dalam bulan tersebut telah mampu menstimulasi setiap individu ingin bertindak shaleh.
Dengan berpedoman pada daya stimulasi yang dimiliki bulan Ramadhan tersebut, maka pada uraian ini mendeskripsikan tentang hasil penelitian aktivitas
keberagamaan komunitas pemulung di bulan Ramadhan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dimensi keyakinan; praktek
agama; pengetahuan; pengalaman; dan dimensi konsekuensi sebagai pijakan untuk menganalisa keberagamaan komunitas pemulung di bulan Ramadhan.
Sehingga dapat diketahui keyakinan dari mereka tentang agama yang mereka anut dan pemahaman berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Selain itu, berdasarkan
dimensi praktek dapat diukur dari ritual dan ketaatan akan ritual agamanya.
88
1. Keyakinan dan Pemahaman Terhadap Rukun Iman dan Predikat-
Predikat Istimewa yang Dimiliki Bulan Ramadhan
Hal yang utama dalam menilai keberagamaan seseorang adalah mengetahui keyakinan dan pemahamannya terhadap ajaran dan unsur-unsur yang
ada dalam agama tersebut, seperti rukun iman, yang merupakan sumber keyakinan umat Islam. Selain itu, dalam pembahasan ini juga akan diuraikan mengenai
keyakinan dan pemahaman terhadap predikat rahmat, maghfirah, dan idgham minannar yang dimiliki bulan bulan Ramadhan.
Pemahaman para informan terhadap rukun iman hanya terbatas pada pengetahuan dan pengamalan semata. Dalam konteks ini, mereka meyakini namun
kurang mampu menjelaskan apa yang mereka pahami dan yakini itu dan hanya
88
Roland Robertson, ed., Agama: Dalam Analisa dan Interpertasi Sosiologis,h. 295-297
sebagian pula yang dapat menyebutkan isi dari rukun iman secara lengkap. Sedangkan tiga orang informan lainnya tidak mampu menyebutkan isinya secara
lengkap. Seperti yang diungkapkan oleh Tasman, Tamiri, dan Wasni, mereka menyatakan bahwa tidak hapal isi rukun iman, dengan alasan tidak belajar.
Berdasarkan hasil wawancara, seluruh informan sangat meyakini adanya Allah yang Maha Mengetahui. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Solihin:
”…Iman kepada Allah artinya percaya kepada Allah, percaya kalo’ Ia itu ada, menciptakan segalanya, dan mengetahui segalanya.
Tahu segala sesuatu yang dikerjakan hambanya. Misalnya berkaitan dengan sekarang, seperti puasa misalnya. Puasa itu ibadah yang ‘ngga
kelihatan, kalo’ bohong pun pasti orang ‘ngga tahu. Yang tahu hanya orang yang melakukannya dan Allah yang mengawasinya langsung.
Pokoknya begitu, susah diungkapkan, tapi saya yakin itu.”
89
Begitu juga mengenai keyakinan akan malaikat, kitab-kitab, Rasul, hari kiamat dan terhadap qada’ dan qadar Allah. Mereka meyakini semua itu juga
harus diyakini setelah meyakini Allah. Namun, hanya informan Lasmidi, Denti, Solihin, Siti Fatimah, Wasni dan Edi Sudewo yang mampu memberikan
pemaparannya mengenai apa yang mereka yakini tersebut. Sebagaimana Edi Sudewo mengungkapkan mengenai iman kepada malaikat-malaikat Allah, ia
mengatakan bahwa malaikat adalah ciptaan Allah, yang membantu Allah. Seperti Rakib dan Atid yang mengawasi segala sesuatu yang diperbuat manusia, misalnya
seperti puasa ini. Sedangkan dalam hal qada’ dan qadar, semua informan memahaminya
sebagai sesuatu yang di berikan dan sudah ditetapkan oleh Allah pada tiap-tiap makhluknya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Lasmidi: ”…Kalo’ menurut
89
Wawancara Pribadi dengan Solihin, Tangerang, 27 September 2007
saya, segala sesuatu yang sudah ditetapkan, semacam kaya takdir. Seperti jodoh, maut dan termasuk pekerjaan saya ini, jadi pemulung.
