Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam Islam juga terdapat adanya konsep berpikir, yang dikenal dengan tafakkur. Tafakkur adalah istilah Arab untuk berpikir. Menurut
Al-Fairuzabadi, salah seorang linguis muslim awal terkemuka, al-fikr pikiran adalah refleksi atas sesuatu; afkar adalah bentuk jamaknya.
Menurut pandangannya, fikr dan tafakkur adalah sinonim dan keduanya memiliki makna yang sama. Konsep tafakkurberpikir adalah sebagai
bagian dari pandangan Al- Qur’an tentang manusia. Jelasnya, manusia
sebagai khalifah memiliki tugas mulia dan misi besar untuk dijalankan di muka bumi. Kemampuan tafakkurberpikir menjadi salah satu ciri
paling penting, bukan hanya membedakan manusia dengan makhluk lain, tetapi juga membuatnya dapat memenuhi syarat untuk
melaksanakan peran penting sebagai pembangun peradaban dan pembawa misi.
5
Sebagai umat islam, ada baiknya jika kita juga meninjau konsep berpikir yang terdapat dalam Al-
Qur’an. Badi, dkk menjelaskan bahwa Al-
Qur’an menggunakan kata jadian dari kata kerja fakkara sebanyak 18 kali. Kata itu merupakan akar kata dari kata tafakkur, dua ayat
diantaranya adalah: Q.S. Ar-
Ra’d 13 : 3
Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. dan menjadikan padanya
semua buah-buahan berpasang-pasangan[765]
6
, Allah menutupkan
5
Jamal Badi, dan Mustapha Tajdin, Islamic Creative Thinking : Berpikir Kreatif Berdasarkan Metode Qur’ani, Bandung : Mizania, 2007, hlm.14
6
[765] yang dimaksud berpasang-pasangan, ialah jantan dan betina, pahit dan manis, putih dan hitam, besar kecil dan sebagainya. Al-
Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI. Semarang : CV. Asy-
Syifa’, hlm. 528
malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang memikirkan.
Q.S. Al-Jatsiyah 45 : 13
Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, sebagai rahmat daripada-Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.
Dan 16 ayat lainnya terdapat pada Q.S. Al-Baqarah 2 : 219 dan 266, Q.S. Ali-Imran 3 : 191, Q.S. Al-
An’am 6 : 50, Q.S. Al-A’raf 7 : 176 dan 184, Q.S. Yunus 10 : 24, Q.S. An-Nahl 16 : 11, 44 dan 69,
Q.S. Ar- Rum 30 : 8 dan 21, Q.S. Saba’ 34 : 46, Q.S. Az-Zumar 39
: 42, Q.S. Al-Hasyr 59 : 21, Q.S. Al-Muddatsir 74 : 181 berdasarkan penjabaran di atas dapat kita temukan beberapa aspek
7
: 1
istilah tersebut lebih banyak digunakan sebagai “kata kerja” dari pada “kata benda” dalam seluruh ayat, artinya lebih banyak proses
dari pada sebagai konsepsi abstrak. 2 pada suatu ayat, yaitu pada Q.S. Al-Muddatsir 74 : 18, kata kerja
digunakan dalam bentuk lampau madhi, sementara kata kerja dalam bentuk sekarang
mudhari’ digunakan di 17 ayat lain, yang menekankan kontinuitas dalam proses.
Terdapat dua cabang utama dalam proses berpikir, yakni berpikir kreatif dan berpikir analitis. Berpikir kreatif merupakan cara berpikir
7
Jamal Badi, dan Mustapha Tajdin, Islamic Creative Thinking : Berpikir Kreatif Berdasarkan Metode Qur’ani, Bandung : Mizania, 2007, hlm.16
untuk menghasilkan gagasan dan produk baru, melihat suatu pola antara hal satu dengan yang lain yang semula tidak nampak, yakni
menemukan cara-cara
baru untuk
mengungkap suatu
hal, menggabungkan gagasan yang ada untuk menghasilkan gagasan baru
dan lebih baik, atau dapat dikatakan berpikir kreatif merupakan suatu
proses yang digunakan ketika kita mendatangkanmemunculkan suatu ide baru. Sedangkan dalam berpikir analitis, biasanya lebih
mendahulukan suatu situasi, masalah, subjek atau keputusan pada pemeriksaan yang ketat dan langkah yang logis. Kedua cara berpikir
tersebut tidak saling bertentangan, tetapi harus saling melengkapi, yaitu berpikir kreatif berarti mencari alternatif-alternatif baru dalam
pemecahan masalah dan berpikir analitik berarti memutuskan untuk memilih alternatif terbaik di antara pilihan yang ada.
Berpikir kreatif dapat diartikan sebagai suatu kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tetapi
masih dalam kesadaran. Menurut Gardner, seorang ahli psikologi perkembangan di Universitas Harvard, “menjadi kreatif berarti anda
melakukan sesuatu yang pertama- tama terasa tidak biasa.”
8
Berpikir kreatif merupakan benteng pertahanan manusia pada era ketika mesin,
terutama komputer, tampaknya mengambil alih aktivitas rutin yang membutuhkan ketrampilan dan aktivitas berpikir sehari-hari.
9
Hampir semua ahli berpendapat bahwa setiap individu memiliki potensi menjadi kreatif, hanya tingkatan dan bidang kreatifnya berbeda-
beda.
10
Hal ini juga dijelaskan dalam Al- Qur’an bahwa Berpikir kreatif
dapat dikembangkan pada setiap orang, karena terdapat potensi kreatif yang dapat dimiliki seseorang sesuai dengan Q.S. Ar-
Ra’du : 11
8
Daniel Goleman, dkk., The Creative Spirit : Nyalakan Jiwa Kreatifmu Di Sekolah, Tempat Kerja dan Komunitas, Bandung : Mizan Learning Center, 2005, cet. I, hlm. 41
9
Jamal Badi, dan Mustapha Tajdin, Islamic Creative Thinking : Berpikir Kreatif Berdasarkan Metode Qur’ani, Bandung : Mizania, 2007, hlm. 121
10
Tim Pustaka Familia, Warna-Warni Kecerdasan Anak dan Pendampingannya, Yogyakarta : Kanisius, 2006, hlm.253