Makna Ramadhan Bagi Komunitas Pemulung

hampir seluruh informan mengungkapkan bahwa kemasan minuman plastik dan beling meningkat jumlahnya dalam bulan Ramadhan. Hal tersebut juga telah diungkap oleh beberapa informan di atas. Untuk lebih jelasnya, hal ini diungkapkan oleh Edi Sudewo, selaku salah satu agen dan ketua lapak di wilayah tersebut. “…Dalam bulan Ramadhan seperti ini biasanya jumlah barang yang banyak ditemui adalah kemasan plastik, seperti gelas dan botol minuman plastik, dan beling bekas pecahan botol sirup. Saya sendiri biasanya hanya bisa mendapatkan 1-3 kg gelas aqua perharinya, tapi di bualn Ramadhan saya bisa menadapatkan 3-6 kg dalam sehari. Dan beling bekas botol-botol sirup juga banyak ditemui tempat pembuangan sampah 83 . Melihat pernyataan-pernyataan yang diungkapkan oleh para informan, dapat dipastikan bahwa mereka tak memberikan hak dispensasi bagi aktivitas kerja mereka di bulan Ramadhan. Justru Ramadhan telah mendorong mereka untuk semakin giat dalam bekerja, yakni dengan melakukan penambahan waktu kerja di malam hari.

