Bagi Elizabeth K. Nothingham, Agama merupakan unsur yang abstrak dan trasenden yang hanya bisa dirasakan oleh masyarakat pemeluknya. Namun,
dapat dilihat dalam bentuk tingkah laku keagamaan atau pun berupa ritus-ritus yang dijalankan masyarakat sebagai pemeluknya. Adapun fungsi agama
menurut Elisabeth K. Nothingham adalah sebagai berikut:
19
a. Agama memelihara masyarakat dengan membantu menciptakan sistem-
sistem nilai sosial yang terpadu dan utuh serta memberikan kekuatan memaksa yang mendukung, serta memperkuat adat istiadat.
b. Agama mengkoordinasikan banyak nilai yang bermacam-macam yang
tampak tidak bertalian dan tidak berarti menjadi sistem-sistem yang terpadu.
c. Sebagai sesuatu yang sakral, agama memiliki kekuatan memaksa dalam
mengatur tingkah laku manusia serta kekuatan yang mengukuhkan nilai- nilai moral kelompok pemeluk.
2. Keberagamaan dan Dimensi-Dimensinya
Kajian sosiologi agama berpusat pada bagaimana para pemeluknya memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai agama yang kemudian tergambar secara
praktis dalam tingkah laku sehari-hari. Secara singkatnya, kajian ini memfokuskan diri mengenai pengaktualisasian sikap keagamaan dalam
masyarakat agama, atau lebih dikenal dengan keberagamaan.
Keberagamaan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah religiusitas. M. Djamaludin menganggap religiusitas sebagai manifestasi seberapa jauh
penganut agama meyakini, memahami, dan mengamalkan agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari. Di semua aspek kehidupan.
20
Sementara Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi berpendapat, keberagamaan yaitu lebih bersifat personal, melihat aspek-aspek yang berada di dalam hati
nurani, kemudian diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
21
Aspek terpenting dari keberagamaan adalah pemahaman terhadap nilai-nilai agama. Pemahaman tersebut didapat melalui rangkaian proses belajar, dan
diinternalisasikan dalam pikiran dan hati, yang puncaknya dimanifestasikan dalam bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai agama.
Menurut Glock dan Stark, ada lima dimensi utama yang menjadi konsensus umum dalam sebuah agama dan lima dimensi tersebut adalah:
22
1. Dimensi Keyakinan
19
Elizabeth K. Nothingham, Agama dan Masyarakat:Suatu PengantarSosiologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persad, 1994 , h. 27-28
20
M. Djamaluddin, Religisitas dan Sters Kerja Pada Polisi, Jogyakarta: UGM Press,1995 , h.44
21
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metodelogi Penelitian Survei Jakarta:LP3ES, 1989, cet.Ke-1,h.27
22
Roland Robertson, “Agama Dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis ,h. 295-297
Dimensi ini mencakup tentang pengharapan-pengharapan dimana seorang individu berpegang teguh pada teologis tertentu dan mengakui doktrin-doktrin
tersebut. Dengan kata lain, dimensi ini berisikan tentang keyakinan pemeluk suatu agama kepada ajaran-ajaran agamanya, terutama ajaran-ajaran agama
yang bersifat fundamental dan dogmatik.
2. Dimensi Praktek Agama Ritualistik Dimensi ini mencakup pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang-
orang untuk menunjukan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktek keagamaan ini terdiri dari dua bagian penting, yaitu:
a Ritual, mengacu pada seperangkat ritus, tindakan keagamaan dan praktek-
praktek suci. b
Ketaatan, seluruh agama mempunyai seperangkat persembahan dan kontemplasi personal yang relatif spontan, informal, dan khas pribadi
3. Dimensi Pengalaman Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama
memandang pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan
mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu kontak langsung dengan
Tuhan sebagai otoritas trasendental
4. Dimensi Pengetahuan Agama Dimensi ini mengacu pada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling
tidak memiliki sejumlah pengetahuan dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci, dan tradisi-tradisi dalam agama yang dianutnya.
5. Dimensi Pengamalan Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat keyakinan keagamaan, praktek,
pengalaman, dan pengetahuan seseorang mengenai agamanya dari hari ke hari. Dimensi ini mengacu pada seberapa besar agama yang dipeluknya
mempengaruhi dan terwujud dalam bentuk nyata, khususnya dalam hubungan dengan sesama manusia di muka bumi ini.
B. Ramadhan 1. Ramadhan Persfektif Teologis