Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4 keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik
dalam proses pembelajaran.”
8
Berdasarkan undang-undang tersebut, maka prinsip penyelenggaraan pendidikan tersebut harus dipegang teguh dalam setiap proses pendidikan agar tujuan pendidikan
nasional dapat tercapai, yaitu menghasilkan manusia yang kreatif. Untuk mencapai tujuan tersebut, tentu saja diperlukan peran penting dari suatu komponen alat
pendidikan yang kita kenal dengan pendidik atau tenaga kependidikan dalam melaksanakan proses pendidikan. Secara jelas kewajiban pendidik dan tenaga
kependidikan dicantumkan dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab XI tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan pasal 40
ayat 2, yang berbunyi : Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban :
a. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis.
b. mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan
c. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
9
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa untuk mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju, maka
perkembangannya menuntut lahirnya manusia-manusia yang kreatif, professional, dan mempunyai kepedulian terhadap masalah-masalah yang timbul dalam
masyarakat. Manusia tersebut lahir dan terbentuk melalui proses pendidikan yang belajarnya melalui proses pembelajaran, yang di dalamnya terdapat model penyajian
materi. Dalam pembelajaran matematika, kreativitas juga harus dikembangkan melalui proses pembelajaran yang menarik.
Kenyataanya, model penyajian materi atau proses belajar matematika masa kini digambarkan dalam hasil penelitian Wahyudin dalam Gusni Satriawati, yakni
8
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang- undang …, hlm. 9.
9
Ibid., hlm. 28.
5 sebagian siswa tampak mengikuti dengan baik setiap penjelasan atau informasi dari
gurunya, tetapi para siswa tersebut sangat jarang mengajukan pertanyaan pada gurunya, sehingga yang terjadi adalah guru asyik sendiri menjelaskan apa-apa yang
telah disiapkannya, di lain pihak siswa juga asyik sendiri menjadi penerima informasi yang baik. akibat dari semua itu, para siswa hanya mencontoh apa-apa yang telah
dikerjakan guru dan mengingat rumus-rumus atau aturan-aturan matematika dengan tanpa makna dan pengertian. Akhirnya siswa beranggapan bahwa dalam
menyelesaikan sebuah soal atau permasalahan matematika cukup dikerjakan seperti apa yang dicontohkan oleh guru atau dapat menggunakan rumus secara langsung,
walaupun mereka sebenarnya tak mengerti.
10
Padahal proses pembelajaran seperti itu kurang baik terhadap perkembangan berpikir peserta didik. Karena meskipun selama ini pembelajaran matematika
dimaknai sebagai pembelajaran yang permasalahannya hanya dapat diselesaikan dengan satu cara dan hanya mendapatkan satu hasil one problem- one solution atau
dapat dikatakan seragam, tetapi kita sebagai pendidik harus berusaha mengembangkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Karena dalam pandangan
psikologi, keadaan yang seragam tersebut akan mengarah kepada perkembangan „hanya‟ salah satu sisi berpikir saja, yaitu berpikir konvergen yakni kemampuan
untuk menemukan satu jawaban yang paling tepat terhadap suatu permasalahan, berdasarkan informasi atau soal yang diberikan. Bila latihan berpikir konvergen pada
seseorang terlalu dominan akan mengurangi kesempatan berkembangnya berpikir kreatif, yaitu kemampuan untuk menemukan berbagai alternatif jawaban yang
mungkin terhadap berbagai macam permasalahan berdasarkan informasi yang ada, yang kelak sangat berguna dalam meningkatkan kemampuan sesorang memecahkan
masalah dalam kehidupannya.
11
10
Gusni Satriawati, pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran Matematika dan Sains Dasar Sebuah Antologi. 2007. hlm. 157.
11
Kadir, op. cit., hlm. 2.
6 Maka untuk merangsang kemampuan berpikir kreatif siswa, kegiatan
pembelajaran harus membawa siswa dalam menjawab permasalahan dengan banyak cara dan mungkin juga banyak jawaban yang benar sehingga mengundang potensi
intelektual dan pengalaman siswa dalam menemukan sesuatu yang baru. Pembelajaran yang memberikan problem yang terbuka atau memberikan
multijawaban yang benar disebut pembelajaran dengan pendekatan Open-ended. Sehingga dengan menggunakan pendekatan Open-ended dalam pembelajaran
matematika, akan merangsang kemampuan berpikir kreatif siswa karena dalam pendekatan tersebut siswa diberikan masalah-masalah yang terbuka yang dapat
memberikan keleluasaan siswa dalam berpikir dalam menyelesaikan suatu masalah. Dengan latar belakang tersebut, penulis meneliti tentang
“pengaruh pendekatan Open Ended dalam pembelajaran matematika terhadap kemampuan berpikir
kreatif siswa”