‘Ikrîmah w.104 H Ibnu ‘Abbâs w.68 H

adalah fiil nahi yang menunjukkan arti larangan, berasal dari fiil madhi م را - ي م را . kata termasuk dari salah satu asmaul khamsah yang dibaca nashab karena kedudukannya sebagai maf‟ul bih, dan tanda nasabnya menggunakan alif. fiil nahi yang berasal dari fiil madi , dhamir muttashil yang dibaca nasab karena kedudukannya sebagai maf‟ul bih, tanda nasabnya adalah mabni. Dhamir kembali ke lafadz . d. Kesimpulan kualitas hadis Kriteria kesahihan hadis terdapat beberapa syarat yaitu: bersambungnya sanad, diriwayatkan oleh perawi yang dhabit, tidak ada kejanggalan Syadz maupun cacat ‘illat 27 . Sesuai dengan penjelasan kritik hadis diatas dapat disimpulkan bahwa semua sanad mempunyai hubungan antara guru dan murid sehingga bisa dipastikan bahwa semuanya adalah bersambung sanadnya ittishal al-sanad, dan mayoritas sanad dari hadis tersebut adalah dipandang positif ta’dil, namun sanad Laits bin Abi Sulaim bin Zunaim al-Qurasyi dinilai daif oleh kritikus hadis, jadi kualitas hadis tersebut adalah hasan. 27 Dr.Bustamin M.SI. Metode Kritik Hadis, diterbitkan oleh Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010 Hadis Kedua a. Teks Hadis Ditelusuri melalui penggalan lafaz matan hadis di kitab al- Mu’jam al-Mufahras li Alfâdz al-Hadîts , dengan lafaz ditemukanlah sebagai berikut: ,مح : Penulis juga menelusuri kata dari lafaz kemudian ditemukan sebagai berikut: ,مح : Setelah menelusuri dari lafaz lain namun penulis tidak menemukan hasilnya. Berdasarkan penelusuran di atas bahwa matan hadis tersebut terdapat pada: Musnad Ahmad bin hanbal, jilid 3, halaman 402 Dengan demikian hadis ini hanya terdapat pada jalur Ahmad bin Hanbal saja. Adapun dalam kitab Mausu’ah li Atraf al-Hadits ditemukanlah sebagai berikut: ,بلاطم Berikut hadis yang mukharijnya Ahmad bin Hanbal Telah menceritakan kepada kami Ali bin Ishaq berkata; telah mengabarkan kepada kami Abdullah telah mengabarkan kepada kami Az Zubair bin Said lalu ia menyebutkan hadits dari Shafwan bin Sulaim berkata; dan Shafwan bin Sulaim telah menceritakan juga dari Atho` bin Yasar dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: Seorang laki-laki mengatakan suatu kalimat yang dengannya ia ingin menjadi bahan tertawaan orang-orang disekelilingnya, maka ia akan masuk ke dalam neraka sejauh bintang-bintang di langit. Setelah dilakukan takhrij dan mengetahui hasilnya, penulis akan menampilkan skema sanad di halaman berikutnya agar dapat memahami urutan sanad dalam hadis ini. b. Kritik Sanad Setelah dilakukan takhrij hadis, langkah selanjutnya adalah meneliti kualitas sanad yang terdapat pada hadis tersebut:

1. Ahmad bin Hanbal w.241 H

Kunyah beliau Abu Abdillah, namanya Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi. Ayah beliau seorang komandan pasukan di Khurasan di bawah kendali Dinasti Abbasiyah. Kakeknya mantan Gubernur Sarkhas di masa Dinasti Bani Umayyah, dan di masa Dinasti Abbasiyah menjadi da‟i yang kritis. 28 Guru-guru Beliau: Imam Ahmad bin Hanbal berguru kepada banyak ulama, jumlahnya lebih dari dua ratus delapan puluh yang tersebar di berbagai negeri, seperti di Makkah, Kufah, Bashrah, Baghdad, Yaman dan negeri lainnya. Di antara merekaadalah: Ismail bin Ja‟far, Abbad bin Abbad Al-Ataky, Umari bin Abdillah bin Khalid, „Alî bin Ishâq al-Sulami, Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar Al-Sulami, Imam al- Syafi‟i., Waki‟ bin Jarrah, Ismail bin Ulayyah, Sufyan bin „Uyainah, Abdurrazaq, dan Ibrahim bin Ma‟qil.

