Aktivitas Kerja Masyarakat Marginal Di Bulan Ramadhan

BAB IV RAMADHAN DI MATA MASYARAKAT MARGINAL

A. Aktivitas Kerja Masyarakat Marginal Di Bulan Ramadhan

Bagi masyarakat kebanyakan, sampah adalah barang buangan. Selain menjadi sumber penyakit dan polusi lingkungan, sampah dianggap menjijikan. Tetapi tidak demikian dengan para pemulung. Mereka justru menganggap gunungan sampah adalah perantara penyelamat bagi perut dari kelaparan. Bahkan merupakan berkah tersendiri. Begitu pun yang dirasakan komunitas pemulung di Jl. Bulak Wangi II, Kedaung, Ciputat. Makin banyak jenis sampah yang mereka temui, semakin senang lantaran penghasilannya kian meningkat. Dengan bermodalkan gerobak, atau karung dan “ganco” 71 , mereka mengais rezeki dengan berkeliling mengumpulkan sampah-sampah nonorganik. Waktu, tempat, serta cuaca bukanlah faktor penyurut kegairahan kerja mereka. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Tamiri: ”… Dalam mencari rezeki saya tak membatasi waktu untuk bekerja, saya akan pulang ke rumah jika hasil barang yang saya cari sudah banyak menurut saya. Saya memulung bukan hanya di daerah sini saja, tapi juga ke Rempoa, Lebak Bulus, dan pondok Labu untuk cari paku karat. Hujan atau pun panas tak jadi halangan untuk saya malas mulung. Pokoknya selama badan ini sehat, saya ‘ngga pernah libur mulung. Sebab makan saya hari itu, ya hasil mulung saya di hari itu juga”. 72 Bagi setiap Muslim, Ramadhan memiliki predikat bulan paling istimewa. Setiap jiwa spiritual membuncah untuk larut secara total dalam ibadah khas yang 71 Besi berukuran setengah meter yang ujungnya dibengkokan yang digunakan untuk mengais sampah dan barang bekas 72 Wawancara Pribadi dengan Bapak Tamiri, Tangerang, 28 September 2007 dimiliki bulan tersebut. Maka sebagai konsekuensi logis dari kondisi tersebut, banyak lembaga formal seperti sekolah, lembaga pemerintahan, perusahaan milik negara maupun swasta mengurangi waktu beraktivitas di bulan tersebut. Namun, kondisi tersebut tidak relevan dalam kehidupan komunitas pemulung. Kewajiban ibadah khas yang dimiliki bulan tersebut bukan alasan yang tepat untuk mereka mengurangi aktivitas kerja, terlebih untuk bermalas-malasan. Justru Ramadhan menuntut mereka untuk lebih kian meningkatkan aktivitas kerja. Tuntutan kebutuhan yang hadir dalam bulan Ramadhan memaksa mereka untuk tetap mempertahankan kegairahan kerja, bahkan penambahan waktu kerja. Hal tersebut diungkapkan oleh Tamiri: ”… ’Ngga ada pembedaan waktu kerja bagi saya, baik bulan biasa maupun Ramadhan. Apalagi lagi pengurangan waktu, dan bermalas- malasan. Justru harusnya saya menambah waktu mulung. Sebab kalo’ngga mulung sehari saja, saya susah makan. Apalagi ini bulan Ramadhan, kebutuhan makin banyak. Mau mudik, mau kasih kebutuhan anak-istri setahun sekali. Jadi saya mesti terus kerja keras. 73 Hal yang sama juga diungkapkan oleh Lasmidi, dan Solihin, mereka menyatakan bahwa tak ada alasan untuk melakukan pengurangan waktu dalam bekerja, apalagi bermalas-malasan. Bahkan mereka menambahkan waktu bekerja pada malam hari. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Lasmidi : ”....Sama saja, saya tetap mulung di bulan biasa maupun bulan Ramadhan.’Ngga ada perbedaan waktu atau pengurangan jam kerja. Bahkan terkadang malam hari saya juga keliling cari barang-barang bekas di pasar, itu berarti saya malah menambahkan waktu mulung. Dalam bulan Ramadhan seperti ini justru saya harus lebih giat lagi bekerja. Kebutuhan makin banyak, harga- harga barang di bulan ini dan menjelang Idul Fitri semua naik. Selain itu, keluarga juga punya keinginan untuk mudik ke kampung halaman”. 74 73 Wawancara Pribadi dengan BapakTamiri, Tangerang, 28 Setember2007 74 Wawancara Pribadi dengan, Bapak Lasmidi, Tangerang, 1 Oktober 2007 Hal yang tidak berbeda juga diungkapkan oleh Tasman:”…Bulan Ramadhan seperti ini ‘ngga mungkin saya melakukan pengurangan waktu kerja, sebagaimana orang-orang. Apalagi kalau bermalas-malasan, istri dan anak-anak saya tidak ada yang kasih THR pada lebaran nanti. Justru saya harus makin giat kerjanya”. 