Hasil Postes Kemampuan Berpikir Kreatif matematis
ruang untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Jawaban siswa tersebut dapat kita lihat pada gambar berikut ini:
Dari jawaban di atas dapat dilihat bahwa siswa kelas eksperimen memiliki kemampuan memperinci yang lebih baik dari kelas kontrol, karena ia mampu
menggunakan sebuah konsep yang umum yakni jaring-jaring bangun ruang untuk menyelesaikan permasalahan yang khusus. Sedangkan pada kelas kontrol tidak
ada siswa yang menjawab dengan benar. Hal tersebut salah satunya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Meskipun demikian, Perbandingan skor yang diperoleh siswa kelas ekperimen dan siswa kelas kontrol masih dikatakan tidak terdapat perbedaan yang
berarti, karena banyak juga dari kelas eksperimen yang tidak dapat menjawab soal ini, hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 15 TABEL PERBANDINGAN SKOR SISWA NO. 2
SKOR PROPORSI
PROPORSI EKSPERIMEN
KONTROL 29
77 1
29 13
2 29
10 3
8 4
4
3 Kemampuan Berpikir Luwes
Mengacu kepada indikator berpikir kreatif yang dikemukakan Munandar dan Balka, bahwa berpikir luwes adalah menyatakan hubungan sebab akibat
dalam sebuah permasalahan.
Masalah 3 Soal No.3 :
Jika diketahui limas T.ABCD memiliki alas persegi dengan panjang sisi 10 cm dan tinggi limas 12 cm. Kemudian limas tersebut dipotong pada
ketinggian 3
2 dari alas limas pada bidang EFGH, sehingga perbandingan sisi-
sisi bidang ABCD dan EFGH adalah 1 : 5. Tentukanlah volume limas bagian
atas
Pada masalah 3 siswa diminta untuk menghitung volume limas T.EFGH yang merupakan hasil potong bagian atas dari sebuah limas T.ABCD yang
dipotong pada ketinggian 3
2 dari alas limas.
Dalam menjawab soal ini, sebanyak 42 siswa kelas eksperimen dapat menjawab benar dan membuat sketsa gambarnya. Jawaban siswa pada kelas
eksperimen cenderung lebih rinci dan sketsa gambar yang dibuat lebih rapi dan lengkap seperti pada gambar berikut:
Sedangkan pada kelas kontrol, sebanyak 29 siswa dapat menjawab benar dan membuat sketsa gambarnya. Namun, jawaban yang diberikan tidak serinci
siswa kelas eksperimen dan sketsa gambar yang dibuat kurang rapi dan kurang lengkap bahkan ada juga siswa yang tidak membuat sketsanya. Hal tersebut dapat
dilihat pada gambar berikut :
Jika dilihat dari kedua jawaban di atas, terlihat bahwa jawaban kelas eksperimen lebih terperinci atau dapat dikatakan kemampuan mengelaborasi
siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari siswa kelas kontrol. Selanjutnya, baik dari kelas eksperimen maupun kontrol ternyata masih mengalami kesulitan
dalam mengerjakan soal ini. Hal ini dapat dilihat dari kelas eksperimen ada 29 yang tidak memberikan jawaban dan 35 dari kelas kontrol.
Perbandingan skor yang diperoleh siswa kelas ekperimen dan siswa kelas
kontrol dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 16
TABEL PERBANDINGAN SKOR SISWA NO. 3 SKOR
PROPORSI PROPORSI
EKSPERIMEN KONTROL
29 35
1 6
2 17
26 3
13 3
4 42
29
Masalah 5 Soal No.5:
Sebuah kolam renang mempunyai panjang 40 m dan lebar 15 m. Kolam tersebut mempunyai dua kedalaman. Kedalaman yang paling dangkal 1 m dan
yang paling dalam 3 m. Tentukan berapa volume air yang dapat ditampung oleh kolam renang tersebut? jelaskan
Pada masalah 5 siswa diminta untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume sebuah kolam renang yang berbentuk prisma trapesium
dengan ukuran yang sudah ditentukan. Siswa juga diminta untuk membuat sketsa kolam renang tersebut. Dalam hal ini siswa diminta untuk menyelesaikan soal
dengan hubungan sebab akibat, karena kolam renang berbentuk prisma trapesium maka akibatnya untuk menghitung volume kolam tersebut digunakan rumus
volume prisma dengan alas berbentuk trapesium. Pada kelas eksperimen, siswa dapat membuat sketsa kolam renang
tersebut dengan rapi. Dapat kita lihat dari sketsa kolam renang yang mereka buat dari petunjuk yang ada. Siswa juga mampu menjawab soal dengan benar. Hal
tersebut dapat kita lihat pada gambar berikut:
Sedangkan pada kelas kontrol, siswa juga mampu menjawab dengan benar. Hanya saja siswa kelas kontrol kurang rapi dalam membuat sketsa kolam renang
tersebut. hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
Perbandingan Skor-skor yang diperoleh siswa dari kedua kelas, dapat diamati pada tabel berikut:
Tabel 19 TABEL PERBANDINGAN SKOR SISWA NO. 5
SKOR PROPORSI
PROPORSI EKSPERIMEN
KONTROL 8
16 1
8 13
2 13
23 3
25 39
4 46
10
4 Kemampuan Berpikir lancar
Mengacu kepada indikator berpikir kreatif yang dikemukakan Munandar dan Balka, bahwa menyatakan banyak gagasan, jawaban dan penyelesaian masalah
termasuk dalam kemampuan berpikir berpikir lancar.