B. Makna Ramadhan Bagi Komunitas Pemulung

Penghayatan agama seseorang sangat erat berkaitan dengan bagaimana ia memaknai setiap ajaran, ritual, perayaan hari agama yang dimiliki agama yang dipeluknya. Pemaknaan dan harga dari sebuah penghayatan keagamaan sifatnya berjenjang. Faktor usia, pendidikan, status ekonomi serta nasib akan mempengaruhi dalam memahami, menghayati, dan memaknai dari setiap ritual, amalan dan moment keagamaan yang diyakininya. Sudah menjadi kesepakatan umum bahwa kedatangan bulan Ramadhan telah menjadi fenomena eksklusif dikalangan umat Islam. Dikatakan eksklusif 83 Wawancara Pribadi dengan Bapak Edi Sudewo, Tangerang, 29 September 2007 karena Ramadhan merupakan moment keagamaan yang di dalamnya mengandung ibadah khas bagi umat muslim. Sejatinya, predikat eksklusif tersebut tidak terlepas dari interpretasi dan refleksi dari ajaran agama dan kesadaran; kegairahan beragama masyarakat. Ramadhan memiki predikat sebagai bulan suci yang di dalamnya mengandung rahmat, berkah dan maghfirah. Kendati adanya kesepakatan mengenai peredikat tersebut, namun jika ditelisik telah melahirkan pemaknaan yang cukup variatif dalam masyarakat. Dalam persfektif masyarakat kelas sosial yang berkecukupan, Ramadhan lebih dimaknai sebagai bulan untuk sejenak melepaskan egoisme duniawi. Mengendorkan organ tubuh yang biasa mengkonsumsi makanan untuk bisa memaknai penderitaan orang yang terpaksa puasa setiap harinya, seperti yang dialami kaum dhuafa. Selain itu, Ramadhan juga dimaknai sebagai bulan simpati kasih sayang terhadap sesama. 84 Yang ditujukan untuk meretas keshalehan sosial dalam tindakan kepedulian sosial, yakni membagi keberkahan dalam bentuk peningkatan derma terhadap kaum fakir. Sedangkan bagi kaum marginal, makna tersebut tidak relevan karena belum tentu mereka mendapatkan makan dan minum yang cukup setiap harinya. Sehingga menahan diri dari makan dan minum bukan lagi sebagai latihan, tetapi tuntutan keadaan; suka atau tidak suka yang harus mereka terima. Adalah perbedaan status ekonomi yang menyebabkan makna tersebut tidak koheren bagi masyarkat marginal. Sehingga, adalah suatu kewajaran bila 84 Maulana Muhammad Zakariyya al Khandawali rah,a., Kitab Fadhail Amal, Edisi Revisi Bahasa Indonesia, Bandung: Pustaka Ramadhan, 2000 , h. 455 kaum marginal memiliki persfektif tersendiri dalam memaknai bulan suci tersebut. Dalam hal ini pemakanaan tersebut menjadi salah satu bahasan dalam penelitian ini. Adalah suatu hal yang mafhum bila komunitas pemulung sebagai kategori masyarakat miskin memberikan makna yang berbeda pada bulan suci tersebut. Bagi mereka, umumnya Ramadhan lebih dimaknai sebagai bulan yang memberikan banyak keberkahan rezeki dan pangan. Pada bulan tersebut kerisauan akan kekurangan santapan pangan dapat tertutupi, dan pengahasilan mereka juga meningkat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Lasmidi: “...Ramadhan bermakna sebagai bulan keberkahan. Hari-hari dalam bulan tersebut banyak memberikan kita berkah, terutama berkah untuk makan. Setidaknya rasa khawatir untuk ‘ngga bisa makan berkurang. Bahkan di bulan tersebut saya bisa makan makanan yang jarang saya makan. Dan rezeki juga lebih berkah. Karena banyak orang-orang yang kecukupan yang bukan cuma mengundang buka puasa bersama, tapi juga memberikan amplop santunan kepada kita disini.” 85 Dan lebih lengkap pemaknaan bulan Ramadhan diungkap oleh Edi Sudewo: ”…Bagi kebanyakan orang Ramadhan dimaknai sebagai bulan untuk bisa merasakan hidup miskin lewat rasa lapar, terutama bagi mereka yang kaya. Tapi bagi tukang pulung seperti kami yang biasa dengan rasa lapar, beda lagi maknanya. Di bulan ini yang katanya penuh berkah memang terjadi dalam kehidupan kami. Dalam bulan ini setidaknya kami dapat merasakan makan enak yang jarang kami makan dari acara-acara buka puasa bersama yang mengundang kami. Selain itu juga adanya pembagian sedekah berupa santunan yang diberikan oleh para orang berkecukupan. Bagi kami ini adalah berkah yang diberikan Tuhan, yang diberikannya lewat kebaikan hati orang-orang berkecukupan. Dan juga penghasilan kita lumayan beda ‘ngga kaya biasnya, karena bulan puasa sampah dan barang bekas juga lebih banyak.” 86 85 WawancaraPribdi dengan Bapak Lasmidi, Tangerang, 1 Oktober 2007 86 Wawancara Pribadi dengan Bapak Edi Sudewo, Tangerang, 5 Oktober 2007 Hal yang tidak berbeda juga diungkapkan oleh Solihin:”…Al-Quran menyebutkan bulan Ramadhan merupakan bulan magfhirah, rahmat dan berkah. Tapi yang lebih terasa dalam kehidupan saya adalah berkahnya. Jadi bagi saya makna yang tepat, ya Ramadhan bulan berkah. Dalam bulan ini banyak orang mampu yang membagi berkah rezekinya melalui acara buka puasa dan pembagian santunan kepada pemulung di sini. Pada bulan puasa kali ini saja sudah ada dua orang kaya yang mengadakan acara buka puasa bersama dan membagikan uang santunan. Selain itu penghasilan saya juga rasakan lebih banyak di bulan ini dibandingkan biasanya. Karena sampah lebih banyak. Bagi saya semua itu berkah..” 87 Semua informan menyatakan demikian, hanya sebagian yang mampu memaparkan secara jelas dan baik apa makna bulan Ramadhan bagi mereka. Karena minimnya keterlibatan mereka dalam lingkungan pendidikan menyebabkan mereka kurang mampu untuk memaparkannya. Sehingga untuk sebagian lainnya kurang mampu memaparkannya dengan baik secara verbal.

B. Keberagamaan Masyarakat Marginal dalam Bulan Ramadhan