Linkage Analysis of Vegetable Oils and Crude Oil Prices in Vegetable Oils World Trade

(1)

ANALISIS KETERKAITAN HARGA MINYAK NABATI DAN

MINYAK BUMI DALAM PERDAGANGAN DUNIA

MINYAK NABATI

AMBAR KURNIAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011


(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul :

ANALISIS KETERKAITAN HARGA MINYAK NABATI DAN MINYAK BUMI DALAM PERDAGANGAN DUNIA MINYAK NABATI

merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2011

Ambar Kurniawan NRP. H353070021


(3)

ABSTRACT

AMBAR KURNIAWAN. Linkage Analysis of Vegetable Oils and Crude Oil Prices in Vegetable Oils World Trade (BONAR M. SINAGA as Chairman and NUNUNG KUSNADI as Member of the Advisory Committee).

The increasing as non-food uses of vegetable oils especially as biodiesel and the basis of the oleochemical industry, making the formation of vegetable oil prices in world trade has been linked to world prices of crude oil in addition to linkages with the world price of vegetable oils competitor. The objectives of this study were (1) to analyze the linkage of the world price of crude oil and vegetable oil simultaneously, (2) to make the forecasting of the real price of crude oil and vegetable oil in world market, the vegetable oil real price in domestic market and the performance of Indonesian palm oil industry, particularly the production, domestic supply, domestic consumption and export volumes of Indonesian palm oil for the period 2012-2025, (3) to examine the impact of the changes of the external factors and trade policy by the vegetable oil s exporting countries and importing countries on the world trade of vegetable oils, and particularly the production, domestic supply, domestic consumption and exports volumes of Indonesian palm oil and (4) to formulate the policy for development of the Indonesian oil palm industry in the future. The study employs an econometric model and specification was dynamic simultaneous equations and consists of 81 behavioral equations and 16 identities equations. Parameters are estimated using Two Stage Least Squares methods for the period 1980-2008. This study finds that real price projections in the world market of 2012-2025 periods showed that the price fluctuations of crude oil and vegetable oil tend to have same patterns with slightly trend to increases. Although positively correlated, the percentage increase of vegetable oils price as the effect of the increasing of crude oil price is less than the percentage change of crude oil prices, except for soybean oil prices that vista vies with the percentage change of crude oil prices. The effect on percentage change of price of soybean oils is the highest and then followed by sunflower oil, rapeseed oil and palm oil. Beside the chemical characteristics, this condition thought to be related to the limited volumes of vegetable oils world s productions and the food sector needs as a main constraints in the use of vegetable oils as crude oil substitutes. As annual crop commodities and the substitutes of seed oils, however, palm oil price has more responsive to export fluctuation then seed oils. Base on this study, in order to support the Indonesian oil palm industry, the Indonesian government has been suggested (1) to develop the domestic market, (2) to ensure the exchange rate stability and the palm oils trade policy and (3) to arrange the grand design of Indonesian oil palm industry for the long run term. Keywords: prices formation, world trade, vegetable oil, crude oil.


(4)

ABSTRACT

AMBAR KURNIAWAN. Analisis Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi dalam Perdagangan Dunia Minyak Nabati (BONAR M. SINAGA sebagai Ketua dan NUNUNG KUSNADI sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

Peningkatan penggunaan minyak nabati di sektor non pangan, khususnya sebagai biodiesel dan bahan dasar industri oleokimia, menjadikan pembentukan harga minyak nabati didalam perdagangan dunia memiliki keterkaitan dengan harga dunia minyak bumi selain keterkaitan dengan harga dunia minyak nabati pesaing. Tujuan penelitian adalah (1) mengkaji keterkaitan harga dunia minyak bumi dan harga minyak nabati di pasar dunia secara simultan, (2) melakukan peramalan harga riil dunia minyak bumi, harga riil minyak nabati di pasar dunia dan harga riil di pasar domestik, serta keragaan industri minyak kelapa sawit Indonesia, khususnya produksi, konsumsi dan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia untuk periode tahun 2012-2025, (3) mengkaji dampak perubahan faktor eksternal dan kebijakan perdagangan oleh negara eksportir dan negara importir utama minyak nabati terhadap perdagangan dunia minyak nabati, dan khususnya produksi, konsumsi dan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia, dan (4) merumuskan arah kebijakan pengembangan industri kelapa sawit Indonesia di masa depan. Penelitian ini menggunakan model ekonometrika berupa persamaan simultan dinamis yang terdiri dari 81 persamaan struktural dan 16 persamaan identitas. Parameter diestimasi menggunakan metode 2SLS. Menggunakan data deret waktu tahun 1980-2008, penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun berkorelasi positif, kenaikan harga dunia minyak nabati akibat kenaikan harga dunia minyak bumi relatif lebih kecil dari kenaikan harga dunia minyak bumi, kecuali untuk harga dunia minyak kedelai yang mengalami laju kenaikan harga yang relatif sama dengan laju kenaikan harga dunia minyak bumi. Harga dunia minyak kedelai memperoleh dampak yang paling besar dari kenaikan harga dunia minyak bumi, diikuti oleh harga minyak biji bunga matahari, harga minyak rapeseed dan harga minyak kelapa sawit. Selain karakteristik kimiawi, secara umum keterbatasan volume produksi dunia minyak nabati dan pemenuhan kebutuhan sektor pangan merupakan kendala utama dalam pemakaian minyak nabati sebagai subsitusi minyak bumi. Sebagai hasil komoditi tanaman tahunan dan subsitusi minyak biji-bijian, harga minyak kelapa sawit relatif lebih peka terhadap perubahan ekspor dibandingkan dengan minyak biji-bijian. Ramalan harga riil minyak nabati dan harga minyak bumi di pasar dunia untuk periode tahun 2012-2025 cenderung memiliki pola pergerakan harga yang sama dengan tren meningkat yang kecil. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran kebijakan bagi pemerintah Indonesia didalam menunjang industri kelapa sawit Indonesia di masa depan antara lain: (1) upaya peningkatan produksi harus dibarengi dengan upaya-upaya yang mendorong penyerapan pasar domestik, (2) stabilitas nilai tukar Rupiah dan kepastian kebijakan perdagangan minyak kelapa sawit, dan (3) menyusun grand designindustri kelapa sawit Indonesia untuk jangka panjang.

Kata kunci: pembentukan harga, perdagangan dunia, minyak nabati, minyak bumi.


(5)

RINGKASAN

AMBAR KURNIAWAN. Analisis Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi dalam Perdagangan Dunia Minyak Nabati (BONAR M. SINAGA sebagai Ketua dan NUNUNG KUSNADI sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

Minyak kelapa sawit bersama dengan minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari merupakan minyak utama yang diproduksi dan diperdagangkan di pasar dunia minyak nabati (vegetable oils) maupun di pasar dunia minyak hayati (edible oils and fats). Di era tahun 1980-an rasio penggunaan minyak nabati untuk pangan, non pangan dan pakan ternak berkisar 80:14:6. Seiring peningkatan penggunaan non pangan dalam 13 tahun terakhir, rasio penggunaan minyak nabati saat ini berkisar 75:20:5. Peningkatan tersebut didorong oleh kenaikan penggunaan biodiesel maupun sebagai subsitusi bahan dasar industri oleokimia berbasis minyak bumi. Terkait hal di atas, maka di dalam perdangangan dunia minyak nabati selain terjadi persaingan antar jenis minyak nabati, diduga memiliki keterkaitan dengan harga minyak bumi/crude oil. Tujuan penelitian adalah (1) mengkaji keterkaitan harga dunia minyak bumi dan harga minyak nabati di pasar dunia secara simultan, (2) melakukan peramalan harga riil dunia minyak bumi, harga riil minyak nabati di pasar dunia dan harga riil di pasar domestik, serta keragaan industri minyak kelapa sawit Indonesia, khususnya produksi, konsumsi dan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia untuk periode tahun 2012-2025, (3) mengkaji dampak perubahan faktor eksternal dan kebijakan perdagangan oleh negara eksportir dan negara importir utama minyak nabati terhadap perdagangan dunia minyak nabati, dan khususnya produksi, konsumsi dan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia, dan (4) merumuskan arah kebijakan pengembangan industri kelapa sawit Indonesia di masa depan.

Penelitian dilaksanakan melalui pendekatan sistem dengan merumuskan model ekonometrika keterkaitan harga minyak nabati dan minyak bumi di pasar dunia. Pengaruh harga dunia minyak bumi dan minyak nabati pesaing ditransmisikan melalui konsumsi yang selanjutnya mempengaruhi neraca perdagangan dunia minyak nabati, harga dunia, harga ekspor, harga impor dan kembali kepada konsumsi. Model berupa sistem persamaan simultan dinamis terdiri dari 81 persamaan struktural dan 16 persamaan identitas. Jumlah seluruh variabel adalah 184 (ket: termasuk variabel lag endogen), sedangkan jumlah seluruh variabel eksogen yang dimasukkan kedalam persamaan-persamaan di dalam model adalah 326. Hasil identifikasi model menggunakan metode Order Condition menunjukkan bahwa seluruh persamaan di dalam model adalah over identified. Model dibagi kedalam empat blok, yaitu blok minyak kelapa sawit, blok minyak kedelai, blok minyak rapeseed dan blok minyak biji bunga matahari.

Identifikasi model menggunakan metode Order Condition dan estimasi

menggunakan metode kuadarat terkecil dua tahap (Two Stage Least Square, 2SLS). Peramalan variabel eksogen untuk periode tahun 2012-2025 dilakukan dengan teknik Stepwise Autoregressive (STEPAR) trend 2, sedangkan peramalan

variabel endogen menggunakan metode Dynamic Simulate dengan program SAS

9.1. Keragaan hasil estimasi model dievaluasi melalui (a) kriteria ekonomi dengan indikator tanda dan besaran (sign and size) dari parameter dugaan, dan (b) kriteria


(6)

statistik dengan indikator berupa nilai koefisien determinasi (R2), F-hitung, t-hitung dan koefisien Durbin-Watson serta nilai Durbin-h yang dikhususkan untuk mengetahui adanya korelasi serial dalam persamaan dengan beda kala. Validasi model menggunakan kriteria statistika RMSPE dan koefisien U. Validasi keterkaitan harga minyak nabati dan minyak bumi di pasar dunia digunakan simulasi peramalan (ex-ante simulation) yang dilakukan secara dinamis dan menggunakan metode Newton untuk periode tahun 2012-2025. Data yang digunakan adalah data deret waktu (time series) yang berupa data sekunder dari berbagai sumber dalam kurun waktu 1980-2008.

Secara umum variabel-variabel eksogen yang dimasukkan kedalam persamaan-persamaan struktural mempunyai tanda yang sesuai dengan harapan, khususnya dilihat dari teori ekonomi. Kriteria-kriteria statistika yang digunakan dalam hasil estimasi model adalah cukup meyakinkan. Dari 81 persamaan struktural, 70% (57 persamaan) memiliki nilai koefisien determinasi 80% dan 9% (7 persamaan struktural) memiliki nilai koefisien determinasi diantara 70% R2< 80%, dan sisanya 17 persamaan (21%) memiliki nilai koefisien determinasi diantara 14% R2<70%,. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa secara umum variabel-variabel eksogen yang dimasukkan kedalam persamaan dapat menjelaskan dengan baik keragaman setiap variabel endogennya. Hasil uji statistik F menunjukkan sekitar 91% dari jumlah persamaan struktural (74 persamaan) nyata pada taraf 1%. Secara umum dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama setiap variabel eksogen dalam setiap persamaan berpengaruh nyata terhadap variabel endogennya. Nilai t-hitung menunjukkan variabel eksogen secara parsial berpengaruh nyata terhadap varibel endogennya pada tingkat yang berbeda-beda. Dari total 278 variabel eksogen yang terdapat di dalam 81 persamaan struktural, sekitar 30% (84 variabel eksogen) berpengaruh nyata terhadap variabel endogennya pada tingkat 1%, 12% (33 variabel eksogen) berpengaruh nyata pada tingkat 5%, 15% (41 variabel eksogen) berpengaruh nyata pada tingkat 10% hingga 25% dan sisanya 43% (120 variabel eksogen) berpengaruh nyata terhadap varibel endogennya di atas 25%. Munculnya autokorelasi serial pada taraf =5% sekitar 36% (29 persamaan) dari 81 persamaan struktural. Nilai RMSPE 20% dan nilai koefisien U 0.2 masing-masing sekitar 25% (24 persamaan) dan 5% (5 persamaan) dari 97 persamaan di dalam model.

Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, dengan mempertimbangkan model yang cukup besar dengan periode pengamatan yang cukup panjang maka hasil estimasi model dinilai cukup representatif dalam menangkap fenomena ekonomi perdagangan dunia minyak nabati dan menjelaskan keterkaitan harga dunia minyak bumi dalam pembentukan harga dunia minyak nabati. Selain itu model dapat digunakan untuk melakukan simulasi dalam mencapai tujuan penelitian dan dijadikan landasan dalam penentuan arah kebijakan pengembangan industri kelapa sawit Indonesia di masa depan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) dalam pembentukan harga dunia untuk masing-masing minyak nabati relatif lebih responsif terhadap perubahan impor dunia daripada perubahan ekspor dunia, (2) harga dunia minyak biji bunga matahari memiliki respon paling besar terhadap perubahan impor dunia, diikuti oleh harga dunia minyak kelapa sawit, harga dunia minyak kedelai dan harga dunia minyak rapeseed, dan (3) harga dunia minyak kelapa sawit memiliki respon


(7)

paling besar terhadap perubahan ekspor dunia, diikuti oleh harga dunia minyak biji bunga matahari, harga dunia minyak kedelai dan harga dunia minyak rapeseed.

Kenaikan harga dunia minyak bumi secara umum mendorong peningkatan konsumsi keempat jenis minyak nabati, mempengaruhi neraca perdagangan minyak nabati di pasar dunia yang akhirnya diikuti oleh kenaikan harga dunia minyak nabati. Namun, kenaikan harga dunia minyak nabati relatif lebih kecil dari kenaikan harga dunia minyak bumi, kecuali untuk harga dunia minyak kedelai yang mengalami laju kenaikan harga yang relatif sama dengan laju kenaikan harga dunia minyak bumi. Harga dunia minyak kedelai memperoleh dampak yang paling besar dari kenaikan harga dunia minyak bumi, diikuti oleh harga minyak biji bunga matahari, harga minyak rapeseed dan harga minyak kelapa sawit. Selain karakteristik kimiawi yang mempengaruhi cakupan pemanfaatan keempat minyak nabati sebagai subsitusi minyak bumi dalam kehidupan sehari-hari, secara umum keterbatasan volume produksi dunia minyak nabati dan pemenuhan kebutuhan sektor pangan merupakan kendala utama dalam pemakaian minyak nabati sebagai subsitusi minyak bumi.

Efek subsitusi minyak kelapa sawit relatif lebih berpengaruh terhadap konsumsi minyak rapeseed, diikuti terhadap konsumsi minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari. Efek subsitusi minyak rapeseed relatif lebih berpengaruh terhadap konsumsi minyak kedelai, diikuti terhadap konsumsi minyak kelapa sawit dan minyak biji bunga matahari. Efek subsitusi minyak kedelai relatif lebih berpengaruh terhadap konsumsi minyak rapeseed, diikuti terhadap konsumsi minyak biji bunga matahari dan minyak kelapa sawit. Efek subsitusi minyak biji bunga matahari relatif lebih berpengaruh terhadap konsumsi minyak kelapa sawit, diikuti terhadap konsumsi minyak kedelai dan minyak rapeseed.

Ramalan harga riil minyak nabati dan harga minyak bumi di pasar dunia untuk periode tahun 2012-2025 cenderung memiliki pola pergerakan harga yang sama dengan tren meningkat yang kecil. Tren peningkatan harga terbesar dimiliki oleh harga dunia minyak kedelai, diikuti oleh harga dunia minyak rapeseed, harga dunia minyak biji bunga matahari dan harga dunia minyak kelapa sawit dengan tren peningkatan harga yang terkecil. Neraca perdagangan keempat minyak nabati untuk periode tahun 2012-2025, diproyeksikan berada pada posisi surplus. Rerata surplus perdagangan tahun 2012-2025 untuk minyak kelapa sawit sebesar 2.04 juta ton/tahun atau 5.07% dari rerata volume ekspor dunia minyak kelapa sawit sebesar 40.20 juta ton/tahun, untuk minyak kedelai adalah 1.4 juta ton/tahun atau 9.60% dari rerata volume ekspor dunia minyak kedelai sebesar 14.6 juta ton/tahun, untuk minyak rapeseed sebesar 258.34 ribu ton/tahun atau 5.22% dari rerata volume ekspor dunia minyak rapeseed sebesar 4.95 juta ton/tahun, dan untuk minyak biji bunga matahari sebesar 85 ribu ton/tahun atau 1.51% dari rerata volume ekspor dunia minyak biji bunga matahari sebesar 5.66 juta ton/tahun.

Ramalan produksi minyak kelapa sawit Indonesia untuk periode tahun 2012-2025 menunjukkan tren peningkatan produksi sebesar 2.39%/tahun. Sedangkan laju perkembangan konsumsi dan laju perkembangan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia berturut-turut sebesar 3.09%/tahun dan 2.15%/tahun. Kondisi ini ini relatif berbeda dengan kondisi di tahun 2008. Di tahun 2003-2008 rerata laju peningkatan produksi minyak kelapa sawit Indonesia sekitar 12.75%/tahun dengan laju perkembangan konsumsi dan laju perkembangan


(8)

ekspor minyak kelapa sawit Indonesia berturut-turut sebesar 5.23%/tahun dan 18.42%/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pasar domestik akan berperan penting dalam menunjang pengembangan industri kelapa sawit Indonesia di masa depan, yaitu didalam menunjang kestabilan harga maupun jaminan pemasaran hasil

produksi. Dari sisi pasar, Indonesia masih memiliki peluang untuk

mengembangkan industri kelapa sawit. Selain pasar domestik, permintaan minyak kelapa sawit dan produk turunannya diperkirakan akan terus meningkat, baik untuk pangan maupun non pangan seiiring tren harga minyak bumi yang meningkat. Perkembangan permintaan diperkirakan akan datang dari Cina, India, Uni Eropa dan Pakistan.

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran kebijakan bagi pemerintah Indonesia dalam pengembangan industri kelapa sawit di masa depan, antara lain: (1) upaya peningkatan produksi minyak kelapa sawit Indonesia melalui ekstensifikasi dan intensifikasi usaha di sektor hulu perlu dibarengi oleh peningkatan penyerapan pasar domestik dan stabilitas nilai tukar Rupiah. Selain menjamin pemasaran hasil produksi, peningkatan penyerapan pasar domestik menunjang stabilitas harga minyak kelapa sawit Indonesia. Stabilitas nilai tukar Rupiah diharapkan dapat menekan fluktuasi harga minyak kelapa sawit di dalam negeri yang akhirnya akan mempengaruhi keseimbangan antara produksi, serapan pasar domestik dan volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia, (2) mendukung upaya peningkatan penyerapan pasar domestik, kebijakan pemerintah Indonesia disarankan lebih ditujukan kepada pengaturan harga di tingkat konsumen akhir (misal: subsidi harga minyak goreng dan harga biodiesel kelapa sawit) maupun kebijakan yang mendorong peningkatan konsumsi lainnya (misal: penerapan domestic market obligation/DMO), dan (3) Indonesia perlu menyusun

grand design industri kelapa sawitnya dalam jangka panjang mengingat: (a) kelapa sawit sebagai komoditi perkebunan dengan adaptasi penawaran terhadap permintaan yang lebih lambat dibandingkan dengan minyak nabati dari kelompok

seed oils; (b) di pasar dunia minyak nabati, minyak kelapa sawit Indonesia bersaing dengan minyak kelapa sawit dari negara eksportir lainnya maupun dengan minyak nabati lainnya dan menempatkan Indonesia sebagai price given; (c) harga dunia minyak kelapa sawit relatif lebih peka terhadap perubahan ekspor dibandingkan tiga minyak nabati lainnya (ket: kenaikan ekspor dunia menyebabkan penurunan harga dunia yang lebih besar dibandingkan tiga minyak nabati lainnya), dan (d) keseimbangan antara produksi, serapan pasar domestik dan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia menunjang stabilitas harga yang pada akhirnya menentukan kesejahteraan produsen maupun masyarakat selaku konsumen akhir minyak kelapa sawit.

Kata kunci: pembentukan harga, perdagangan dunia, minyak nabati, minyak bumi.


(9)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh


(10)

ANALISIS KETERKAITAN HARGA MINYAK NABATI DAN

MINYAK BUMI DALAM PERDAGANGAN DUNIA

MINYAK NABATI

AMBAR KURNIAWAN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011


(11)

Penguji Luar Komisi:

Dr. Ir. Luckytawaty Anggraeni, M.Si (Dosen Departemen Ilmu Ekonomi,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor)

Penguji Wakil Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian dan Pimpinan Sidang: Prof. Dr. Ir. W. H. Limbong, MS

(Dosen Departemen Ilmu Manajemen,


(12)

Judul Tesis : Analisis Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi dalam Perdagangan Dunia Minyak Nabati

Nama : Ambar Kurniawan

Nomor Pokok : H353070021

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

Ketua Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Ilmu Ekonomi Pertanian

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Dr.Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr


(13)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada program studi Ilmu Ekonomi Pertanian Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Tesis ini membahas tentang Analisis Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi dalam Perdagangan Dunia Minyak Nabati.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, M.A. dan Dr. Ir. Nunung Kusnadi, M.S. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing atas saran, masukan, dan bimbingan selama penulis menyelesaikan tulisan ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktur dan manajemen Pusat Penelitian Kelapa Sawit, rekan-rekan mahasiswa EPN serta pihak-pihak lain yang telah banyak memberikan saran, motivasi dan bantuan selama penulis menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada keluarga tercinta atas doa dan dukungan moril yang selalu menyertai penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini. Terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada Wanti Fitrianti atas dorongan semangat dan kesabarannya selama penulis menyelesaikan tesis ini.

Akhir kata penulis berharap semoga tulisan yang jauh dari kata sempurna ini bermanfaat, khususnya bagi pembaca dan umumnya bagi seluruh masyarakat perkebunan kelapa sawit Indonesia.

Bogor, September 2011 Ambar Kurniawan


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purwakarta pada tanggal 9 Mei 1978 dari keluarga bapak S.Y. Giran Purworahardjo dan ibu Purbatini. Penulis merupakan anak kelima dari enam bersaudara.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis dimulai dari pendidikan dasar di SD Tantina Jatiluhur tahun 1986 sampai tahun 1991. Pendidikan selanjutnya penulis laksanakan di SMP Negeri 3 Purwakarta tahun 1991 sampai tahun 1994, dan melanjutkan sekolah menengah atas di SMU Negeri 1 Purwakarta tahun 1994 hingga tahun 1997. Di tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa program studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan lulus di tahun 2001.

