Pengujian Persyaratan Analisis HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 12 Rekapitulasi Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Skor KBKM Tiap Indikator Aspek Rata-rata Nilai stat hit Kesim- pulan keterangan Eksp Kont Keorisinilan 38 27 U = 268,5 Z = 1,72 terima Ho skor rata-rata eksperimen sama dengan skor rata-rata kontrol Kerincian 37 30 U = 329,5 Z = 0,624 terima Ho skor rata-rata eksperimen sama dengan skor rata-rata kontrol Keluwesan 68 54 U = 228,5 Z = 2,412 tolak Ho skor rata-rata eksperimen lebih tinggi dari pada skor rata-rata kontrol Kelancaran 56 46 U = 235 Z = 2,31 tolak Ho skor rata-rata eksperimen lebih tinggi dari pada skor rata-rata kontrol Berdasarkan hasil uji hipotesis rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis tiap indikator tersebut, dapat dikatakan pendekatan Open Ended dapat meningkatkan kelancaran dan keluwesan berpikir siswa. Tetapi belum terlihat perbedaan yang signifikan antara siswa yang pembelajarannya diterapkan pendekatan Open Ended dan siswa yang pembelajarannya dilakukan secara konvensional pada aspek keorisinilan dan kerincian berpikir.

C. Pembahasan

1. Hasil Analisis

Setelah dilakukan uji hipotesis kemampuan berpikir kreatif secara keseluruhan, dapat ditarik kesimpulan bahwa ditolak, sedangkan diterima. menyatakan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan Open Ended lebih tinggi dari pada siswa yang pembelajaran matematikanya secara konvensional dengan taraf kekeliruan 5. Dapat dilihat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata postes kelas eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata postes kelas kontrol. Setelah dilakukan analisis hasil penelitian, terdapat beberapa hal yang menyebabkan perbedaan nilai rata-rata antara kelas kontol dan kelas eksperimen, penyebab-penyebab tersebut di antaranya:

a. Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kreatif matematis

Setelah dilakukan pengolahan data hasil penelitian, secara umum penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan Open Ended dapat memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis ini terlihat dari cara menjawab soal postes oleh siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada siswa kelas kontrol. Seperti yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dalam penelitian ini kemampuan berpikir kreatif matematis yang diteliti terdiri dari empat indikator yaitu berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinil, dan berpikir rinci. Sebagai gambaran umum hasil penelitian mengenai kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, berikut ini akan ditampilkan soalmasalah beserta jawaban postes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. 1 Kemampuan Berpikir Orisinil Mengacu kepada indikator berpikir kreatif yang dikemukakan Munandar dan Balka, bahwa mengemukakan ide-ide baru dalam menyelesaikan masalah termasuk dalam kemampuan berpikir orisinil.  Masalah 1 Soal No.1 : Disediakan kawat sepanjang 2 m, lalu tentukan ukuran panjang, lebar dan tinggi balok yang mungkin dibuat dari kawat tersebut jika perbandingan panjang, lebar dan tingginya adalah 1 : 3 : 6 Pada masalah 1, siswa diminta menentukan ukuran panjang, lebar dan tinggi dari sebuah balok yang mungkin dibuat dari sebuah kawat yang panjangnya 2 m. Dalam masalah ini, siswa dituntut untuk memikirkan sebuah cara untuk dapat menentukan apa yang diminta dalam soal. Dalam soal ini akan terlihat keorisinilan jawaban siswa, karena jawaban untuk masalah 1 tentunya memiliki jawaban yang sangat terbuka Open. Namun tidak ada perbedaan yang signifikan pada jawaban kelas eksperimen dan kelas kontrol, seperti pada gambar berikut: Pada jawaban siswa di atas terlihat bahwa siswa kelas eksperimen menjawab dengan lengkap, meskipun hanya mengemukakan satu kemungkinan penyelesaian saja. Pada kelas kontrol siswa juga hanya mengemukakan satu kemungkinan saja, namun jawaban kurang lengkap, salah satunya seperti pada gambar berikut: Dari jawaban di atas dapat dilihat bahwa tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menjawab kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Perbandingan skor yang diperoleh siswa di kedua kelas tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 14 TABEL PERBANDINGAN SKOR SISWA NO. 1 SKOR PROPORSI PROPORSI EKSPERIMEN KONTROL 17 35 1 46 45 2 21 10 3 8 3 4 8 6 2 Kemampuan Berpikir Rinci Mengelaborasi Mengacu kepada indikator berpikir kreatif yang dikemukakan Munandar dan Balka, bahwa menerapkan sebuah konsep dari konsep yang umum digunakan dalam masalah khusus termasuk dalam kemampuan memperinci elaborasi.  Masalah 2 Soal No.2 : Sebuah kotak berbentuk kubus terbuat dari bahan triplek. Jika panjang rusuknya 30 cm, maka berapakah ukuran panjang dan lebar triplek minimum yang dibutuhkan untuk membuat kotak tersebut? Jelaskan Pada masalah 2 siswa diminta menentukan ukuran triplek minimum untuk membuat sebuah kotak berbentuk kubus yang panjang rusuknya 30 cm. Dalam masalah ini, siswa dituntut untuk menerapkan sebuah konsep dari konsep yang umum untuk digunakan dalam masalah khusus. Dalam hal ini, konsep umum yang dimaksud adalah konsep jaring-jaring bangun ruang yang digunakan dalam sebuah masalah khusus yaitu menentukan ukuran minimum sebuah triplek untuk membuat kotak berbentuk kubus. Bagi kedua kelas, baik eksperimen maupun kontrol soal ini cukup sulit. Hal ini dapat dilihat dari sedikitnya persentase siswa kelas eksperimen yang menjawab benar, dan tidak satupun menjawab benar di kelas kontrol. Umumnya kesalahan- kesalahan yang terjadi adalah siswa masih belum memahami maksud soal sebenarnya. Tetapi ada beberapa siswa kelas eksperimen yang dapat menjawab dengan benar, salah satunya ada yang menggunakan konsep jaring-jaring bangun