75 Sedangkan Denti, Siti Fatimah, Sumarno, Wasem dan Wasni menyatakan bahwa aktivitas kerja mereka dalam bulan Ramadhan sama dengan bulan biasanya. Mereka tidak melakukan penambahan atau pengurangan waktu dalam bekerja. Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa Ramadhan tidak menyurutkan kegairahan atau semangat kerja mereka. Justru Ramadhan menuntut mereka untuk lebih meningkatkan aktivitas dalam bekerja, demi untuk memenuhi kebutuhan menjelang hari raya Idul fitri. Dari pernyataan-pernyataan tersebut telah tergambar pula mengenai faktor yang melatarbelakangi mengapa mereka lebih giat bekerja dalam bulan Ramadhan. Seluruh informan menyatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan menjelang Idul Fitri dan keinginan mudik yang melatarbelakangi mereka untuk lebih giat lagi dalam bekerja. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Lasmidi:”… Saya tetap rajin kerja dalam bulan Ramadhan selain untuk makan juga untuk kasih kebutuhan anak istri setahun sekali buat lebaran…” 76 Berkenaan dengan kendala yang dihadapi para pemulung dalam bekerja di bulan Ramadhan, seluruh informan menuturkan bahwa kendala terbesar yang 75 Wawancara Pribadi dengan Bapak Tasman, Tangerang, 8 Oktober 2007 76 Wawancara Pribadi dengan Bapak Lasmid, Tangerang, 1 Oktober 2007 mereka hadapi adalah rasa lapar yang disandingkan dengan cuaca sangat terik di siang hari. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Denti: ”…Halangan terberat mulung di bulan Ramadhan ketika saya mulung dalam keadaan puasa ditambah dengan udara yang panas di siang hari. Mungkin kalo’ nahan rasa lapar itu saya sudah biasa, karena sehari- harinya memang begitu. Tapi kalo’ nahan haus saya ‘ngga kuat. Apalagi bulan Ramadhan kali ini kalo’ siang hari itu udaranya panas banget, ya… kalo’ udaranya begitu bikin haus terus dan lemes. Jadi ada rasa males ”. 77 Dan lebih lengkap mengenai kendala kerja yang dihadapi mereka dalam bulan Ramadhan diungkapkan oleh Lasmidi: ”…Tantangan kerja di bulan Ramadhan itu sangat berat. Di bulan biasa juga ada resikonya, sering dituduh nyuri barang orang lain, tapi itu ‘ngga saya alami setiap hari. Tapi kalo’ di bulan Ramadhan tiap hari selama satu bulan saya harus mulung dalam keadaan puasa ditambah hawa yang panas. Bukannya saya ngeluh atas kewajiban puasa, nahan rasa lapar sudah. Tapi udara panasnya itu yang bikin saya kadang terasa berat nahan haus. Sedangkan saya wajib puasa”. 78 Akibat dari kendala yang mereka hadapi, menyebabkan beberapa diantara mereka lebih memilih menangguhkan kewajiban ibadahnya dan mementingkan aktivitas kerjanya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Tasman dan Tamiri, mereka mengatakan bahwa puasa dan panasnya udara di siang hari merupakan kendala terbesar yang dihadapi selama bekerja pada bulan Ramadhan. Menahan rasa haus merupakan faktor terberat yang tak kuat mereka tanggung. Sementara mereka harus berjalan puluhan kilo meter tiap harinya untuk mengais rezeki. Terlebih dengan adanya tambahan kebutuhan di bulan itu yang menyebabkan mau tak mau mereka harus tetap bekerja di bulan tersebut. Sehingga mereka sering meninggalkan kewajiban ibadahnya demi untuk kenyamanan kerja. Bagi mereka ketidaksanggupan ibadah puasa itu bisa dibayar dengan pergantian waktu 77 Wawancara Pribadi dengan Denti, Tangerang, 5 Oktober 2007 78 Wawancara Pribadi dengan Bapak Lasmidi, Tangerang, 1 Oktober 2007 pelaksanaanya di bulan biasanya, namun kebutuhan sehari-hari, terutama menafkahi keluarga tak mungkin mereka tinggalkan. Berdasarkan wawancara mendalam, berkenaan dengan penghasilan yang didapatkan mereka di bulan Ramadhan, peneliliti mendapatkan hasil jawaban yang cukup variatif. Sebagian dari informan menyatakan bahwa penghasilanya di bulan Ramadhan lebih meningkat. Sedangkan sebagian dari informan lainnya menyatakan penghasilan mereka sama seperti bulan biasanya.Sebagaimana yang diungkapkan oleh Lasmidi: ”…Penghasilan yang saya peroleh pada Ramadhan lebih banyak dibandingkan bulan biasanya. Pada bulan-bulan biasa, setiap harinya penghasilan saya hanya sekitar Rp10.000,00-Rp. 20.000,00. Tapi pada bulan Ramadhan, penghasilan saya meningkat dalam tiap harinya penghasilan saya sekitar Rp.25.000,00-Rp. 35.000,00. Karena pada bulan Ramadhan jumlah kemasan plastik, seperti gelas aqua dan botol-botol beling bekas sirup lebih banyak.” 