Penulis bekerja di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan mulai November 2001 hingga saat ini. Pada tahun 2007 penulis meneruskan pendidikan pada program Magister Sains, program studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xxi

DAFTAR GAMBAR ... xxiv

DAFTAR LAMPIRAN .. ... xxvi

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

1.5. Keterbatasan Penelitian ... 5

II TINJAUAN MINYAK HANATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA ... 7

2.1. Tinjauan Umum Minyak Nabati Dunia ... 7

2.2. Tinjauan Umum Minyak Kelapa Sawit Indonesia ... 9

2.2.1. Minyak Nabati Pesaing Utama Minyak Kelapa Sawit ... 9

2.2.2. Minyak Kelapa Sawit dan Perekonomian Indonesia .... 12

III TINJAUAN TEORI DAN STUDI TERDAHULU ... 19

3.1. Teori Perdagangan Internasional ... 19

3.1.1. Kebijakan Pajak Ekspor... 21

3.1.2. Kebijakan Tarif Impor ... 22

3.1.3. Kebijakan Nilai Tukar Mata Uang ... 23

3.2. Model Ekonomi Ekspor, Impor dan Harga Dunia... 24

3.2.1. Ekspor ... 24

3.2.2. Impor... 27

3.2.3. Harga Dunia... 29

3.3. Metode Estimasi Parameter ... 30


(16)

3.4.1. Studi Tentang Pesaing Minyak Kelapa Sawit

Indonesia dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam

Pembentukan Harga Minyak Nabati... 32

3.4.2. Studi Tentang Kaitan Antara Harga Minyak Kelapa Sawit, Kebijakan Domestik dan Keragaan Industri Kelapa Sawit di Indonesia ... 40

3.4.3. Arah Pengembangan Studi Terdahulu dalam Penelitian ... 43

IV PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS ... 45

4.1. Perumusan Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan MInyak Bumi dalam Perdagangan Dunia Minyak Nabati ... 45

4.1.1. Persamaan Ekspor Minyak Kelapa Sawit... 50

4.1.1.1. Produksi, Ekspor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit Indonesia ... 50

4.1.1.1.1. Luas Areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Indonesia.... 50

4.1.1.1.2. Produktivitas Kelapa Sawit Indonesia ... 52

4.1.1.1.3. Produksi Minyak Kelapa Sawit Indonesia ... 54

4.1.1.1.4. Ekspor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit Indonesia.. 55

4.1.1.2. Ekspor Minyak Kelapa Sawit Malaysia ... 56

4.1.1.3. Total Ekspor Minyak Kelapa Sawit Dunia .... 57

4.1.2. Persamaan Impor Minyak Kelapa Sawit ... 57

4.1.2.1. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit China ... 57

4.1.2.2. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit EU-15 ... 58

4.1.2.3. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit India... 59

4.1.2.4. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit Pakistan ... 60

4.1.2.1. Total Impor Minyak Kelapa Sawit Dunia ... 61

4.1.3. Harga Minyak Kelapa Sawit... 61


(17)

4.1.3.2. Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit

Indonesia ... 62

4.1.3.3. Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit Malaysia ... 62

4.1.3.4. Harga Domestik Minyak Kelapa Sawit Indonesia ... 62

4.1.3.5. Harga Impor Minyak Kelapa Sawit China... 63

4.1.3.6. Harga Impor Minyak Kelapa Sawit EU-15.... 63

4.1.3.7. Harga Impor Minyak Kelapa Sawit India ... 63

4.1.3.8. Harga Impor Minyak Kelapa Sawit Pakistan ... 64

4.1.4. Persamaan Ekspor Minyak Kedelai... 64

4.1.4.1. Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai Argentina... 64

4.1.4.2. Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai Brasil ... 65

4.1.4.3. Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai Amerika Serikat... 67

4.1.4.4. Total Ekspor Minyak Kedelai Dunia ... 68

4.1.5. Persamaan Impor Minyak Kedelai ... 68

4.1.5.1. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai China ... 68

4.1.5.2. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai EU-15 ... 69

4.1.5.3. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai India .. 70

4.1.5.4. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai Iran.... 70

4.1.5.5. Total Impor Minyak Kedelai Dunia ... 71

4.1.6. Harga Minyak Kedelai... 71

4.1.6.1. Harga Dunia Minyak Kedelai ... 72

4.1.6.2. Harga Ekspor Minyak Kedelai Argentina ... 72

4.1.6.3. Harga Ekspor Minyak Kedelai Brasil ... 72

4.1.6.4. Harga Ekspor Minyak Kedelai Amerika Serikat... 73

4.1.6.5. Harga Impor Minyak Kedelai China ... 73

4.1.6.6. Harga Impor Minyak Kedelai EU-15... 74


(18)

4.1.6.8. Harga Impor Minyak Kedelai Iran ... 74

4.1.6.9. Harga Domestik Minyak Kedelai Argentina.. 75

4.1.6.10. Harga Domestik Minyak Kedelai Brasil ... 75

4.1.6.11. Harga Domestik Minyak Kedelai Amerika Serikat... 75

4.1.7. Persamaan Ekspor Minyak Rapeseed ... 76

4.1.7.1. Ekspor dan Konsumsi Minyak Rapeseed Kanada... 76

4.1.7.2. Ekspor dan Konsumsi Minyak Rapeseed Amerika Serikat... 77

4.1.7.3. Total Ekspor Minyak Rapeseed Dunia... 78

4.1.8. Persamaan Impor Minyak Rapeseed ... 78

4.1.8.1. Impor Minyak Rapeseed Amerika Serikat ... 78

4.1.8.2. Impor dan Konsumsi Minyak Rapeseed EU-15 ... 79

4.1.8.3. Impor dan Konsumsi Minyak Rapeseed China ... 79

4.1.8.4. Total Impor Minyak Rapeseed Dunia ... 80

4.1.9. Harga Minyak Rapeseed... 80

4.1.9.1. Harga Dunia Minyak Rapeseed... 81

4.1.9.2. Harga Ekspor Minyak Rapeseed Kanada... 81

4.1.9.3. Harga Ekspor Minyak Rapeseed Amerika Serikat... 81

4.1.9.3. Harga Impor Minyak Rapeseed Amerika Serikat... 82

4.1.9.5. Harga Impor Minyak Rapeseed EU-15... 82

4.1.9.6. Harga Impor Minyak Rapeseed China ... 82

4.1.9.7. Harga Domestik Minyak Rapeseed Kanada.. 83

4.1.9.7. Harga Domestik Minyak Rapeseed Amerika Serikat... 83

4.1.10. Persamaan Ekspor Minyak Biji Bunga Matahari ... 83

4.1.10.1. Ekspor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga Matahari Argentina ... 84

4.1.10.2. Total Ekspor Minyak Biji Bunga Matahari Dunia ... 85


(19)

4.1.11. Persamaan Impor Minyak Biji Bunga Matahari... 85

4.1.11.1. Impor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga Matahari EU-15... 85

4.1.11.2. Impor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga Matahari Mesir ... 86

4.1.11.3. Impor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga Matahari Iran ... 87

4.1.11.4. Total Impor Minyak Biji Bunga Matahari Dunia ... 88

4.1.12. Harga Minyak Biji Bunga Matahari ... 88

4.1.12.1. Harga Dunia Minyak Biji Bunga Matahari .... 88

4.1.12.2. Harga Ekspor Minyak Biji Bunga Matahari Argentina ... 89

4.1.12.3. Harga Impor Minyak Biji Bunga Matahari EU-15 ... 89

4.1.12.4. Harga Impor Minyak Biji Bunga Matahari Mesir... 90

4.1.12.5. Harga Impor Minyak Biji Bunga Matahari Iran ... 90

4.1.12.6. Harga Domestik Minyak Biji Bunga Matahari Argentina ... 90

4.2. Identifikasi Model ... 91

4.3. Metode Estimasi dan Validasi Model... 91

4.4. Jenis dan Sumber Data ... 92

4.5. Simulasi Faktor Eksternal dan Kebijakan Perdagangan... 92

V KERAGAAN PASAR DUNIA MINYAK NABATI... 95

5.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia ... 95

5.2. Keragaan Minyak Kelapa Sawit Dunia ... 97

5.2.1. Ekspor Minyak Kelapa Sawit ... 97

5.2.1.1. Ekspor, Konsumsi dan Produksi Minyak Kelapa Sawit Indonesia ... 97

5.2.1.2. Ekspor Minyak Kelapa Sawit Malaysia ... 105

5.2.2. Impor Minyak Kelapa Sawit... 107

5.2.2.1. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit China ... 107


(20)

5.2.2.2. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa

Sawit EU-15 ... 108

5.2.2.3. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit India... 110

5.2.2.4. Impor dan Konsumsi Minyak Kelapa Sawit Pakistan ... 112

5.2.3. Harga Minyak Kelapa Sawit... 113

5.3. Keragaan Minyak Kedelai Dunia ... 117

5.3.1. Ekspor Minyak Kedelai ... 118

5.3.1.1. Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai Argentina... 118

5.3.1.2. Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai Brasil ... 119

5.3.1.3. Ekspor dan Konsumsi Minyak Kedelai Amerika Serikat... 121

5.3.2. Impor Minyak Kedelai... 122

5.3.2.1. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai China ... 122

5.3.2.2. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai EU-15 ... 123

5.3.2.3. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai India .. 125

5.3.2.4. Impor dan Konsumsi Minyak Kedelai Iran.... 126

5.3.3. Harga Minyak Kedelai... 127

5.4. Keragaan Minyak Rapeseed Dunia ... 130

5.4.1. Ekspor Minyak Rapeseed ... 131

5.4.1.1. Ekspor dan Konsumsi Minyak Rapeseed Kanada... 131

5.4.1.2. Ekspor dan Konsumsi Minyak Rapeseed Amerika Serikat... 133

5.4.2. Impor Minyak Rapeseed... 134

5.4.2.1. Impor dan Konsumsi Minyak Rapeseed Amerika Serikat... 134

5.4.2.2. Impor dan Konsumsi Minyak Rapeseed EU-15 ... 135

5.4.2.3. Impor dan Konsumsi Minyak Rapeseed China ... 137


(21)

5.5. Keragaan Minyak Biji Bunga Matahari Dunia... 140

5.5.1. Ekspor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga Matahari Argentina ... 141

5.5.2. Impor Minyak Biji Bunga Matahari ... 142

5.5.2.1. Impor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga Matahari EU-15... 142

5.5.2.2. Impor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga Matahari Mesir ... 144

5.5.2.3. Impor dan Konsumsi Minyak Biji Bunga Matahari Iran ... 146

5.5.3. Harga Minyak Biji Bunga Matahari ... 147

VI RAMALAN HARGA DUNIA MINYAK NABATI DAN KERAGAAN INDUSTRI KELAPA SAWIT INDONESIA ... 149

6.1. Ramalan Harga Minyak Nabati di Pasar Dunia... 149

6.2. Ramalan Keragaan Industri Kelapa Sawit Indonesia ... 154

6.3. Dampak Perubahan Faktor Eksternal dan Kebijakan Perdagangan... 159

VII KESIMPULAN DAN SARAN... 167

7.1. Kesimpulan... 167

7.2. Saran Kebijakan... 170

7.3. Saran Penelitian Lanjutan... 171

DAFTAR PUSTAKA ... 173


(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Negara Eksportir dan Negara Importir Minyak Nabati dalam Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi

dalam Perdagangan Dunia Minyak Nabati ... .... 6

2. Perkembangan Konsumsi Dunia 9 Minyak Nabati Utama

untuk Pangan dan Non-Pangan dan Konsumsi Dunia Minyak

Bumi, Tahun 1997-2008 ... 9

3. Rekapitulasi Persamaan dalam Model Keterkatan Harga

Minyak Nabati dan Minyak Bumi dalam Perdagangan Dunia Minyak Nabati menurut Negara dan Kelompok Minyak

