Pengertian Takhrij Kegiatan Takhrij Hadis
hubungannya untuk mengetahui seluruh riwayat hadis yang sedang akan diteliti, maka kegiatan takhrij sangat diperlukan.
c Untuk mengetahui ada atau tidaknya syahid dan mut
tabi’ pada sanad yang diteliti.
Ketika hadis diteliti salah satu sanad-nya, mungkin ada periwayat lain yang sanad-nya mendukung pada sanad yang sedang diteliti.
Dukungan itu bila terletak pada bagian periwayat tingkat pertama, yakni tingkat sahabat nabi, disebut sebagai syahid, sedang bila terdapat
di bagian bukan periwayat tingkat sahabat disebut sebagai mutt abi’.
Dalam penelitian sebuah sanad, syahid yang didukung oleh sanad yang kuat dapat memperkuat sanad yang sedang diteliti. B
egitu pula mutabi‟ yang memiliki sanad yang kuat, maka sanad yang sedang diteliti
mungkin dapat ditingkatkan kekuatannya oleh mutt abi’ tersebut. Untuk
mengetahui apakah suatu sanad memiliki syahid atau mutt abi’, maka
seluruh sanad hadis itu harus dikemukakan. Itu berarti takhrijul-hadis harus dilakukan terlebih dahulu. Tanpa kegiatan takhrij hadis, tidak
dapat diketahui secara pasti seluruh sanad untuk hadis yang sedang diteliti.
9
Dalam menelusuri hadis sampai pada sumber asalnya tidak semudah menelusuri ayat Alquran. Untuk menelusuri ayat Alquran, cukup diperlukan
sebuah kitab kamus Alquran, misalnya kitab al- Mu’jam al-Mafahras li Alfâdz
al- Qur’ân al-Karîm susunan Muhammad Fuad „Abdul Baqi, dan sebuah
9
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 41-43
rujukan berupa mushaf Alquran. Akan tetapi untuk menelusuri sebuah hadis, tidak cukup hanya menggunakan sebuah kamus atau sebuah kitab hadis yang
disusun oleh mukharijnya. Karena hadis terhimpun di dalam banyak kitab sehingga diperlukan kitab-kitab kamus hadis untuk memudahkan kegiatan
takhrij hadis dan memahami cara penggunanya. Untuk mengetahui kejelasan hadis beserta sumber-sumbernya seorang peneliti haruslah mengetahui
metode-metode dalam mentakhrij hadis.
10
Metode-metode tersebut adalah: 1.
Men-takhrij hadis melalui periwayatan pertama. Kitab yang digunakan diantaranya adalah kitab-kitab athraf dan kitab-kitab
musnad. 2.
Men-takhrij melalui lafal pertama hadis awal matan. Kitab yang digunakan dalam metode ini adalah al-J
âmi’ al-Saghîr min ahâdîts al-Basyîr al-Nadzîr, al-Fathu al-Kabîr fî Dammi
al-Ziyâdah ila al-J âmi’ al-Saghîr dan kitab Mausû’ah al-Atrâf
al-Hadîts al-Nabawî al-Syarîf. 3.
Men-takhrij hadis melalui lafal yang terdapat dalam matan hadis. Kitab yang digunakan dalam metode ini adalah al-
Mu’jam al-Mufahras li Alfâdz al-Hadîts al-Nabawî. 4.
Men-takhrij hadis melalui tema hadis. Kitab yang digunakan dalam metode ini adalah kitab Kanz al-
‘Ummâl, kitab Muntakab Kanz al-
‘Ummâl.
10
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 43