3. Hasil Temuan
Berdasarkan hasil analisis kemampuan berpikir kreatif matematis siswa tiap indikator, diketahui bahwa dari empat indikator berpikir kreatif matematis
terdapat dua indikator yang tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Indikator tersebut adalah keorisinilan dan
kerincian. Berdasarkan pengamatan penulis selama penelitian berlangsung, baik saat
kegiatan belajar mengajar maupun saat di luar pembelajaran, siswa kelas eksperimen cenderung suka belajar secara berkelompok. Belajar secara
berkelompok memang memiliki kelebihan yaitu siswa dapat bertukar pikiran dengan siswa lainnya, lebih bersemangat dalam belajar, serta dapat memecahkan
persoalan yang sulit. Namun, kebiasaan belajar secara berkelompok juga memiliki beberapa kekurangan yaitu siswa yang tadinya memiliki persepsipendapat yang
berbeda dalam memecahkan suatu masalah menjadi memiliki persepsipendapat yang sama dalam memecahkan sebuah permasalahan. Hal ini mungkin terjadi
karena argumen-argumen yang muncul dari salah seorang siswa dapat meyakinkan siswa yang lain, sehingga akhirnya mengikuti persepsipendapat
siswa tersebut. Sedangkan siswa kelas kontrol cenderung lebih suka belajar sendiri-sendiri, bahkan ada yang menyepelekan pelajaran sehingga kurang ada
minat untuk belajar. Dengan adanya kecenderungan tersebut, keragaman berpikir pada kelas kontrol lebih terlihat.
Dalam pengerjaan LKS juga demikian, hampir rata-rata jawaban kelas eksperimen seragam. Sedangkan kelas kontrol lebih bervariasi antara siswa yang
satu dengan yang lain. Hal ini mungkin dikarenakan kelas ekserimen mengerjakan LKS tersebut secara berkelompok di luar pembelajaran. Itulah beberapa hasil
temuan yang penulis amati selama penelitian berlangsung.
D. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya telah dilaksanakan agar penelitian ini memperoleh hasil yang optimal. Meskipun
demikian, masih ada beberapa faktor yang sulit dikendalikan sehingga membuat penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan diantaranya:
1. Penelitian ini hanya dilaksanakan pada pokok bahasan bangun ruang,
sehingga belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan lain. 2.
Penelitian ini dilakukan pada sampel dari dua kelas unggulan, sehingga belum terlihat dampak pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa berkemampuan rendah atau di bawah rata- rata.
3. Penelitian dilakukan hanya dalam waktu satu bulan, sehingga pengaruh
pembelajaran matematika dengan pendekatan open ended terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa menjadi kurang maksimal.
68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mengenai pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-ended terhadap kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa di MTs Annajah Jakarta diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1 Kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya diterapkan
pendekatan Open-ended lebih tinggi dari pada siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional.
2 Dari empat indikator kemampuan berpikir kreatif yang diukur kemampuan
berpikir luwes, kemampuan berpikir lancar, kemampuan berpikir orisinil dan kemampuan berpikir rinci pada kelas eksperimen didapati hanya kemampuan
berpikir luwes dan kemampuan berpikir lancar yang memiliki rata-rata paling baik. Untuk kemampuan berpikir luwes rata-ratanya 68, sedangkan
kemampuan berpikir lancar rata-ratanya 56. Pada kelas kontrol yang paling baik adalah kemampuan berpikir luwes dengan rata-rata 54.
B. SARAN
Dalam penelitian ini, ada beberapa saran penulis terkait penelitian ini, diantaranya:
1 Pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-ended mampu
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, sehingga pembelajaran tersebut dapat menjadi salah satu variasi pembelajaran
matematika yang dapat diterapkan. 2
Penggunaan LKS sebagai bahan ajar dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi mengenai perkembangan pemahaman siswa terhadap
konsep yang dipelajari
DAFTAR PUSTAKA
Awaludin. 2007 “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Penalaran Matematis pada Siswa dengan Kemampuan Matematis Rendah Melalui
Pembelajaran Open Ended dalam Kelompok Kecil dengan Pemberian Tugas Tambahan
”, Tesis Pascasarjana UPI Bandung, Bandung: Perpustakaan UPI Bandung, t.d.
Daniel Goleman, et.al. 2005 The Creative Spirit : Nyalakan Jiwa Kreatifmu Di Sekolah, Tempat Kerja dan Komunitas. Bandung : Mizan Learning Center
cet. I.
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI. 2006 Undang- Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan.
Edward de Bono, 1990 Mengajar Berpikir, Terj. dari Teaching Thingking oleh Soemardjo. Jakarta : Erlangga
Edward de Bono. 2007 Revolusi Berpikir Edward de Bono, Terj. Dari Teach Your Child How to Think oleh Ida Sitompul dan Fahmy Yamani. Bandung :
Kaifa PT Mizan Pustaka.
Eric Louis Mann. 2005 “Mathematical Creativity and School Mathematics:
Indicators of Mathematical Creativity in Middle School Students ”, Disertasi
University of Connecticut, t.d. http:www.gifted.uconn.edusiegleDissertationsEric20Mann.pdf
18-04-2011, 00.04 WIB Erman Suherman, dkk. 2003 Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung : JICA Euis Kurniati dan Yeni Rachmawati. 2010 Strategi Pengembangan Kreativitas
Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta : Kencana Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam. 2002 Mengembangkan Kreativitas
dalam Perspektif Psikologi Islami. Yogyakarta : Menara Kudus cet.1. Gelar Dwirahayu , Munaspriyanto Ramli ed.. 2007 Pendekatan Baru dalam
Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar. Jakarta : IAIN Indonesia Social Equity Project.
Iryanti, Puji 2009 Hasil TIMSS dan Implementasinya dalam Pembelajaran Matematika, dalam Limas.