Nabati... 48

4. Skenario Simulasi Faktor Eksternal dan Kebijakan

Perdagangan... 93

5. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor, Konsumsi

Domestik, Luas Areal dan Produktivitas Tanaman Kelapa

Sawit Menghasilkan Indonesia, Tahun 1980-2008... ... 98 6. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor Minyak Kelapa

Sawit Malaysia, Tahun 1980-2008 . ... 106

7. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi

Minyak Kelapa Sawit China, Tahun 1980-2008 . ... 108

8. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi

Minyak Kelapa Sawit EU-15, Tahun 1980-2008 . ... 109

9. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi

Minyak Kelapa Sawit India, Tahun 1980-2008.. . ... 111

10. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi

Minyak Kelapa Sawit Pakistan Tahun 1980-2008.. ... .. 113

11. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Harga Dunia, Harga

Ekspor dan Harga Domestik Negara Eksportir serta Harga Impor Negara Importir Minyak Kelapa Sawit, Tahun

1980-2008.. ... 114

12. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi


(23)

13. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi

Domestik Minyak Kedelai Brasil, Tahun 1980-2008... ... 120

14. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi Domestik Minyak Kedelai Amerika Serikat, Tahun

1980-2008... ... 121

15. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi

Minyak Kedelai China, Tahun 1980-2008... . ... 123

16. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi

Minyak Kedelai EU-15, Tahun 1980-2008.. .. ... 124

17. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi

Minyak Kedelai India, Tahun 1980-2008.... .. ... 125

18. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi

Minyak Kedelai Iran, Tahun 1980-2008... .. ... 127

19. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Harga Dunia, Harga

Ekspor dan Harga Domestik Negara Eksportir serta Harga Impor Negara Importir Minyak Kedelai, Tahun

1980-2008.. . ... 128

20. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi

Domestik Minyak Rapeseed Kanada, Tahun 1980-2008... 132

21. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi Domestik Minyak Rapeseed Amerika Serikat, Tahun

1980-2008 ... ... 133

22. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor Minyak Rapeseed

Amerika Serikat, Tahun 1980-2008... ... 135

23. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi

Minyak Rapeseed EU-15, Tahun 1980-2008... .... .. .. 136

24. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi

Minyak Rapeseed China, Tahun 1980-2008... ... ... 137

25. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Harga Dunia, Harga

Ekspor dan Harga Domestik Negara Eksportir serta Harga Impor Negara Importir Minyak Rapeseed, Tahun


(24)

26. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor dan Konsumsi Domestik Minyak Biji Bunga Matahari Argentina, Tahun

1980-2008 ... 141

27. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi

Minyak Biji Bunga Matahari EU-15, Tahun 1980-2008 ... 143

28. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi

Minyak Biji Bunga Matahari Mesir, Tahun 1980-2008 ... 145

29. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor dan Konsumsi

Minyak Biji Bunga Matahari Iran, Tahun 1980-2008 ... 146

30. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Harga Dunia, Harga

Ekspor dan Harga Domestik Negara Eksportir serta Harga Impor Negara Importir Minyak Biji Bunga Matahari, Tahun

1980-2008 ... 148

31. Rerata Proyeksi Harga Riil Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Rapeseed, Minyak Biji Bunga Matahari dan

Minyak Bumi Di Pasar Dunia, Tahun 2012-2025 . ... 150


(25)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Perkembangan Harga Dunia Minyak Bumi, Minyak Kelapa

Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Rapeseed dan Minyak Biji

Bunga Matahari, Tahun 1980-2008 ... ... 2

2. Bagan Struktur Pengelompokan Minyak Hayati di Pasar

Dunia ... ... 7

3. Perkembangan Luas Areal Perkebunan dan Areal Tanaman

Kelapa Sawit Menghasilkan di Indonesia, Tahun

1980-2008... 14 4. Perkembangan Share Kepemilikan Perkebunan Kelapa Sawit

di Indonesia menurut Pelaku Usaha, Tahun 1980-2008 ... 15

5. Perkembangan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit

Menghasilkan menurut Pelaku Usaha dan Tingkat Nasional,

Tahun 1980-2008 ... 16

6. Mekanisme Perdagangan Dunia ... 20

7. Perbedaan Tingkat Konsumsi dan Produksi Pada Model

Standar Perdagangan ... ... 20

8. Pengaruh Ekspor dan Impor terhadap Permintaan dan

Penawaran Domestik.... ... 21

9. Dampak Pajak Ekspor terhadap Perdagangan Dunia.... ... 22

10. Dampak Tarif Impor terhadap Perdagangan Dunia. ... 23

11. Keseimbangan Harga oleh Kekuatan Penawaran dan

Permintaan... ... 30

12. Diagram Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak

Bumi dalam Perdagangan Dunia Minyak Nabati. ... 47

13. Pergerakan Harga Riil Minyak Bumi, Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Rapeseed, Minyak Biji Bunga Matahari di Pasar Dunia Tahun 2003-2008 dan Ramalan


(26)

14. Neraca Perdagangan Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Rapeseed, Minyak Biji Bunga Matahari di Pasar

Dunia Tahun 2003-2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025... 150

15. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak Kelapa Sawit Tahun 1980-2008 dan Ramalan Tahun

2012-2025... 152 16. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak

Kedelai Tahun 1980-2008 dan Ramalan Tahun

2012-2025... 153 17. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak

Rapeseed Tahun 1980-2008 dan Ramalan Tahun

2012-2025... 153 18. Neraca Perdagangan dan Harga Riil di Pasar Dunia Minyak

Biji Bunga Matahari Tahun 1980-2008 dan Ramalan Tahun

2012-2025 ... 154

19. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Luas

Areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan PBN Tahun

2003-2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025 ... 155

20. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Luas

Areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan PBS Tahun

2003-2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025 ... 155

21. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit dan Luas

Areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan PR Tahun

2003-2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025 ... 156 22. Perkembangan Produktivitas Areal Tanaman Kelapa Sawit

Menghasilkan PBN, PBS, PR dan Tingkat Nasional Tahun

2003-2008 dan Ramalan Tahun 2012-2025 ... 157

23. Perkembangan Produksi, Ekspor dan Konsumsi Domestik

Minyak Kelapa Sawit Indonesia Tahun 2003-2008 dan


(27)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jenis-jenis Minyak Hayati dan Penggunaannya dalam

Kehidupan Sehari-hari ... 179

2. Perkembangan Produksi dan Share Masing-masing Minyak di

Pasar Dunia Minyak Hayati, Tahun 2003-2008 ... 180

3. Perkembangan Share Volume Perdagangan Dunia Minyak

Kelapa Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Rapeseed dan Minyak Biji Bunga Matahari terhadap Total Ekspor dan Impor di Pasar

Dunia Minyak Hayati, Tahun 2003-2008 ... 181

4. Rekapitulasi Lima Besar Negara Produsen, Negara Eksportir dan Negara Importir Utama Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Rapeseed dan Minyak Biji Bunga Matahari

di Pasar Dunia, Tahun 2005-2008 ... ... 182

5. Data Dasar Model Perdagangan Dunia Minyak Nabati, Tahun

1980-2008 ... 186

6. Program Estimasi Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati

dan Minyak Bumi di Pasar Dunia ... 202

7. Hasil Estimasi Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati

Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia ... 205

8. Program Validasi Historis Model Keterkaitan Harga Minyak

Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia ... ... 286

9. Hasil Validasi Historis Model Keterkaitan Harga Minyak

Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia ... 291

10. Program Peramalan Variabel Eksogen dan Peramalan Tahap

Awal Varibel Endogen dalam Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia, Tahun

2012-2025 ... 300

11. Hasil Peramalan Variabel Eksogen dan Peramalan Tahap Awal

Varibel Endogen dalam Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia, Tahun


(28)

12. Program Simulasi Dasar dan Peramalan Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia,

Tahun 2012-2025 ... 316

13. Hasil Simulasi Dasar dan Peramalan Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia, Tahun

2012-2025 ... 321

14. Program Simulasi Penghapusan Pajak Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia terhadap Hasil Peramalan Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia,

Tahun 2012-2025 (Skenario 7) ... 328

14. Hasil Simulasi Penghapusan Pajak Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia terhadap Hasil Peramalan Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia,


(29)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak kelapa sawit (ket: ekuivalen minyak kasar kelapa sawit/ ✁✂ ✄☎ ✆✝ ✞✟ ✠ ✡✞) bersama dengan minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari merupakan empat minyak utama yang diproduksi dan diperdagangkan di pasar dunia minyak nabati (☎☛☎v ✝ ☞ ✞☎t ✠ ✡✞s ) maupun di pasar dunia minyak hayati (☎ ✄✡☞ ✞☎ ✠✡✞s ✝✌ ✄ ✍✝✎s). Di pasar dunia minyak hayati, diperdagangkan 13 jenis minyak nabati (☎☛☎v ✝☞ ✞☎t ✠ ✡✞s ) dan empat jenis minyak hewani (✠ ✡✞ ✝✌✄ ✍✝✎s). Perincian jenis minyak hayati dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari disajikan pada Lampiran 1. ✏✑✝✁☎ keempat jenis minyak nabati di atas terhadap total produksi dunia minyak hayati tahun 2003-2008 sekitar 67%, sedangkan ✒✑ ✝✁☎ terhadap volume perdagangan dunia sekitar 81% (Oil World, 2011).

Produksi minyak nabati secara umum ditujukan untuk keperluan pangan, sebagian lainnya digunakan untuk keperluan non pangan (ket: khususnya industri oleokimia dan biodiesel) dan sisanya digunakan sebagai pakan ternak. Secara kimiawi, minyak nabati memiliki persamaan utama yaitu memiliki t✁✡☛ ✞✡✒☎ ✁✡✄✝ dengan asam lemak yang terikat pada lengan-lengannya. Mengingat komposisi yang serupa, maka baik untuk keperluan pangan maupun non pangan, antar minyak nabati dapat saling bersubstitusi. Selain itu, di pasar dunia terjadi persaingan antar negara produsen untuk satu jenis minyak yang sama. Sebagai konsekuensi dari persaingan yang ketat maka ditemukan adanya fluktuasi harga minyak nabati (Buana, 2004). Di era tahun 1980-an rasio penggunaan minyak nabati untuk pangan, non pangan dan pakan ternak berkisar 80:14:6. Seiring


(30)

2

peningkatan penggunaan non pangan dalam 13 tahun terakhir, rasio penggunaan minyak nabati saat ini berkisar 75:20:5. Peningkatan tersebut didorong oleh kenaikan penggunaan biodiesel maupun sebagai subsitusi bahan dasar industri oleokimia yang awalnya berbasis minyak bumi (AOCS, 2011).

Terkait hal di atas, maka dalam perdagangan dunia minyak nabati selain terjadi persaingan antar jenis minyak nabati, pembentukan harga dunia minyak nabati diduga memiliki keterkaitan dengan harga dunia minyak bumi/✓✔ ✕✖ ✗ ✘✙✚. Kaitan tersebut terlihat dari pola pergerakan harga minyak nabati dan harga minyak bumi yang relatif sama, khususnya sejak tahun 2003. Pola pergerakan harga empat minyak nabati utama dan harga minyak bumi di pasar dunia tahun 1980-2008 seperti disajikan pada Gambar 1.