2. ‘Alî bin Ishâq w.213 H

28 Muqaddimah kitab sunan Ahmad bin Hanbal, Musnad li Imam Ahmad bin Hanbal, Beirut:1996 Profil beliau: „Alî bin Ishâq al-Sulami maulâhum Abû al-Hasan al-Marwazi al-Dârâkânî. Guru-gurunya dalam meriwayatkan hadis diantaranya adalah: Sakhr bin Râsyid, „Abdullah bin al-Mubârak, al-Fadl bin Mûsâ al-Sînânî, al-Nadr bin Muhammad al-Syîbânî, Abû Hamzah al-Sukarî. Adapun murid-muridnya diantaranya adalah: Ibrâhîm bin Mûsâ al-Râzî, Ahmad bin Hanbal, Ahmad bin al-Khalîl al- Burjulânî, Abû Mas‟ûd Ahmad bin al-Furât al-Râzî, Ahmad bin al-Barrâ`, Ishâq bin Abî Isrâ`îl, „Abbâs bin Muhammad al- Duwarî, „Abdullah bin „Umar, Abû Bakar bin Muhammad bin Abî Syaibah, Muhammad bin Ishâq, Muhammad bin al-Husain, Muhammad bin Yahyâ, Mûsâ bin Hizâm al-Tirmîdzî. Komentar ulama hadis terhadapnya: „Alî bin Husain: tsiqah sadûq Muhammad bin Sa‟d : tsiqah Al- Nasâ‟i : tsiqah Ibn Hibbân menyebutnya dalam kitab al-Tsiqât Abû Rajâ`: ia bertempat di Tirmidz, wafat pada tahun 213 H, dan ia tsiqah. 29 Menurut para kritkus hadis, mereka menilai bahwa „Alî bin Ishâq al- Sulami ini termasuk orang-orang yang tsiqah jadi bisa dibenarkan pernyataan bahwa „Alî bin Ishâq al-Sulami pernah berguru dan menerima 29 Jamâl al-Dîn Abû al-Hajjâj Yûsuf al-Mizyi, Tahdzîb al-Kamâl f ȋ Asmâ` al-Rijâl , Beirut: Mu`assasah Risalah, 1992. hadis dari „Abdullah bin Mubârak secara langsung, dengan demikian sanadnya bersambung muttasil.

3. ‘Abdullah bin Mubârak w.181 H

Nama lengkap beliau adalah „Abdullah bin Mubârak bin Wâdih al- Handzalî al-Tamîmî. Guru-gurunya diantaranya adalah: Abân bin Taghlîb, Abân bin „Abdullah, Abân bin Yazîd, Ibrâhîm bin Sa‟d, Ibrâhîm bin T ahmân, Ibrâhîm bin Abî „Ablah, Ibrâhîm bin „Uqbah, Ibrâhîm bin Nâfi‟, Ibrâhîm bin Nasyît, Usâmah bin Zaid al- Laitsî, Ismâ‟îl bin Muslim al- „Abd, Aswad bin Syaibân, Basyîr bin Muhâjir, Basyîr Abî Ismâ‟îl, Habîb bin Sulaim, Harmalah bin „Imrân, Hazm bin Mihrân, Hasan bin „Amr, Zubair bin Sa‟îd, Zubair bin „Abdullah, Zuhair bin Mu‟âwiyah, Sa‟îd bin Ayyûb, Sa‟îd bin Iyyas, dan Abî Sinân Sa‟îd bin Sinân. Adapun murid-muridnya adalah: Abû Ishâq Ibrâhîm bin Ishâq, Ibrâhîm bin Syammâs, „Abdullah al-Khalâl, Ibrâhîm bin Musyajjar, Ahmad bin Jamîl, Ahmad bin al-Hajjâj, Bisyr bin al-Sariyy, Bisyr bin Muhammad, Hasan bin Rabî‟, Hasan bin „Arafah, Hasan bin „Îsâ, Husain bin Hasan, „Alî bin Ishâq, Sa‟îd bin Rahmah, Sa‟îd bin Sulaimân, Salamah bin Sulaimân, Komentar ulama hadis terhadapnya: Ahmad bin Hanbal : ia adalah seorang yang hafidz Abû Hâtim : ia adalah faqih, „alim, ahli ibadah, zuhud, pemberani, dan penyair