79 . Dan penuturan yang lebih lengkap mengenai penghasilan di bulan Ramadhan diungkapkan oleh Solihin:”Alhamdulillah…., selama bulan Ramadhan penghasilan saya lebih banyak. Dalam hari-hari biasa penghasilan saya sekitar Rp.8.000,00-RP.20.000,00, sedangkan di bulan Ramadhan setiap harinya penghasilan saya kadang-kadang RP.25.000,00, Rp.30.000, bahkan Rp.40.000,00. Pokoknya selalu di atas Rp. 20.000,00. Ini semua karena malamnya setelah selesai taraweh saya mulung juga, biasanya di masjid-masjid sampah-sampah gelas plastik bekas buka puasa itu banyak. Dan jumlah botol-botol bekas sirup juga 79 Wawancara Pribadi dengan Bapak Lasmidi, Tangerang, 1 Oktober2007 banyak saya temukan di sekitar pasar dan tempat pembuangan sampah. Semua ini merupakan berkah bagi saya”. 80 Hal yang tidak berbeda juga diungkapkan oleh Edi sudewo, ia menuturkan bahwa ada perbedaan penghasilan antara bulan biasa dengan bulan Ramadhan. Dimana dalam bulan Ramadhan penghasilannya naik antara Rp.5000,00- Rp.10.000,00harinya.Yang disebabkan karena meningkatnya jumlah minuman kemasan plastik yang dikonsumsi masyarakat.” 81 Lain halnya dengan Sumarno, Wasni, Wasem, dan Denti, mengenai penghasilan di bulan Ramadhan, mereka mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan dengan bulan biasanya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sumarno: ”…Selama Ramadhan tahun ini penghasilan saya sama saja dengan hari biasanya. Tetap dapatnya Rp.15.000,00 juga. ‘Ngga seperti tahun-tahun yang dulu, biasanya kalo’ Ramadhan penghasilan saya lumayan besar. Tapi kali ini sama saja. Sebab kali ini kayaknya tukang pulung makin banyak. Itu berarti banyak saingan. Jadi barang-barang yang saya dapatkan juga sedikit. Lagi pula saya juga tidak seperti yang lainnya yang juga mulung di malam hari, sebab sekarang usia saya sudah 55 tahun mudah sakit. Jadi kondisi saya sudah “ngga kuat untuk kerja di malam hari”. 82 Hal senada juga diungkapkan oleh Wasni, ia menuturkan bahwa penghasilannya di bulan Ramadhan sama seperti bulan biasanya. Menurutnya bulan Ramadhan tahun ini jumlah pemulung wanita makin banyak. Inilah yang menyebabkan penghasilannya dibulan Ramadhan tahun ini menurun dibandingkan dengan Ramadhan di tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan wawancara mendalam dan observasi partisipatoris, berkenaan dengan jumlah barang-barang bekas yang meningkat dalam bulan Ramadhan, 80 Wawancara Pribadi dengan Solihin, Tangerang, 27 September 2007 81 Wawancara Pribadi dengan Bapak Edi Sudewo, Tangerang, 29 September 2007 82 Wawancara Pribadi dengan Bapak Sumarno, Tangerang, 7 Oktober 2007 hampir seluruh informan mengungkapkan bahwa kemasan minuman plastik dan beling meningkat jumlahnya dalam bulan Ramadhan. Hal tersebut juga telah diungkap oleh beberapa informan di atas. Untuk lebih jelasnya, hal ini diungkapkan oleh Edi Sudewo, selaku salah satu agen dan ketua lapak di wilayah tersebut. “…Dalam bulan Ramadhan seperti ini biasanya jumlah barang yang banyak ditemui adalah kemasan plastik, seperti gelas dan botol minuman plastik, dan beling bekas pecahan botol sirup. Saya sendiri biasanya hanya bisa mendapatkan 1-3 kg gelas aqua perharinya, tapi di bualn Ramadhan saya bisa menadapatkan 3-6 kg dalam sehari. Dan beling bekas botol-botol sirup juga banyak ditemui tempat pembuangan sampah 83 . Melihat pernyataan-pernyataan yang diungkapkan oleh para informan, dapat dipastikan bahwa mereka tak memberikan hak dispensasi bagi aktivitas kerja mereka di bulan Ramadhan. Justru Ramadhan telah mendorong mereka untuk semakin giat dalam bekerja, yakni dengan melakukan penambahan waktu kerja di malam hari.

B. Makna Ramadhan Bagi Komunitas Pemulung