Sumber: Oil World, 2011 dan IMF 2011, diolah

Gambar 1. Perkembangan Harga Dunia Minyak Bumi, Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Rapeseed dan Minyak Biji Bunga Matahari, Tahun 1980-2008

1.2 Rumusan Masalah

Sifat minyak bumi yang ✛✘✛-✔ ✗✛✗w✜✢✚ ✗ dan peningkatan populasi dunia telah mendorong pemakaian minyak nabati sebagai salah satu sumber energi

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1 9 8 0 1 9 8 1 1 9 8 2 1 9 8 3 1 9 8 4 1 9 8 5 1 9 8 6 1 9 8 7 1 9 8 8 1 9 8 9 1 9 9 0 1 9 9 1 1 9 9 2 1 9 9 3 1 9 9 4 1 9 9 5 1 9 9 6 1 9 9 7 1 9 9 8 1 9 9 9 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 M in y ak N ab at i: U S D /m et ri c to n c if R o tt er da m M in y ak B u m i: U S d/ ba rr el f o b U K B re nt

Minyak Bumi M. Kelapa Sawit M. Kedelai M. Rapeseed M. Bj. Matahari


(31)

3

alternatif maupun sebagai substitusi bahan dasar industri oleokimia yang awalnya berbasis minyak bumi. Meskipun ✣ ✤✥ ✤✦ ✧★ ✤w , namun keterbatasan volume produksi dunia dan pemenuhan kebutuhan sektor pangan merupakan kendala utama dalam pemakaian minyak nabati sebagai subsitusi minyak bumi di masa depan. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan dikaji permasalahan pertama yaitu: bagaimana keterkaitan harga minyak nabati dan minyak bumi dalam perdagangan dunia minyak nabati secara simultan dan bagaimana pengaruhnya terhadap perdagangan dunia minyak nabati. Permasalahan penelitian difokuskan kepada empat minyak nabati utama, yaitu: minyak kelapa sawit (ket: setara minyak kasar kelapa sawit), minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari. Penggunaan istilah minyak nabati dalam penelitian ini selanjutnya menunjukkan empat minyak nabati utama di atas.

Diketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara produsen utama minyak kelapa sawit dan kelapa sawit telah menjadi komoditas strategis bagi perekonomian Indonesia. Oleh karena itu mucul permasalahan kedua berupa: bagaimana pengaruh keterkaitan harga minyak nabati dan minyak bumi dalam perdagangan dunia minyak nabati terhadap produksi, penawaran domestik, konsumsi dan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah mengkaji keterkaitan harga minyak nabati dan harga minyak bumi dalam perdagangan dunia minyak nabati secara simultan bersama dengan faktor eksternal lainnya. Minyak nabati yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari.


(32)

4

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengkaji keterkaitan harga dunia minyak bumi dan harga minyak nabati di pasar dunia secara simultan.

2. Melakukan peramalan harga riil dunia minyak bumi, harga riil minyak nabati di pasar dunia dan harga riil di pasar domestik, serta keragaan industri minyak kelapa sawit Indonesia, khususnya produksi, konsumsi dan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia untuk periode tahun 2012-2025.

3. Mengkaji dampak perubahan faktor eksternal dan kebijakan perdagangan oleh negara eksportir dan negara importir utama minyak nabati terhadap perdagangan dunia minyak nabati, dan khususnya terhadap produksi, konsumsi dan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia.

4. Merumusan arah kebijakan pengembangan industri kelapa sawit Indonesia di masa depan.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Mengacu kepada latar belakang, permasalahan dan tujuan maka ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini menekankan kepada pemahaman perilaku harga minyak nabati, khususnya terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan harga di pasar dunia, termasuk keterkaitannya dengan harga dunia minyak bumi.

2. Penelitian ini juga melakukan kajian dampak perubahan faktor eksternal dan kebijakan perdagangan oleh negara eksportir dan negara importir utama minyak nabati terhadap perdagangan dunia minyak nabati, dan khususnya


(33)

5

terhadap produksi, penawaran domestik, konsumsi dan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia.

3. Mengacu kepada hasil dua kajian di atas, maka akhir dari penelitian ini adalah menyusun rumusan arah kebijakan pengembangan industri kelapa sawit Indonesia di masa depan.

1.5. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Sesuai dengan Shamsudin dan Fatimah (1999), pembentukan harga minyak hayati merupakan hasil interaksi antara kekuatan pasar, kekuatan non pasar, dan hambatan perdagangan. Namun, penelitian ini lebih menekankan kepada faktor-faktor yang menjadi kekuatan pasar (variabel yang terukur) dan hambatan perdagangan.

2. Hambatan perdagangan dibatasi pada hambatan tarif yang ditetapkan oleh pemerintah negara eksportir utama dan negara importir utama minyak nabati. Khusus Indonesia, selain kebijakan hambatan perdagangan akan dikaji beberapa kebijakan pemerintah yang bersifat mendorong produksi.

3. Dalam mencapai tujuan penelian maka dibangun model keterkaitan harga minyak nabati dan harga minyak bumi di pasar dunia. Minyak nabati yang dipilih dalam penelitian ini adalah minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari. Pemilihan didasarkan kepada variasi penggunaan yang sama antar minyak nabati, volume perdagangan di pasar dunia dan sebagai subtitusi minyak bumi. Harga minyak bumi dalam penelitian ini diasumsikan sebagai variabel eksogen didasarkan


(34)

6

kepada nilai persentase penggunaan non-pangan minyak nabati terhadap konsumsi dunia minyak bumi yang kurang dari 1%.

4. Pendekatan dalam model dilakukan secara horisontal dan tidak membahas secara mendalam atau vertikal setiap minyak nabati dan setiap negara eksportir maupun negara importir, seperti permasalahan sektor hulu (luas areal, produktivitas, produksi) dan sektor hilir (produk turunan, konsumsi) dan kebijakan yang bersifat spesifik pada setiap negara.

5. Negara eksportir dan negara importir minyak nabati yang digunakan dalam penelitian ini seperti disajikan pada Tabel 1. Pemilihan negara eksportir didasarkan kepada✩ ✪ ✫✬ ✭ volume ekspor suatu negara terhadap volume ekspor dunia dan negara tersebut harus merupakan negara produsen, sedangkan pemilihan negara importir didasarkan kepada ✩✪✫✬ ✭ volume impor suatu negara terhadap volume impor dunia seperti disajikan pada Lampiran 4. Tabel 1. Negara Eksportir dan Negara Importir Minyak Nabati dalam Model

Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi dalam Perdagangan Dunia Minyak Nabati

Komoditas Negara Eksportir Negara Importir

Minyak kelapa sawit

Indonesia China

Malaysia EU-15

- India

- Pakistan

Minyak kedelai

Argentina China

Brasil India

Amerika Serikat EU-15

- Iran

Minyak rapeseed

Kanada Amerika Serikat

Amerika Serikat EU-15

- China

Minyak biji bunga matahari

Argentina EU-15

- India

- Iran

- Mesir

Keterangan: EU-15 meliputi: Austria, Belgia, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Irlandia, Italia, Luxenburg, Belanda, Portugal, Spanyol, Swedia, dan Inggris.


(35)

II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN

MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA

2.1. Tinjauan Umum Minyak Nabati Dunia

Minyak nabati (v✮✯✮t✰ ✱✲✮ ✳ ✴✲s ) dan minyak hewani (✳✴✲ ✰✵✶ ✷✰✸s) merupakan bagian dari minyak hayati (✮✶✴✱✲✮✳ ✴✲ ✰ ✵✶ ✷✰✸s). Di pasar dunia minyak nabati diperdagangkan 13 jenis minyak nabati, sedangkan di pasar dunia minyak hewani dipasarkan empat jenis minyak. Bagan struktur pengelompokan minyak hayati di pasar dunia menurut sumber minyak seperti disajikan pada Gambar 2.

Sumber: Oil World, 2008

Gambar 2. Bagan Struktur Pengelompokan Minyak Hayati di Pasar Dunia Minyak kelapa sawit (ket: ekuivalen minyak mentah kelapa sawit/✹✺ ✻✶ ✮ ✼ ✰✲ ✽ ✳ ✴✲), minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari merupakan empat minyak utama yang diproduksi dan diperdagangkan di pasar dunia minyak nabati maupun di pasar dunia minyak hayati (Lampiran 2 dan

Minyak Hayati

(17Edible Oils & Fats)

13 Minyak Nabati

(Vegetable Oils)

4 Minyak Hewani

(Oil & Fats)

• M. Ikan

Butter-Fat Basis

Lard

Tallow & Grease

10 Minyak Biji

(Seed oils)

• M. Kedelai • M. Rapeseed

• M. Bj. Bng. Matahari • M. Inti Sawit

• M. Kapas • M. Kacang Tanah • M. Linseed • M.Castor • M. Wijen • M. Kelapa

3 Minyak lainnya:

• M. Sawit • M. Zaitun • M. Jagung


(36)

8

Lampiran 3). Share keempat jenis minyak tersebut terhadap total produksi dunia

minyak hayati tahun 2003-2008 sekitar 67% dan share terhadap volume

perdagangan dunia sekitar 81% dengan tren yang meningkat berkisar 1%-1.5%/tahun (Oil World, 2011). Minyak kelapa sawit merupakan minyak terbesar yang diproduksi maupun diperdagangkan, diikuti oleh minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari. Negara produsen, eksportir dan importir utama minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari disajikan pada Lampiran 4.

Produksi minyak nabati secara umum ditujukan untuk keperluan pangan, sebagian lainnya digunakan untuk keperluan non pangan (khususnya industri oleokimia dan biodiesel) dan sisanya digunakan sebagai pakan ternak. Di era tahun 1980-an rasio penggunaan minyak nabati untuk pangan, non pangan dan pakan ternak berkisar 80:14:6. Seiring peningkatan penggunaan non pangan dalam 13 tahun terakhir, rasio penggunaan minyak nabati saat ini berkisar 75:20:5. Peningkatan tersebut didorong oleh kenaikan penggunaan biodiesel maupun sebagai subsitusi bahan dasar industri oleokimia berbasis minyak bumi (AOCS, 2011). Perkembangan konsumsi dunia 9 minyak nabati utama untuk pangan dan non-pangan dan konsumsi dunia minyak bumi tahun 1997-2008 disajikan pada Tabel 2.

Permintaan untuk pangan ditentukan oleh populasi dan konsumsi perkapita. Konsumsi perkapita antara lain ditentukan oleh daya beli (ket: secara umum berbanding lurus), preferensi konsumsi sebuah etnik, dan isu kesehatan yang mendorong penggunaan minyak nabati sebagai pengganti minyak hewani. Permintaan untuk non pangan dipengaruhi oleh isu lingkungan, energi dan


(37)

9

kemajuan teknologi (Buana, 2004). Selain minyak, dalam proses produksi umumnya menghasilkan produk ikutan non minyak (conjoint product) seperti

bungkil (meal) maupun pemanfaatan sisa tanaman yang digunakan sebagai pakan

ternak.

Tabel 2. Perkembangan Konsumsi Dunia 9 Minyak Nabati Utama untuk Pangan dan Non-Pangan dan Konsumsi Dunia Minyak Bumi, Tahun 1997-2008

Tahun Konsumsi Dunia Minyak Bumi (juta ton) Konsumsi Dunia 9 Minyak Nabati Utama

(juta ton) Persentase Non-Pangan thd Total Konsumsi Minyak Nabati Persentase Non-Pangan thd Konsumsi Dunia Minyak Bumi Pangan Non-Pangan Total

1997 3432.8 66.4 7.4 73.8 10.03% 0.22%

1998 3448.0 70.7 7.9 78.6 10.05% 0.23%

1999 3521.5 74.4 8.5 82.9 10.25% 0.24%

2000 3562.1 78.7 10.1 88.8 11.37% 0.28%

2001 3581.3 80.3 10.9 91.2 11.95% 0.30%

2002 3615.2 83.1 12.2 95.3 12.80% 0.34%

2003 3685.8 87.0 13.8 100.8 13.69% 0.37%

2004 3828.1 91.5 16.7 108.2 15.43% 0.44%

2005 3877.8 94.4 20.6 115.0 17.91% 0.53%

2006 3916.2 96.0 23.7 119.7 19.80% 0.61%

2007 3969.5 99.1 26.7 125.8 21.22% 0.67%

2008 3959.9 101.9 28.4 130.3 21.80% 0.72%

Sumber: AOCS, 2011 dan BP Statistical Review of World Energy, 2010, diolah

Keterangan: 9 minyak nabati utama meliputi: minyak rapeseed, minyak kedelai, minyak biji

bunga matahari, minyak kelapa sawit, minyak kapas, minyak kelapa, minyak inti kelapa sawit, minyak kacang tanah dan minyak zaitun.

