Ekspor Minyak Kelapa Sawit
Tabel 5. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor, Konsumsi, Luas Areal dan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Indonesia, Tahun
1980-2008
Variabel Simbol
Parameter t Value
Elastisitas Jangka
Pendek Jangka
Panjang Ekspor M. Kelapa Sawit Indonesia XSI
Intercept 1.4058
1.14 Harga ekspor riil minyak kelapa sawit
Indonesia HESI
-453.43 -0.82
- 0.070
- Laju perubahan harga domestik riil minyak
kelapa sawit Indonesia RHDSI
0.0083 0.19
- 0.001
- Nilai tukar riil Indonesia
ERI -57.94
-2.92 -
0.008 -
Pajak ekspor minyak kelapa sawit Indonesia
PESI 0.89607
25.13 A
0.026 -
Penawaran pasar ekspor minyak kelapa sawit Indonesia
SXSI 1.4058
1.14 A
R
2
= 0.987 R
2
-Adj = 0.984 F-hitung = 320.67 Dw = 1.92565 dh = -
Konsumsi M. Kelapa Sawit Indonesia CSI
Intercept -3450.09
-2.38 Harga domestik riil minyak kelapa sawit
Indonesia HDSI
-0.05438 -1.31
F 0.056
0.185 Laju perubahan harga dunia riil minyak
bumi RHCOW
961.70340 0.72
- 0.001
0.002 Populasi Indonesia
POPI 23.42292
2.55 B
1.186 3.900
Lag konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia
LCSI 0.69584
4.77 A
R
2
= 0.987 R
2
-Adj = 0.985 F-hitung = 398.70 Dw = 1.98653 dh = 0.05
Luas areal TM PBN LASMIN
Lag harga domestik riil minyak kelapa sawit Indonesia
LHDSI 0.08933
3.24 A
0.065 -
Laju perubahan harga riil pupuk RHCPI
-1.12078 -2.59
B 0.003
- Lag tiga luas areal perkebunan sawit PBN
L3LASIN 0.85870
34.38 A
0.925 -
R
2
= 0.998 R
2
-Adj = 0.997 F-hitung = 3441.04 Dw = 1.52554 dh = -
Luas areal TM PBS LASMIS
Intercept 243.901
0.69 Lag harga ekspor riil minyak kelapa sawit
Indonesia LHESI
0.116 0.26
- 0.023
- Laju perubahan harga riil pupuk
RHCPI -0.211
-0.06 -
0.0002 -
Tingkat upah riil perkebunan Indonesia USPI
-0.437 -0.84
- 0.144
- Lag tiga luas areal perkebunan sawit PBS
L3LASIS 0.805
22.05 A
1.000 -
R
2
= 0.960 R
2
-Adj = 0.952 F-hitung = 126.36 Dw = 0.374684 dh = -
Luas areal TM PR LASMIR
Intercept 72.46956
0.57 Lag harga domestik riil minyak kelapa sawit
Indonesia LHDSI
0.01385 1.04
- 0.040
- Tingkat upah riil perkebunan Indonesia
USPI -0.24278
-1.32 E
0.095 -
Lag luas areal perkebunan sawit PR LLASIR
0.77898 38.34
A 1.016
- R
2
= 0.992 R
2
-Adj = 0.991 F-hitung = 899.01 Dw = 2.03067 dh = -
Keterangan: A : nyata pada taraf 1
B : nyata pada taraf 5
C : nyata pada taraf 10 D : nyata pada taraf 15
E : nyata pada taraf 20
F : nyata pada taraf 25
Tabel 5. Lanjutan
Variabel Simbol
Parameter t Value
Elastisitas Jangka
Pendek Jangka
Panjang Produktivitas areal TM PBN YIESIN
Harga ekspor riil minyak kelapa sawit Indonesia
HESI 0.00022
0.25 -
0.034 4.561
Laju perubahan harga riil pupuk RHCPI
-0.00153 -0.20
- 0.001