Masalah 4 Soal No.4:
Sebuah kotak besar berbentuk balok PQRS.TUVW berukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 20 cm. Beberapa kotak kecil berbentuk balok dengan
ukuran 12 x 8 x 5 akan dimasukkan ke dalam kotak balok besar tersebut, maka:
a. Dapatkah kotak-kotak kecil berbentuk balok tersebut mengisi kotak balok
besar hingga penuh? Jika bisa, berapa banyak kotak kecil yang dapat dimasukkan ke dalam kotak besar itu? Jelaskan
Pada masalah 4 siswa diminta untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan dua buah bangun ruang dengan volum berbeda, yang nantinya bangun
ruang dengan volume yang lebih kecil akan dimasukkan ke dalam bangun ruang yang memiliki volume lebih besar. Kemudian siswa diminta untuk menentukan
berapakah jumlah bangun ruang dengan volume kecil yang dapat dimasukkan ke dalam bangun ruang dengan volume besar agar terisi penuh, lalu menjelaskan
jawaban mereka dengan alasan yang menunjukan hubungan sebab akibat. Disinilah siswa diuji untuk berpikir lancar untuk memikirkan cara serta alasan
untuk dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. Pada kelas eksperimen, siswa mampu menjawab dengan beberapa cara
untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dan mampu memberikan pendapatnya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen memiliki
kemampuan berpikir lancar yang baik. Hal tersebut dapat kita lihat pada gambar berikut ini:
Sedangkan pada kelas kontrol, siswa hanya memberikan satu cara untuk menyelesaikan permasalahan ini. Siswa juga kurang lancar dalam menyampaikan
pendapatnya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas kontrol kurang memiliki kemampuan berpikir lancar. Hal tersebut dapat kita lihat pada gambar berikut:
Perbandingan cara siswa menjawab soal dapat dilihat pada gambar dengan perbandingan skor dalam tabel berikut:
Tabel 17 TABEL PERBANDINGAN SKOR SISWA NO. 4
SKOR PROPORSI
PROPORSI EKSPERIMEN
KONTROL 1
3 2
8 42
3 54
42 4
38 13
Secara keseluruhan beberapa indikator dalam kemampuan berpikir lancar dan luwes kedua kelas cukup baik, walaupun rata-rata perolehan skor kelas
eksperimen lebih baik dari pada rata-rata skor kelas kontrol. Meskipun demikian kemampuan berpikir orisinil dan rinci kedua kelas masih tergolong rendah. Secara
visual, deskripsi hasil postes untuk masing-masing indikator berpikir kreatif matematis yang diukur ditunjukkan pada grafik 2 di bawah ini:
Kontrol Eksperimen
20 40
60 80
Kontrol Eksperimen
Grafik 2 Diagram Skor Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Dari tabel dan grafik di atas terlihat tingkat perkembangan kemampuan berpikir siswa yang paling baik adalah kemampuan berpikir luwes, selanjutnya
kemampuan berpikir lancar, kemampuan berpikir rinci dan yang paling rendah adalah kemampuan berpikir orisinil siswa. Observasi selama postes berlangsung,
kebanyakan siswa kelas kontrol mengosongkan jawaban, karena merasa waktu ujian yang terlalu singkat. Sedangkan kelas eksperimen ada yang menyelesaikan
sebelum waktu ujian habis yaitu sebelum 2x 40 menit. Hal ini menunjukkan kelas eksperimen dapat menyelesaikan masalah lebih cepat daripada kelas kontrol.
Dari uji hipotesis KBKM tiap indikator diperoleh hasil pengujian kesamaan dua skor rata-rata kelas signifikan untuk skor rata-rata pada aspek kelancaran dan
keluwesan. Hal ini menunjukkan bahwa pada skor rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol pada aspek
kelancaran dan keluwesan, sedangkan pada aspek keorisinilan dan kerincian secara statistik dapat dikatakan tidak ada perbedaan. Dapat dikatakan pendekatan
open-ended efektif digunakan untuk meningkatkan kelancaran dan keluwesan berpikir siswa.