2.2. Tinjauan Umum Minyak Kelapa Sawit Indonesia 2.2.1. Minyak Nabati Pesaing Utama Minyak Kelapa Sawit

Minyak nabati pesaing utama minyak kelapa sawit didefinisikan sebagai jenis minyak nabati yang mempunyai: (1) variasi penggunaan yang sama dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dapat bersubsitusi dengan minyak bumi, dan (2) diproduksi serta diperdagangkan dalam jumlah besar di pasar dunia. Berdasarkan hasil studi terdahulu, literatur dan data maka minyak nabati yang menjadi pesaing


(38)

10

utama minyak kelapa sawit adalah minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari. Rekapitulasi lima besar negara produsen, negara eksportir dan negara importir untuk keempat jenis minyak tersebut periode tahun 2005-2008 seperti disajikan pada Lampiran 4.

Dari aspek produksi, kelapa sawit memiliki memiliki keunggulan kompetitif berupa penghasil minyak dengan produktivitas tertinggi yaitu ±3.5 ton minyak kelapa sawit/ha areal tanaman menghasilkan/tahun, dibandingkan dengan ketiga jenis minyak pesaingnya yang memiliki produktivitas minyak berkisar 0.4-0.6 ton/ha/tahun (Buana, 2004). Dalam proses pengolahan buah kelapa sawit (TBS) menjadi minyak kelapa sawit kasar (CPO) juga dihasilkan produk ikutan berupa inti kelapa sawit yang jika diproses lebih lanjut akan dihasilkan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil/PKO) dan bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal). PKO dikategorikan sebagai minyak kelompok oilseed. Di kehidupan

sehari-hari, PKO merupakan sumber utama lauric oil seperti halnya minyak

kelapa yang sebagian besar digunakan pada industri oleokimia, dan bungkil (meal) umum digunakan sebagai pakan ternak yang kaya protein.

Sepertihalnya inti kelapa sawit, tiga jenis minyak pesaing utama minyak kelapa sawit termasuk pada kelompok seed oil. Pengolahan bahan baku menjadi

minyak pada kelompokseed oil dapat merupakan (a) hasil ikutan proses produksi

bungkil (meal), atau (b) mengolah minyak dengan hasil ikutan bungkil. Melalui

sistem produksi seperti ini maka biaya produksi dapat dibebankan antara kedua jenis produk yang dihasilkan dalam porsi tertentu, bungkil dan minyak. Hal ini merupakan salah satu yang mendasari kelompok seed oil dapat bersaing dengan


(39)

11

Seperti halnya bungkil inti kelapa sawit, pemanfaatan bungkil umum digunakan sebagai pakan ternak yang kaya protein. Harga bungkil dipengaruhi oleh permintaan pakan ternak, khususnya unggas dan ternak mamalia, sebagai efek lanjutan dari peningkatan permintaan daging.

Dari aspek pasar, dalam hal ini karakteristik negara eksportir dan negara importir masing-masing minyak, secara umum untuk minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari relatif memiliki persamaan yaitu: (1) di negara-negara eksportir, persentase volume ekspor terhadap produksi umumnya dibawah persentase konsumsi (ket: kecuali minyak biji bunga matahari Argentina), dan (2) negara importir secara umum termasuk sebagai negara produsen dan impor dilakukan untuk menutupi kekurangan antara produksi domestik dan konsumsi. Kondisi ini relatif berbeda dengan minyak kelapa sawit yang mana ekspor dunia sangat didominasi oleh Indonesia dan Malaysia dan persentasi konsumsi di kedua negara tersebut tidak lebih dari 25% dari total produksi masing-masing negara.

Terkait dengan penggunaan keempat minyak nabati tersebut di atas sebagai subsitusi minyak bumi dalam kehidupan sehari-hari, secara umum minyak rapeseed lebih banyak digunakan sumber bahan bakar alternatif, sedangkan minyak kedelai dan minyak kelapa sawit masih lebih banyak digunakan sebagai subsitusi bahan baku industri oleokimia meskipun sebagian diantaranya digunakan sebagai biodiesel. Khusus minyak biji bunga matahari hanya digunakan sebagai subsitusi bahan baku industri oleokimia. Hal tersebut terkait dengan sifat kimiawi, volume produksi dan harga masing-masing minyak.


(40)

12

2.2.2. Minyak Kelapa Sawit dan Perekonomian Indonesia

Diketahui bahwa Indonesia merupakan negara produsen utama minyak kelapa sawit. Shareminyak kelapa sawit Indonesia terhadap total produksi dunia

minyak kelapa sawit tahun 2005-2008 berkisar 41.64%-44.67% dan share

terhadap total produksi dunia minyak hayati sekitar 10%-12.12%. Produksi minyak kelapa sawit Indonesia memiliki tren meningkat sekitar 11.31%/tahun. Dari sisi peruntukannya, sekitar 25% dari total produksi minyak kelapa sawit Indonesia digunakan untuk konsumsi dan selebihnya ditujukan untuk pasar ekspor (Lampiran 4). Kondisi ini setidaknya menggambarkan industri kelapa sawit Indonesia sebagai berikut:

1. Shareminyak kelapa sawit Indonesia yang relatif kecil terhadap total produksi

dunia minyak hayati, menjadikan harga minyak kelapa sawit Indonesia sangat dipengaruhi oleh perkembangan harga minyak kelapa sawit dan harga minyak hayati lainnya di pasar dunia, dan tidak mengacu kepada besaran biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh pelaku usaha di Indonesia (Buana, 2004).

2. Serapan pasar domestik yang hanya sekitar 25% dari produksi domestik menyiratkan bahwa industri kelapa sawit Indonesia riskan terhadap munculnya gocangan pada serapan ekspor. Kondisi ini semakin memperkuat pengaruh perkembangan harga dunia minyak kelapa sawit dan harga minyak nabati lainnya di pasar dunia dalam proses pembentukan harga minyak kelapa sawit Indonesia. Indonesia harus mampu mengatur antara jumlah produksi dan peruntukannya, sehingga minat pengembangan kelapa sawit yang masih


(41)

13

cukup besar (seperti program Revitalisasi Perkebunan 2007-2010) tidak berimpak negatif terhadap eksistensi dan keberlanjutan usaha itu sendiri.

Kelapa sawit telah menjadi komoditas strategis di dalam perekonomian Indonesia. Kelapa sawit dinilai sebagai salah satu komoditi unggulan perkebunan Indonesia yang memiliki fungsi sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan dan pengurangan kemiskinan (Susila, 2004). Peran strategis kelapa sawit bagi perekonomian Indonesia antara lain terkait dengan: 1. Sumber bahan pangan, khususnya di dalam pemenuhan kebutuhan minyak

goreng nasional. Sekitar 77% pasokan minyak goreng nasional yaitu 12.7 kg dari 16.5 kg perkapita/tahun berasal dari minyak kelapa sawit dengan tren yang akan terus meningkat (Jakarta Futures Exchange, 2008).

2. Komoditas ekspor unggulan dan penghasil devisa negara. Kelapa sawit dalam lima tahun terakhir termasuk kedalam 10 besar komoditi ekspor Indonesia dengan share yang terus meningkat dari 4% pada 2003 menjadi 6.9% di tahun 2007 (Deperindag, 2010).

3. Penyediaan lapangan kerja dan motor penggerak roda perekonomian. Di dalam industri kelapa sawit diperlukan tenaga kerja sekitar 56 orang/100 ha, terdiri dari 33 orang di kebun, 3 di orang di pengolahan, 5 orang administrasi dan 15 di sektor jasa, terutama di sektor jasa angkutan (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006). Di tahun 2008 luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia telah mencapai ±7 juta ha maka industri kelapa sawit setidaknya telah menyerap 3.9 juta orang tenaga kerja denganmultiplier effectyang besar


(42)

14

4. Potensi bahan bakar alternatif berupa biodiesel kelapa sawit, antara lain dijabarkan dalam Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang menyebutkan target penggunaan biofuel sebesar 5% dari total energi mix pada tahun 2025; dan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel)

sebagai bahan bakar lain di Indonesia. Di masa depan, biodiesel kelapa sawit memiliki prospek sebagai sumber utama energi terbarukan pengganti minyak bumi, baik untuk kebutuhan domestik maupun tujuan ekspor.

Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit dan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan Indonesia tahun 1980-2008 disajikan pada Gambar 3. Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia tumbuh dengan cepat sejak 1980. Saat itu pemerintah Indonesia giat mengembangkan tanaman ekspor perkebunan, selain dilatarbelakangi oleh pencarian sumber minyak makan/minyak goreng pengganti minyak kelapa yang diprediksi tidak akan mencukupi kebutuhan dalam negeri di masa depan (PPKS, 2004).

Sumber: Ditjenbun, 2010, diolah

Gambar 3. Perkembangan Luas Areal Perkebunan dan Areal Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan di Indonesia, Tahun 1980-2008

0 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 1 9 8 0 1 9 8 1 1 9 8 2 1 9 8 3 1 9 8 4 1 9 8 5 1 9 8 6 1 9 8 7 1 9 8 8 1 9 8 9 1 9 9 0 1 9 9 1 1 9 9 2 1 9 9 3 1 9 9 4 1 9 9 5 1 9 9 6 1 9 9 7 1 9 9 8 1 9 9 9 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 ri b u h a


(43)

15

Dukungan pemerintah Indonesia di awal-awal pengembangan kelapa sawit antara lain melalui program Perkebunan Inti Rakyat (PIR) baik PIR lokal maupun PIR khusus pada 80an dan program KKPA pada tahun 90-an. Berdasarkan pelaku usaha, maka pengembangan kelapa sawit di Indonesia dibagi kedalam tiga kelompok besar, yaitu: Perkebunan Besar Milik Negara (PBN), Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Rakyat (PR). Perkembangan share kepemilikan perkebunan kelapa sawit untuk masing-masing pelaku usaha tahun 1980-2008 disajikan pada Gambar 4.