0.105 Pertambahan areal TM PBN tahun ini
DLASMIN -0.00406
-1.84 C
0.003 0.465
Lag produktivitas areal TM PBN LYIESIN
0.99276 9.90
A R
2
= 0.993 R
2
-Adj = 0.991 F-hitung = 733.91 Dw = 2.20989 dh = -0.62
Produktivitas areal TM PBS YIESIS
Harga ekspor riil minyak kelapa sawit Indonesia
HESI 0.00104
1.19 F
0.151 1.297
Pertambahan areal TM PBS tahun ini DLASMIS
-0.00015 -0.19
- 0.007
0.058 Lag produktivitas areal TM PBS
LYIESIS 0.88328
8.95 A
R
2
= 0.988 R
2
-Adj = 0.986 F-hitung = 624.47 Dw = 2.39946 dh = -1.18
Produktivitas areal TM PR YIESIR
Harga domestik riil minyak kelapa sawit Indonesia
HDSI 0.00009
0.59 -
0.145 0.349
Harga domestik riil minyak kelapa sawit Indonesia tahun sebelumnya
LHDSI 0.00020
1.23 F
0.366 0.882
Laju perubahan harga riil pupuk RHCPI
-0.00817 -0.50
- 0.005
0.011 Pertambahan areal TM PR tahun ini
DLASMIR -0.00149
-0.72 -
0.071 0.172
Lag produktivitas areal TM PR LYIESIR
0.58475 3.17
A R
2
= 0.941 R
2
-Adj = 0.927 F-hitung = 67.36 Dw = 2.64481 dh = -4.89
Keterangan: A : nyata pada taraf 1
B : nyata pada taraf 5
C : nyata pada taraf 10 D : nyata pada taraf 15
E : nyata pada taraf 20
F : nyata pada taraf 25
Dilihat dari nilai t-hitung, maka ekspor minyak kelapa sawit Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh penawaran minyak kelapa sawit Indonesia untuk
pasar ekspor dan pajak ekspor. Variabel penawaran minyak kelapa sawit Indonesia untuk pasar ekspor berpengaruh positif terhadap ekspor. Peningkatan
volume penawaran sebesar 1 akan meningkatkan ekspor sebesar 0.89. Nilai elastisitas pada jangka pendek mendekati unitary elastis, yaitu sebesar 0.95.
Penawaran minyak kelapa sawit Indonesia untuk pasar ekspor merupakan selisih antara total penawaran minyak kelapa sawit Indonesia dan konsumsi minyak
kelapa sawit Indonesia CSI. Total penawaran minyak kelapa sawit Indonesia merupakan penjumlahan dari stok awal tahun STOKSI dan produksi minyak
kelapa sawit Indonesia PRODSI.
Variabel lain yang nyata mempengaruhi ekspor minyak kelapa sawit Indonesia adalah pajak ekspor PESI, namun mempunyai pengaruh negatif.
Peningkatan pajak ekspor sebesar 1 akan menurunkan volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 58 ribu ton, dari rerata volume ekspor tahun 1980-
2008 sebesar 3,6 juta ton, atau sekitar 1.61. Variabel eksogen lainnya yaitu harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia HESI dan nilai tukar ERI
mempunyai pengaruh positif terhadap ekspor, sedangkan variabel laju perubahan harga domestik RHDSI memiliki pengaruh negatif terhadap ekspor. Ketoga
variabel eksogen tidak memiliki dampak perubahan yang besar terhadap terhadap ekspor minyak kelapa sawit Indonesia dan secara statistik nyata pada taraf 25.