90
Berkenaan dengan keyakinan dan pemahaman para informan terhadap predikat rahmat, maghfirah, dan idgham minannar yang dimiliki bulan
Ramadhan, hanya terbatas pada pengetahuan semata. Kurang mampu menjelaskan dan menginterpretasikan apa yang mereka yakini dan pahami. Dan hanya sebagian
yang mengetahuinya secara lengakap. Seperti yang diungkapkan oleh Tasman, Tamiri, Sumarno, Wasni, dan Wasem. Mereka menyatakan tidak tahu secara
lengkap mengenai predikat-predikat istimewa yang dimiliki bulan Ramadhan. Bagi mereka, Ramadhan lebih diyakini sebagai bulan berkah, karaena dalam
bulan tersebut pengahsilan mereka meningkat. Selain itu, Ramadhan merupakan moment yang penuh perhatian bagi mereka, dimana dalam bulan tersebut sudah
menjadi tradisi setiap tahunnya bagi mereka mendapatkan perhatian dan simpati dari kaum dermawan, dalam bentuk santunan.
Berdasarkan hasil wawancara semua informan sangat meyakini bahwa Ramadhan adalah bulan penuh rahmat. Kondisi berkah yang mereka alami dalam
bulan Ramadhan diinterpretasikan sebagai suatu bentuk rahmat atau kasih sayang Allah yang dijanjikan terjadi pada bulan Ramadhan. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Solihin: “…Yakin, Terutama berkah rezeki, penghasilan saya dalam bulan Ramadhan lebih banyak, karena pada bulan ini kayanya sampah dan
barang bekas jumlahnya banyak. Selain itu juga kalo’ Ramadhan saya dapat THR
90
Wawancara Ptibadi dengan Bapak Lasmidi, Tangerang, 1 Oktober2007
dan santunan-santunan. Ya, Bagi saya, itu berkah. Dan berkah sama saja dengan rahmat dari Allah”.
91
Hal yang tidak berbeda juga diungkapkan oleh Edi sudewo: “...Banyaknya sampah di bulan ini jadi berkah rezeki tersendiri bagi tukang pulung kaya kami.
Bagi saya berkah ini sama saja rahmat di bulan Ramadhan dari Allah.”
92
Sedangkan mengenai dengan Predikat Maghfirah yang dimiliki bulan Ramadhan, hanya sebagian informan yang mengetahuinya. Seperti Solihin, Edi
Sedewo, Lasmidi, Denti, dan Siti Fatimah. Para informan tersebut meyakini dan memahami predikat maghfirah sebagai suatu bentuk pengampunan dosa yang
dijanjikan bulan Ramadhan bagi setiap muslim yang taat dan meningkatkan jumlah ibadahnya dalam bulan tersebut. Selain itu, maghfirah yang dijanjikan
bulan Ramadhan juga diyakini sebagai bentuk dispensasi hukum penyiksaan bagi manusia- manusia berdosa yang telah berada di akhirat. Dimana mereka meyakini
bahwa dalam bulan Ramadhan manusia-manusia berdosa diistirahatkan hukum penyiksaannya sampai berakhirnya bulan Ramadhan. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Siti Fatimah: “…Maghfirah itu sama saja ampunan dari Allah. Orang-orang yang rajin ibadahnya di bulan ini akan di hapus dan diampunkan
dosanya. Bukan cuma itu, katanya selama bulan puasa orang-orang yang sudah meninggal yang banyak dosanya di liburkan dulu siksaannya, yang juga
merupakan ampunan dari Allah. Karena ‘ngga di siksa selama bulan Ramadhan”.
93
91
Wawancara Pribadi dengan Solihin, Tangerang, 27 September, 2007
92
Wawancara P ribadi dengan Bapak Edi Sudewo, Tangerang, 29 Seetember 2007
93
Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fatimah, Tangerang,2 Oktober 2007
Hal yang tidak berbeda juga diungkapkan oleh Denti:”… Ampunan dari Allah untuk manusia yang banyak beribadah di bulan Ramadhan…”
94
Begitu juga mengenai keyakinan akan predikat idgham minannar yang dimiliki bulan Ramadhan juga hanya di ketahui oleh sebagian informan. Para
informan meyakini dan memahaminya bahwa setiap muslim yang shaleh dan taat beribadah dalam bulan Ramadhan tubuhnya akan diharamkan dari siksa api
neraka. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Solihin:”… Idgham minannar itu datangnya pada bagian ketiga dalam bulan Ramadhan. dan bagi orang-orang yang
masih rajin dan banyak ibadah sampai sepuluh hari terakhir bulan puasa akan dapat idgham minannar itu. Bebas dari siksa api neraka…”
95
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat dikatakan terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan pemahaman yang cukup signifikan. Tingkat pemahaman
dapat dianalisis penulis berdasarkan wawancara mendalam, dimana perbedaan tersebut disebabkan karena latar belakang pendidikan yang berbeda.
2. Dimensi Pengetahuan Berkenaan Dengan Bulan Ramadhan