kebersamaan tergambar jelas dalam pergaulan sehari-hari. Berkenaan dengan hal ini juga dituturkan oleh Wasni
70
: “…Pergaulan pemulung-pemulung di sini sangat baik, tampak dari sikap tolong menolong seperti dalam pembuatan gerobak bagi
pemulung baru. Untuk keributan antar kelompok, di sini tak pernah ada. Kalau pun ada keributan hanya terjadi pada suami-istri atau anak dan orang tua yang
cekcok. Itupun tidak berlangsung lama. Kalau pihak keluarga tidak bisa mengatasi, turunlah pak Edi sebagi ketua lapak untuk mendamaikannya”.
Dari keterangan di atas, dapat dikatakan bahawa solidaritas dalam komunitas pemulung tersebut terjalin sangat baik. Dengan bukti adanya hubungan
yang harmonis lintas etnis dan agama, yang nampak nyata dalam rasa saling memahami, tolong-menolong, dan pengertian antar sesama anggota komunitas
pemulung
C. PROFIL INFORMAN PENELITIAN
Agar penelitian ini lebih terarah, maka peneliti memfokuskan penelitian pada sepuluh orang informan. Sepuluh informan ini diharapkan dapat mewakilkan
keragamaan latar belakang dan usia yang tersedia dalam komunitas pemulung di wilayah tersebut. Guna terciptanya hasil penelitian yang lebih variatif.
Secara rinci latar belakang para informan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
70
Wawancara Pribadi dengan mba Wasni, Tangerang, 3 Oktober 2007
Tabel 6 Usia dan Status
No Informan
Usia Status
1 Tasman
43 tahun Menikah
2 Tamiri
38 tahun Menikah
3 Solihin
24 tahun Belum menikah
4 Denty
16 tahun Belum menikah
5 Wasni
20 tahun Menikah
6 Wasem
45 tahun Menikah
7 Lasmidi
29 tahun Menikah
8 Sumarno
55 tahun Menikah
9 Edi Sudewo
51 tahun Menikah
10 Siti Fatimah
35 tahun Menikah
Sumber: Wawancara Pribadi dengan Para Informan Pada umumnya pemulung di wilayah ini didominasi oleh masyarakat
Jawa, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun, ada beberapa diantara mereka yang berasal dari Sumatra, seperti Siti Fatimah. Untuk lebih jelasnya latar
belakang daerah informan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 7 Daerah Asal
No Informan
Daerah Asal 1
Tasman Brebes
2 Tamiri
Madura 3
Solihin Tasikmalaya
4 Denty
Losari 5
Wasni Tegal
6 Wasem
Purwokerto 7
Lasmidi Yogyakarta
8 Sumarno
Semarang 9
Edi Sudewo Banyumas
10 Siti Fatimah
Lampung Sumber: Wawancara Pribadi dengan Para Informan
Para Pemulung di wilayah ini umumnya berpendidikan rendah. Mayoritas dari mereka hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar. Dan hanya beberapa
orang diantara mereka yang mengenyam pendidikan sampai pada tingkat sekolah lanjutan.
Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada sepuluh informan tersebut, karena memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda. Dengan latar
belakang pendidikan yang berbeda sangat memungkinkan terciptanya hasil penelitian yang lebih variatif. Sebab latar pendidikan berbeda yang dimiliki
informan akan menghasilkan suatu pengetahuan dan pemahaman yang berbeda pula pada tiap-tiap informan.
Untuk lebih jelasnya latar belakang pendidikan informan dapat dilihat pada tabel berikut ibni.
Tabel 8 Pendidikan
No Informan
Pendidikan 1
Tasman SD
2 Tamiri
Tidak sekolah 3
Solihin Tidak tamat SLTP
4 Denti
SLTP 5
Wasni Tidak sekolah
6 Wasem
Tidak tamat SD 7
Lasmidi Tidak tamat SLTP
8 Sumarno
SD 9
Edi Sudewo SLTA
10 Siti Fatimah
SD Sumber: Wawancara Pribadi dengan Para Informan
BAB IV RAMADHAN DI MATA MASYARAKAT MARGINAL
A. Aktivitas Kerja Masyarakat Marginal Di Bulan Ramadhan
Bagi masyarakat kebanyakan, sampah adalah barang buangan. Selain menjadi sumber penyakit dan polusi lingkungan, sampah dianggap menjijikan.
Tetapi tidak demikian dengan para pemulung. Mereka justru menganggap gunungan sampah adalah perantara penyelamat bagi perut dari kelaparan. Bahkan
merupakan berkah tersendiri. Begitu pun yang dirasakan komunitas pemulung di Jl. Bulak Wangi II,
Kedaung, Ciputat. Makin banyak jenis sampah yang mereka temui, semakin senang lantaran penghasilannya kian meningkat.
Dengan bermodalkan gerobak, atau karung dan “ganco”
71
, mereka mengais rezeki dengan berkeliling mengumpulkan sampah-sampah nonorganik.
Waktu, tempat, serta cuaca bukanlah faktor penyurut kegairahan kerja mereka. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Tamiri:
”…
Dalam mencari rezeki saya tak membatasi waktu untuk bekerja, saya akan pulang ke rumah jika hasil barang yang saya cari sudah banyak
menurut saya. Saya memulung bukan hanya di daerah sini saja, tapi juga ke Rempoa, Lebak Bulus, dan pondok Labu untuk cari paku karat. Hujan
atau pun panas tak jadi halangan untuk saya malas mulung. Pokoknya selama badan ini sehat, saya ‘ngga pernah libur mulung. Sebab makan
saya hari itu, ya hasil mulung saya di hari itu juga”.
72
Bagi setiap Muslim, Ramadhan memiliki predikat bulan paling istimewa. Setiap jiwa spiritual membuncah untuk larut secara total dalam ibadah khas yang
71
Besi berukuran setengah meter yang ujungnya dibengkokan yang digunakan untuk mengais sampah dan barang bekas
72
Wawancara Pribadi dengan Bapak Tamiri, Tangerang, 28 September 2007