Sumber: Ditjenbun, 2010, diolah

Gambar 4. Perkembangan Share Kepemilikan Perkebunan Kelapa Sawit di

Indonesia menurut Pelaku Usaha, Tahun 1980-2008

Seiiring dengan perluasan areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, telah terjadi perubahan komposisisharekepemilikan perkebunan kelapa sawit di Indonesia.Di awal tahun 80-an, perkebunan besar milik negara (PBN) merupakan pelaku utama dengan share sebesar 67.74%, sedangkan perkebunan besar swasta (PBS) dan

perkebunan rakyat (PR) masing-masing sebesar 30.16% dan 2.10%. Namun, mulai pertengahan tahun 90an, perkebunan kelapa sawit Indonesia didominasi oleh PBS dan PR. Di tahun 2008, share kepemilikan perkebunan kelapa sawit

untuk masing-masing pelaku usaha adalah 8.61% PBN, 49.90% PBS dan 41.43% PBN PBS PR 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 9 8 0 1 9 8 1 1 9 8 2 1 9 8 3 1 9 8 4 1 9 8 5 1 9 8 6 1 9 8 7 1 9 8 8 1 9 8 9 1 9 9 0 1 9 9 1 1 9 9 2 1 9 9 3 1 9 9 4 1 9 9 5 1 9 9 6 1 9 9 7 1 9 9 8 1 9 9 9 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 % t h d lu as a re al K . S aw it I n d o n e si a


(1)

Lampiran 14. Lanjutan

BH0

154.2939

BH1 -

0.72911

BH2

0.986633

BI0

30.12616

BI1 -

0.18123

BI2 -

0.30879

BI3

0.761962

BI4

0.650198

BJ0 -

13375.0

BJ1 -

2.99543

BJ2

0.175097

BJ3

1.794438

BJ4

145.2790

BJ5

1.223164

BJ6

3.447816

BK0 -

1707.87

BK1 -

0.16965

BK2

0.014549

BK3

1.844396

BK4

0.796551

BL0

0.854980

BL1

2.071625

BM0

264.6960

BM1

0.494498

BM2

0.215192

BN0

127.0903

BN1

0.605879

BN2

3.956275

BO0 -

6128.81

BO1 -

0.00352

BO2

0.257495

BO3

0.114741

BO4

6.436799

BO5

0.362579

BP0 -

0.29663

BP1

0.346245

BP2

0.593307

BQ0

41.04146

BQ1 -

0.02139

BQ2 -

0.44848

BQ3

0.457126

BQ4

0.288498

BR0

274.0120

BR1 -

0.12175

BR2

1.029408

BX0

64.95581

BX1 -

0.07863

BX2 -

0.96035

BX3

0.986032

BY0

0.870527

BY1

2.671920

BZ0

0.295125

BZ1

5.422256

BZ2

0.465672

CA0 -

0.22872

CA1

0.132785

CA2

4.461250

CA3

0.623417

CB0 -

839.868

CB1 -

12.2172

CB2

13.86352

CB3

2.248393

CB4

0.497034

CC0 -

0.06288

CC1 -

1.07570

CC2

1.106310

CC3

0.086497

CD0 -

0.00270

CD1 -

0.92889

CD2

1.144923

;

HSW

= B0+B1*XSW+B2*MSW+B3*LHSW;

HKW = C0+C1*XKW+C2*MKW+C3*LHKW;

HRW

= D0+D1*XRW+D2*MRW+D3*LHRW;

HMW = E0+E1*XMW+E2*MMW;

LASMIN = I0*LHESI+I1*RHCPI+I2*L3LASIN;

LASMIS = J0+J1*LHESI+J2*RHCPI+J3*USPI+J4*L3LASIS;

LASMIR = K0+K1*LHDSI+K2*USPI+K3*LLASIR;

YIESIN = L0*HESI+L1*RHCPI+L2*DLASMIN+L3*LYIESIN;

YIESIS = M0*HESI+M1*DLASMIS+M2*LYIESIS;

YIESIR = N0*HDSI+N1*LHDSI+N2*RHCPI+N3*DLASMIR+N4*LYIESIR;

HDSI = O0*HESI+O1*ERI+O2*RTSDSI+O3*LHDSI;

HESI = P0*HSW+P1*ERI+P2*RXSI+P3*LHESI;

XSI = Q0*HESI+Q1*RHDSI+Q2*PESI+Q3*ERI+Q4*SXSI;

CSI = R0+R1*HDSI+R2*RHCOW+R3*POPI+R4*LCSI;

HESM = S0+S1*HSW+S2*ERM+S3*XSM+S4*LHESM;

XSM = T0*HESM+T1*PESM+T2*STOKSM+T3*PRODSM+T4*LXSM;

HEKB = U0+U1*HKW+U2*ERB+U3*PEKB+U4*LHEKB;

HDKB = V0*HEKB+V1*SDKB+V2*CKB;

XKB

= W0+W1*HEKB+W2*HDKB+W3*ERB+W4*PRODKB+W5*LXKB;

CKB

= X0+X1*HDKB+X2*RRHDKBRHCOW+X3*POPB+X4*LCKB;

HEKA = Y0+Y1*HKW+Y2*ERA+Y3*XKA+Y4*LHEKA;

HDKA = Z0+Z1*HEKA+Z2*RSDCKA+Z3*LHDKA;

CKA = AA0+AA1*RHDKA+AA2*RHCOW+AA3*POPA;

XKA = AB0*HEKA+AB1*HDKA+AB2*ERA+AB3*PRODKA;

HEMA = AC0+AC1*HMW+AC2*LHEMA;

HDMA = AD0*HEMA+AD1*SDMA+AD2*CMA+AD3*LHDMA;

CMA = AE0*RHDMKA+AE1*HCOW+AE2*POPA;

XMA = AF0+AF1*HEMA+AF2*HDMA+AF3*PEMA+AF4*PRODMA+AF5*LXMA;

HEKUSA = AG0+AG1*HKW+AG2*SEKUSA;

HERUSA = AH0*HRW+AH1*SERUSA+AH2*XRUSA;

HMRUSA = AI0*HRW+AI1*TMRUSA;

HDKUSA = CG0*HEKUSA+CG1*SDKUSA+CG2*CKUSA;

HDRUSA = CH0+CH1*HERUSA+CH2*HMRUSA+CH3*SDRUSA+CH4*CRUSA;

XKUSA = AJ0+AJ1*RHEKUSA+AJ2*HDKUSA+AJ3*PRODKUSA;


(2)

Lampiran 14. Lanjutan

MRUSA = AL0+AL1*HMRUSA+AL2*STOKRUSA+AL3*CRUSA+AL4*LMRUSA;

CKUSA = AM0*RHDKUSAHCOW+AM1*HDRUSA+AM2*POPUSA;

CRUSA = AN0+AN1*HDRUSA+AN2*RHDRUSAHCOW+AN3*HDKUSA+AN4*POPUSA;

HERCD

= AO0*HRW+AO1*SERCD+AO2*XRCD+AO3*LHERCD;

HDRCD = CE0*HERCD+CE1*PRODRCD+CE2*CRCD+CE3*LHDRCD;

XRCD = AP0*RHERCD+AP1*HDRCD+AP2*PRODRCD+AP3*LXRCD;

CRCD = AQ0+AQ1*HDRCD+AQ2*HCOW+AQ3*POPCD+AQ4*LCRCD;

HMSP = AR0*HSW+AR1*LHMSP;

CSP

= AS0+AS1*HMSP+AS2*POPP+AS3*LCSP;

MSP

= AT0+AT1*HMSP+AT2*ERP+AT3*TMSP+AT4*RCSP+AT5*LMSP;

HMMMS = AU0*HMW+AU1*TMMMS+AU2*LHMMMS;

MMMS = AV0+AV1*RHMMMS+AV2*ERMS+AV3*RCMMS;

CMMS = AW0+AW1*HMMMS+AW2*ERMS+AW3*POPMS+AW4*LCMMS;

HMKEU = AX0+AX1*HKW+AX2*TMKEU;

HMSEU = AY0+AY1*HSW+AY2*TMSEU;

HMREU = AZ0*HRW+AZ1*TMREU;

HMMEU = BA0+BA1*HMW+BA2*TMMEU;

CKEU = BB0*HMKEU+BB1*HMREU+BB2*HMMEU+BB3*RHCOW+BB4*IPEU

+BB5*LCKEU;

CMEU = BC0+BC1*RHMMREU+BC2*HMKEU+BC3*IPEU;

CSEU = BD0+BD1*HMSEU+BD2*HMMEU+BD3*RHCOW+BD4*IPEU+BD5*POPEU

+BD6*LCSEU;

CREU = BE0+BE1*HMREU+BE2*HMSEU+BE3*HCOW+BE4*POPEU+BE5*LCREU;

MKEU = BF0*HMKEU+BF1*EREU+BF2*CKEU;

MSEU = BG0*HMSEU+BG1*CSEU+BG2*LMSEU;

MREU = BH0+BH1*HMREU+BH2*CREU;

MMEU = BI0+BI1*HMMEU+BI2*PRODMEU+BI3*CMEU+BI4*LMMEU;

HMSC = BL0*HSW+BL1*TMSC;

HMKC = BM0+BM1*HKW+BM2*TMKC;

HMRC = BN0+BN1*HRW+BN2*TMRC;

CSC = BJ0+BJ1*HMSC+BJ2*HMKC+BJ3*HMRC+BJ4*HCOW+BJ5*IPC+BJ6*POPC;

CKC = BK0+BK1*HMKC+BK2*IPC+BK3*POPC+BK4*LCKC;

CRC = BO0+BO1*HMRC+BO2*HMKC+BO3*IPC+BO4*POPC+BO5*LCRC;

MKC = BP0*HMKC+BP1*CKC+BP2*LMKC;

MRC = BQ0+BQ1*HMRC+BQ2*PRODRC+BQ3*CRC+BQ4*LMRC;

MSC = BR0+BR1*HMSC+BR2*CSC;

HMSID = BT0+BT1*HSW+BT2*RCSID+BT3*LHMSID;

HMKID = BU0*HKW+BU1*TMKID;

CSID = BV0+BV1*HMSID+BV2*IPID+BV3*POPID;

CKID = BW0+BW1*HMKID+BW2*HMSID+BW3*HCOW+BW4*POPID+BW5*LCKID;

MSID = BS0+BS1*RRHMSIDRCSID+BS2*TMSID+BS3*ERID;

MKID = BX0+BX1*HMKID+BX2*PRODKID+BX3*CKID;

HMKIR = BY0*HKW+BY1*TMKIR;

HMMIR = BZ0*HMW+BZ1*TMMIR+BZ2*LHMMIR;

CKIR = CA0*HMKIR+CA1*HMMIR+CA2*POPIR+CA3*LCKIR;

CMIR = CB0+CB1*RHMMKIR+CB2*HCOW+CB3*POPIR+CB4*LCMIR;

MKIR = CC0*HMKIR+CC1*PRODKIR+CC2*CKIR+CC3*LMKIR;

MMIR = CD0*HMMIR+CD1*PRODMIR+CD2*CMIR;

PRODSI = LASMIN*YIESIN+LASMIS*YIESIS+LASMIR*YIESIR;

XSW = XSI+XSM+XSRW;

XKW = XKA+XKB+XKUSA+XKRW;

XRW = XRCD+XRUSA+XRRW;

XMW = XMA+XMRW;

MSW = MSC+MSEU+MSID+MSP+MSRW;

MKW = MKC+MKID+MKEU+MKIR+MKRW;


(3)

Lampiran 14. Lanjutan

MRW = MRUSA+MREU+MRC+MRRW;

MMW = MMEU+MMMS+MMIR+MMRW;

SDSI = STOKSI+PRODSI-XSI;

SXSI = STOKSI+PRODSI-CSI;

SDKB

= STOKKB+PRODKB-XKB;

SDKA = STOKKA+PRODKA-XKA;

SDMA = STOKMA+PRODMA-XMA;

SDKUSA = STOKKUSA+PRODKUSA-XKUSA;

SDRUSA = STOKRUSA+PRODRUSA+MRUSA-XRUSA;

LLASMIN

= LAG(LASMIN); LLASMIS = LAG(LASMIS);

LLASMIR = LAG(LASMIR); LYIESIN = LAG(YIESIN);

LYIESIS = LAG(YIESIS); LYIESIR = LAG(YIESIR);

LCSI = LAG(CSI); LXSI = LAG(XSI);

LHCOW = LAG(HCOW)

LCSI

= LAG(CSI);

LXSI=LAG(XSI);

LXSM

= LAG(XSM);

LMSC

= LAG(MSC);

LMSEU = LAG(MSEU);

LMSID

= LAG(MSID)

LMSP

= LAG(MSP);

LCSC

= LAG(CSC);

LCSEU

= LAG(CSEU);

LCSID

= LAG(CSID);

LCSP

= LAG(CSP);

LHSW

= LAG(HSW);

LHESI

= LAG(HESI);

LHESM

= LAG(HESM);

LHDSI

= LAG(HDSI);

LHMSC

= LAG(HMSC);

LHMSEU = LAG(HMSEU);

LHMSID

= LAG(HMSID);