Konsumsi minyak kelapa sawt Indonesia CSI dipengaruhi oleh variabel harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia HDSI, laju perubahan harga
minyak bumi RHCOW, jumlah populasi POPI dan lag konsumsi LCSI. Seluruh variabel eksogen mampu menerangkan keragaman konsumsi minyak
kelapa sawit Indonesia sebesar 99 dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Dilihat dari nilai t-hitung, maka konsumsi minyak
kelapa sawit Indonesia terutama dipengaruhi oleh lag konsumsi, populasi dan harga domestik minyak kelapa sawit Indonesia berturut-turut pada taraf 1 , 5
dan 25. Variabel eksogen populasi Indonesia POPI berpengaruh positif terhadap
konsumsi. Setiap tambahan populasi sebanyak 1000 jiwa akan meningkatkan konsumsi sebesar 23.42 tontahun, dari rerata volume konsumsi tahun 1980-2008
sebesar 2,35 juta tontahun, atau sekitar 1. Konsumsi minyak kelapa sawit bersifat responsif terhadap perubahan populasi, khususnya pada jangka panjang
yang memiliki nilai elastisitas 3.3 kali lebih besar dari nilai elastisitas jangka pendek. Fenomena ini terkait dengan diversifikasi produk minyak kelapa sawit
yang relatif masih kecil dalam konsumsi dan menjadikan pengaruh POPI lebih tergantung kepada jumlah populasi itu sendiri. Jenis penggunaan dalam konsumsi
minyak kelapa sawit Indonesia didominasi sebagai bahan baku minyak goreng nasional. Sekitar 77 dari volume konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia
adalah untuk pasokan bahan baku minyak goreng nasional Jakarta Futures Exchange, 2008.
Variabel harga domestik HDSI memiliki pengaruh negatif terhadap konsumsi, sedangkan variabel laju perubahan harga dunia minyak bumi
RHCOW mempunyai pengaruh positif terhadap konsumsi. Namun, konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia bersifat tidak responsif terhadap perubahan kedua
variabel tersebut. Seperti halnya pengaruh POPI terhadap CSI, fenomena ini terkait dengan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku utama minyak goreng
nasional dan relatif masih kecilnya diversifikasi produk dalam konsumsi, termasuk pengolahan minyak kelapa sawit sebagai produk subsitusi minyak bumi.
Selain itu dipengaruhi juga oleh kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia untuk menjamin ketersediaan pasokan minyak kelapa sawit
di dalam negeri. Persamaan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan
Besar Negara LASMIN memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 99.80 dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Variabel
eksogen dalam persamaan LASMIN meliputi lag harga ekspor LHESI, laju laju kenaikan harga pupuk RHCPI dan lag tiga luas areal perkebunan kelapa sawit
PBN L3LASIN. Dilihat dari nilai t-hitung, maka LASMIN dipengaruhi secara nyata pada taraf 1 oleh variabel LHESI dan L3LASIN, sedangkan RHCPI
berpengaruh nyata pada taraf 5. Variabel eksogen lag harga ekspor LHESI dan lag tiga luas areal perkebunan PBN L3LASIN memiliki pengaruh positif,
sedangkan variabel eksogen laju kenaikan harga pupuk RHCPI memiliki pengaruh negatif terhadap LASMIN.
Luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan PBN relatif responsif terhadap perubahan L3LASIN dan tidak responsif terhadap perubahan variabel
LHESI maupun RHCPI. Diketahui dalam kultur teknis kelapa sawit diperlukan waktu sekitar 3 tahun fase tanaman belum menghasilkan. PBN selaku pelaku
usaha profesional maka dalam penentuan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan tahun ini relatif lebih didasarkan kepada umur tanaman
dibandingkan terhadap variabel harga produk maupun harga pupuk. Persamaan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan
Besar Swasta LASMIS memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 96 dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Variabel
eksogen dalam persamaan LASMIS meliputi lag harga ekspor LHESI, laju kenaikan harga pupuk RHCPI, upah tenaga kerja perkebunan USPI dan lag
tiga luas areal perkebunan kelapa sawit PBS L3LASIS. Dilihat dari nilai t- hitung, maka LASMIS hanya dipengaruhi secara nyata oleh variabel L3LASIS
pada taraf 1. Pada jangka pendek, LASMIS relatif bersifat responsif terhadap perubahan L3LASIS, dan tidak responsif terhadap perubahan tiga variabel
eksogen lainnya. Seperti halnya PBN, PBS selaku pelaku usaha profesional maka dalam penentuan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan tahun ini relatif
lebih didasarkan kepada umur tanaman dibandingkan terhadap variabel harga produk maupun harga pupuk.
