Dari pernyatan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun kondisi kekurangan sangat lekat dengan kehidupan mereka, namun dalam
pelaksanaan ibadah amaliah mereka tak mengabaikannya.
4. Pengalaman Keagamaan Berkenaan dengan Ramadhan Atau Yang
Terjadi Saat Ramadhan
Menguraikan aspek pengalaman keagamaan merupakan hal yang sangat pelik. Betapa tidak, karena aspek tersebut langsung berkaitan dengan Sang Maha
Trasenden dan bersifat subjektif. Tetapi, rasanya kurang lengkap bila membahas mengenai komitmen keagamaan namun mengabaikannya. Karena baik secara
langsung maupun tidak aspek tersebut memberikan sumbangsih bagi terciptanya komitmen keagamaan seseorang.
Dimensi pengalaman keagamaan berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak
tepat jika dikatakan seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir
Kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu keadaan kontak dengan perantara supernatural. Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan,
perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang pelaku atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan atau suatu
masyarakat yang melihat komunikasi, walaupun kecil, dengan suatu esensi ketuhanan, yakni dengan Tuhan, dengan kenyataan terakhir dengan otoritas
Trasendental.
127
127
Roland Robertson, Agama Dalam Interpretasi Sosiologis, h. 296
Berpijak dari acuan teori tersebut, peneliti mencoba menguraikan pengalaman keagamaan para informan yang berkaitan ataupun yang terjadi saat
Ramadhan. Namun, Dalam hal ini lebih mengutamakan pengalaman keagamaan yang berkenaan dengan Lailatul Qadar. Yang memang dijanjikan kepastian
datangnya dan dianjurkan untuk mendapatkannya. Berdasarkan wawancara, seluruh informan menyatakan tidak pernah
merasakan pengalaman mendapatkan Lailatul Qadar, namun ada beberapa informan yang menyatakan pernah mendapatkan pengalaman keagamaan yang
terjadi dalam Ramadhan. Dan para informan tersebut menyatakan bahwa pengalaman keagamaan tersebut membawa pengaruh yang cukup signifikan
terhadap keyakinan dan ketaatan terhadap agamnya. Siti Fatimah adalah pemulung wanita yang berasal dari Lampung. Ia
datang ke Jakarta pada Februari 2005 dengan tujuan untuk memperbaiki hidup. Dan keprofesian pemulung baru ia jalani selama 8 bulan. Ketiaka ditanyakan
tentang pengalaman keagamaan yang berkenaan dengan malam Lailatul Qadar, ia menyatakan tidak pernah mendapatkannya. Namun, ia pernah menyatakan pernah
mendapatkan suatu pengalaman hidup dan pengalaman tersebut membawa pengaruh yang positif bagi keberagamaanya. Sebagaimana yang diungkapkannya:
”…Mendapatkan Lailatul Qadar sih ‘ngga pernah, tapi kalo’ pengalaman yang lainnya pernah. Ketika itu hidup saya masih kecukupan, punya usaha
warung kelontong. Warung saya saat itu lagi maju-majunya, karena sibuk ngurusin warung, saya jarang ngerjaian salat lima waktu dan’ngga pernah
ikut pengajian. Pada malam tiga hari sebelum lebaran rumah dan warung saya kebakaran, habis semua ‘ngga ada sisanya. Sejak kejadian itu,
awalnya saya hampir mirip orang kurang waras. Tapi, setelah habis lebaran saya merasakan hal yang beda, hati saya kaya kebuka dan sadar.
Dan sejak saat itu saya kembali untuk rajin salat lagi, walaupun suka diulur-ulur waktunya”.
128
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Lasmidi dan Solihin. Mereka
menyatakan pernah mendapatkan pengalaman religius dalam bulan Ramadhan dan mengakui bahwa pengalaman tersebut membawa pengaruh yang cukup
signifikan terhadap ketaatan dan kekhusyuan dalam beribadah. Namun mereka kurang dapat memaparkannya dengan baik secara verbal.
5. Hubungan Sosial Komunitas Pemulung Dalam Bulan Ramadhan