LHMSP

= LAG(HMSP);

LXKA = LAG(XKA);

LXKB

= LAG(XKB);

LXKUSA = LAG(XKUSA);

LMKC = LAG(MKC);

LMKID

= LAG(MKID);

LMKEU

= LAG(MKEU);

LMKIR = LAG(MKIR);

LCKA

= LAG(CKA);

LCKB

= LAG(CKB);

LCKUSA= LAG(CKUSA);

LCKC

= LAG(CKC); LCKID

= LAG(CKID);

LCKEU = LAG(CKEU);

LCKIR

= LAG(CKIR);

LHKW

= LAG(HKW);

LHEKA = LAG(HEKA);

LHEKB

= LAG(HEKB); LHEKUSA = LAG(HEKUSA);

LHMKC

= LAG(HMKC);

LHMKID = LAG(HMKID);

LHMKEU

= LAG(HMKEU);

LHMKIR = LAG(HMKIR);

LXRCD = LAG(XRCD);

LXRUSA = LAG(XRUSA); LMRUSA = LAG(MRUSA);

LMREU = LAG(MREU);

LMRC = LAG(MRC);

LCRCD = LAG(CRCD);

LCRUSA

= LAG(CRUSA);

LCREU = LAG(CREU);

LCRC = LAG(CRC);

LHRW

= LAG(HRW); LHERCD = LAG(HERCD);

LHERUSA

= LAG(HERUSA); LHMRUSA= LAG(HMRUSA);

LHDRUSA

= LAG(HDRUSA); LHDKUSA= LAG(HDKUSA); LHMREU = LAG(HMREU);

LHMRC

= LAG(HMRC); LXMA = LAG(XMA); LMMEU = LAG(MMEU);

LMMMS

= LAG(MMMS); LMMIR = LAG(MMIR); LCMA = LAG(CMA);

LCMEU

= LAG(CMEU); LCMMS = LAG(CMMS); LCMIR = LAG(CMIR);

LHMW

= LAG(HMW);

LHEMA = LAG(HEMA);

LHMMEU = LAG(HMMEU);

LHMMMS

= LAG(HMMMS); LHMMIR = LAG(HMMIR);

LHDKB = LAG(HDKB);

LHDKA

= LAG(HDKA);

LHDMA

= LAG(HDMA);

LHDRCD = LAG(HDRCD);

RANGE TAHUN

2012

TO

2025

;


(4)

Lampiran 15. Hasil Simulasi Penghapusan Pajak Ekspor Minyak Kelapa Sawit

Indonesia terhadap Hasil Peramalan Model Keterkaitan Harga

Minyak Nabati dan Minyak Bumi di Pasar Dunia, Tahun

2012-2025 (Skenario 7)

The SAS System The SIMNLIN Procedure

Model Summary

Model Variables 184 Endogenous 97 Exogenous 87 Parameters 326 Range Variable Tahun Equations 99 Number of Statements 180 Program Lag Length 1

The SAS System The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation

Data Set Options DATA= TESIS1

Solution Summary

Variables Solved 97 Simulation Lag Length 1 Solution Range Tahun First 2012

Last 2025

Solution Method NEWTON CONVERGE= 1E-8 Maximum CC 5.43E-16 Maximum Iterations 3 Total Iterations 41 Average Iterations 2.928571

Observations Processed Read 15 Lagged 1 Solved 14 First 33 Last 46


(5)

Lampiran 15. Lanjutan

The SAS System The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Solution Range Tahun = 2012 To 2025

Descriptive Statistics

Actual Predicted

Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label HSW 14 14 533.0 9.3488 522.0 11.9084 H_SWT_W HKW 14 14 699.8 31.6069 698.9 31.4770 H_KDL_W HRW 14 14 826.8 43.8698 823.7 42.9676 H_RAPE_W HMW 14 14 839.0 19.0369 838.9 19.0087 H_MTHR_W LASMIN 14 14 702.3 70.4786 718.3 61.6302 L_TM_PBN LASMIS 14 14 3412.0 396.8 3410.9 396.9 L_TM_PBS LASMIR 14 14 2648.0 256.8 2647.2 256.8 L_TM_PR YIESIN 14 14 4.1253 0.0954 4.1076 0.0952 YIED_PBN YIESIS 14 14 3.9507 0.0318 3.8986 0.0486 YIED_PBS YIESIR 14 14 3.1312 0.0477 3.0929 0.0604 YIED_PR HDSI 14 14 4926.5 109.0 4863.0 122.9 HD_S_INA HESI 14 14 452.3 7.8265 442.5 9.8880 HE_S_INA CSI 14 14 7204.8 901.8 7214.7 902.8 C_S_INA XSI 14 14 17401.8 1689.4 17801.0 1615.5 X_S_INA HESM 14 14 437.0 10.0360 424.8 10.3444 HE_S_MAS XSM 14 14 18579.9 1806.6 18578.4 1806.7 X_S_MAS HEKB 14 14 630.3 9.1369 630.1 9.0827 HE_K_BRL HDKB 14 14 409.2 12.2183 409.0 12.1980 HD_K_BRL CKB 14 14 4393.7 160.2 4393.3 160.3 C_K_BRL XKB 14 14 3228.9 340.9 3228.9 340.9 X_K_BRL HEKA 14 14 584.8 18.4269 583.9 18.3144 HE_K_ARG HDKA 14 14 385.7 2.8940 385.5 2.9193 HD_K_ARG HEMA 14 14 696.8 12.1374 696.7 12.1186 HE_M_ARG HDMA 14 14 256.3 8.6618 256.3 8.6754 HD_M_ARG CKA 14 14 922.3 120.1 922.3 120.1 C_K_ARG CMA 14 14 429.1 16.2352 429.1 16.2350 C_M_ARG XKA 14 14 7520.5 873.7 7520.4 873.7 X_K_ARG XMA 14 14 1599.3 109.3 1599.3 109.3 X_M_ARG HEKUSA 14 14 729.9 15.1236 729.5 15.0133 HE_K_USA HERUSA 14 14 802.7 27.9944 800.0 27.2501 HE_R_USA HMRUSA 14 14 691.8 14.0695 689.7 13.8814 HM_R_USA HDRUSA 14 14 929.1 36.3728 926.3 35.5648 HD_R_USA HDKUSA 14 14 722.9 10.5677 722.3 10.6618 HD_K_USA MRUSA 14 14 1135.7 130.9 1137.5 131.5 M_R_USA CKUSA 14 14 8372.9 346.8 8371.0 346.2 C_K_USA CRUSA 14 14 1431.7 165.4 1433.7 166.1 C_R_USA XKUSA 14 14 1104.6 56.8888 1104.7 56.9334 X_K_USA XRUSA 14 14 258.7 31.1421 258.7 31.1353 X_R_USA HERCD 14 14 595.7 16.6828 591.0 18.4309 HE_R_CD HDRCD 14 14 628.8 18.3816 623.9 20.2642 HD_R_CD CRCD 14 14 478.5 8.2914 478.6 8.3637 C_R_CD XRCD 14 14 1647.2 226.2 1649.7 227.6 X_R_CD HMSP 14 14 553.1 9.4199 542.0 11.7633 HM_S_PKT CSP 14 14 2526.7 264.5 2532.5 264.1 C_S_PKT MSP 14 14 2424.7 293.6 2427.3 293.4 M_S_PKT HMMMS 14 14 521.2 36.0002 521.1 36.0254 HM_M_MS CMMS 14 14 231.1 6.6613 231.1 6.6619 C_M_MS MMMS 14 14 206.8 9.1402 206.8 9.1401 M_M_MS HMKEU 14 14 681.6 18.6329 681.0 18.5591 HM_K_EU HMSEU 14 14 552.0 5.6482 543.7 7.3264 HM_S_EU HMREU 14 14 806.3 30.9976 803.8 30.2921 HM_R_EU HMMEU 14 14 781.8 7.6322 781.8 7.6200 HM_M_EU


(6)

Lampiran 15. Lanjutan

The SAS System The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Solution Range Tahun = 2012 To 2025

Descriptive Statistics

Actual Predicted

Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label CKEU 14 14 1919.8 62.5593 1918.1 61.8169 C_K_EU CSEU 14 14 4106.6 449.5 4140.0 447.4 C_S_EU CREU 14 14 3411.6 367.9 3382.4 361.9 C_R_EU CMEU 14 14 2560.9 176.3 2560.6 176.2 C_M_EU MKEU 14 14 1168.9 67.5693 1167.8 67.0586 M_K_EU MSEU 14 14 9559.6 1365.3 9632.2 1391.8 M_S_EU MREU 14 14 2932.4 340.6 2905.4 335.2 M_R_EU MMEU 14 14 2722.4 194.0 2721.9 193.9 M_M_EU HMSC 14 14 482.5 5.4258 473.1 5.9934 HM_S_CN HMKC 14 14 626.6 15.7753 626.1 15.7081 HM_K_CN HMRC 14 14 659.2 13.9073 657.3 13.4336 HM_R_CN CSC 14 14 6338.3 514.5 6363.0 506.6 C_S_CN CKC 14 14 4414.8 521.8 4415.1 521.9 C_K_CN CRC 14 14 6477.1 622.9 6477.0 622.8 C_R_CN MSC 14 14 6740.0 529.6 6766.5 521.3 M_S_CN MKC 14 14 3167.9 411.5 3168.4 411.8 M_K_CN MRC 14 14 392.7 33.2023 392.6 33.1915 M_R_CN HMSID 14 14 509.5 7.8255 500.2 9.8330 HM_S_ID HMKID 14 14 669.5 16.3871 668.8 16.2627 HM_K_ID CSID 14 14 6234.8 702.4 6245.7 700.1 C_S_ID CKID 14 14 3434.0 391.1 3423.8 390.8 C_K_ID MSID 14 14 6068.5 593.4 6068.5 593.4 M_S_ID MKID 14 14 1705.0 171.9 1695.0 171.7 M_K_ID HMKIR 14 14 670.3 21.9612 669.5 21.8398 HM_K_IR HMMIR 14 14 539.3 36.5238 539.2 36.5502 HM_M_IR CKIR 14 14 779.4 32.7891 779.8 32.9312 C_K_IR CMIR 14 14 249.3 23.7061 249.3 23.7060 C_M_IR MKIR 14 14 612.7 14.2821 613.3 14.4937 M_K_IR MMIR 14 14 260.5 25.4619 260.5 25.4619 M_M_IR SDSI 14 14 9115.4 1113.7 8478.4 1074.5 SD_S_INA SXSI 14 14 19312.4 1901.2 19064.7 1790.1 SX_S_INA PRODSI 14 14 24656.1 2566.0 24418.3 2449.5 PRDS_INA SDKB 14 14 4584.4 297.0 4584.4 297.0 SD_K_BRL SDKA 14 14 1494.2 169.2 1494.3 169.2 SD_K_ARG SDMA 14 14 585.9 27.3463 585.9 27.3428 SD_M_ARG SDKUSA 14 14 11247.8 713.4 11247.6 713.4 SD_K_USA SDRUSA 14 14 1580.7 183.2 1582.5 183.9 SD_R_USA XSW 14 14 40166.1 3857.8 40563.8 3776.3 X_SWT_W MSW 14 14 38152.5 3762.5 38254.4 3778.8 M_SWT_W XKW 14 14 14601.6 1453.8 14601.7 1453.8 X_KDL_W MKW 14 14 13200.7 1283.3 13190.7 1283.0 M_KDL_W XRW 14 14 4952.8 487.5 4955.3 488.9 X_RAPE_W MRW 14 14 4697.3 436.1 4672.0 431.7 M_RAPE_W XMW 14 14 5659.6 492.8 5659.6 492.8 X_MTHR_W MMW 14 14 5574.2 395.5 5573.8 395.3 M_MTHR_W