. Maksudnya adalah dengan membaca komik kita mendapat pengetahuan mengenai karakter manusia, karena karakter setiap manusia berbeda-beda. Seperti
yang dicontohkan oleh responden Sarti, pembaca komik Mahabarata mendapat pengetahuan mengenai karakteristik orang Jawa.
yaitu ”...Penilaian saya untuk komik adalah untuk memacu bgmn menimbulkan rasa minat baca...”
77
Tanggapan positif terhadap komik merupakan hal yang baik. Ini mengindikasikan bahwa keberadaan komik di Perpustakaan Kotamadya Jakarta
Pusat tidak akan dilarang mengingat banyak orangtua dan pendidik menganggap komik itu tidak baik.
Alasan para responden menganggap bahwa komik sebagai bacaan yang baik dan suka pula membacanya karena dalam melalui cerita komik terdapat hal-
hal yang mendidik. Selain itu, komik juga dibutuhkan sebagai media hiburan dan pengisi waktu luang setelah pembacanya melakukan rutinitas sehari-hari.
“...komik itu hiburan. Karena anak-anak itu menurut saya di sekolah sudah penuh aktivitasnya, sehingga juga perlu hiburan.”
78
Hal ini sesuai dengan beberapa manfaat komik yang telah dijabarkan pada bab tinjauan literatur, yaitu pelarian dari kebosanan monotani dan kehidupan
sehari-hari eskapisme serta kesenangan, kesantaian, kebebasan dari beban, pengisian waktu tanpa bersusah payah.
2. Aspek Kognitif