Pendapat Ulama tentang Senda Gurau

32

BAB IV STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS SENDA GURAU

A. Pengertian dan Fungsi Hadis

Menurut bahasa kata hadits memiliki arti : sesuatu yang baru, lawan dari qadîm. Bisa juga diartikan dengan Qarîb yang dekat, selain itu juga bisa diartikan dengan khabar yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain dan ada kemungkinan benar atau salahnya. Hadis merupakan sumber Islam kedua setelah Alquran. Dimana ia adalah sinonim dari kata sunnah yaitu yang diartikan sebagai segala sesuatu yang diambil dari Rasulullah saw, baik berupa perkataan, perbuatan, dan penetapan. 1 Keberadaannya bisa dijadikan sebagai penguat dari Alquran, penjelas dari sesuatu yang masih global yang terdapat dalam Alquran, menerangkan yang sulit, membatasi yang mutlak, mengkhususkan yang umum, dan menguraikan ayat-ayat yang ringkas, bahkan kadangkala menetapkan suatu hukum yang tidak terdapat dalam Alquran. 2 Dalam referensi lain juga disebutkan bahwa kedudukan hadis adalah sebagai penjelas, baik berbentuk sabda, perbuatan, maupun penetapan pada hal-hal yang yang masih global dan sebagainya dalam 1 Fathur Rahman, Ikhtisar Mustalah Hadis , Bandung:PT Ma‟arif, 1974, h.24 2 Ending Syaifuddin Ansyari, Wawasan Islam: Pokok-pokok Pemikiran Islam dan Umatnya, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1993, h.35 Alquran. 3 Dengan demikian, hadis merupakan tuntunan praktis terhadap Alquran. 4

B. Kegiatan Takhrij Hadis

Ada 20 hadis yang menjelaskan tentang senda gurau dalam bab bahaya lisan yang terdapat dalam kitab Ih yâ` ‘Ulûm al-Dîn, adapun redaksi semua hadis adalah sebagai berikut: No Teks Hadis 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 3 M.M Azami, Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya , terj.‟Ali Mustafa Ya‟qub Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994, h.27 4 M.‟Ajâj al-Khâtib, Ushûl al-Hadîts, terj. M.Qadirun Nur, Ahmad Musyafiq Jakarta:Gaya Media Pertama, 2001, h.35 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Dan berikut adalah redaksi hadis yang dipilih untuk diteliti berdasarkan tema senda gurau: . . . .