Persamaan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan Rakyat LASMIR memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 99 dan seluruh
variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Variabel eksogen dalam persamaan LASMIR meliputi lag harga domestik LHDSI, upah tenaga
kerja perkebunan USPI dan lag luas areal perkebunan kelapa sawit PR LLASIR. Harga domestik lebih menjadi acuan bagi PR daripada harga ekspor
terkait dengan pemasaran minyak kelapa sawit PR yang berupa titip olah di pabrik pengolahan minyak kelapa sawit milik PBN maupun PBS. Penggunaan variabel
lag satu luas areal perkebunan kelapa sawit rakyat LLASIR dalam persamaan LASMIR dan variabel USPI terkait dengan besarnya keragaman penerapan kultur
teknis dan profesionalisme pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang diterapkan oleh PR. Dilihat dari nilai t-hitung, maka LASMIR hanya dipengaruhi secara
nyata oleh variabel LLASIR pada taraf 1 dan variabel USPI pada taraf 20. Pada jangka pendek, LASMIR bersifat responsif terhadap perubahan LLASIR
bersifat elastis, sedangkan tiga variabel eksogen lainnya tidak memiliki dampak yang besar terhadap luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan perkebunan
rakyat. Persamaan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan
Besar Negara YIESIN memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 99 dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Produktivitas
yang digunakan dalam peneltian ini setara dengan pencapaian ton minyak kelapa sawit mentah per ha tanaman menghasilkan ton CPOha TM. Variabel eksogen
dalam persamaan YIESIN meliputi harga ekspor HESI, laju kenaikan harga pupuk RHCPI, tambahan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan PBN
tahun ini DLASMIN dan lag produktivitas PBN LYIESIN. Dilihat dari nilai t- hitung, maka YIESIN hanya dipengaruhi secara nyata oleh variabel LYIESIN
pada taraf 1 dan DLASMIN pada taraf 10. Nilai elastisitas jangka pendek seluruh variabel eksogen bersifat inelastis
atau dengan perkataan lain ketiga variabel eksogen tersebut tidak memiliki dampak yang besar terhadap perubahan produktivitas tanaman kelapa sawit
menghasilkan PBN. Pada jangka panjang, YIESIN bersifat responsif terhadap perubahan harga ekspor. Kondisi ini terkait dengan sifat utama industri kelapa
sawit di sektor hulu ket: perkebunan kelapa sawit, antara lain: 1 luas areal maupun luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan cenderung rigid untuk
turun, 2 pertimbangan dalam keputusan tandan buah segar kelapa sawit TBS untuk dipanen tidak hanya didasarkan pertimbangan harga yang diterima saat ini
tetapi memperhatikan siklus produksi TBS, khususnya bagi perkebunan besar, 3 tujuan akhir proses produksi TBS adalah menghasilkan minyak dengan sifat TBS
yang mudah rusak perishable dan harus segera diolah menjadi minyak, dan 4 di perkebunan besar, pencapaian produktivitas menjadi indikator penilaian kinerja
pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Variabel HESI yang elastis pada jangka panjang menggambarkan prospek usaha kelapa sawit di masa depan
mempengaruhi produktivitas PBN. Persamaan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan
Besar Swasta YIESIS memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 99 dan seluruh variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Variabel
eksogen dalam persamaan YIESIS meliputi harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia HESI, tambahan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan PBS
tahun ini DLASMIS dan lag produktivitas PBS LYIESIS. Dilihat dari nilai t- hitung, maka YIESIS hanya dipengaruhi secara nyata oleh variabel LYIESIS
pada taraf 1 dan variabel HESI pada taraf 25. Seperti halnya YIESIN, pada jangka pendek, YIESIS tidak responsif terhadap perubahan seluruh variabel
eksogen, dan pada jangka panjang YIESIS bersifat responsif terhadap perubahan harga ekspor minyak kelapa sawit Indonesia.
Persamaan produktivitas tanaman kelapa sawit menghasilkan Perkebunan Rakyat YIESIR memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 94 dan seluruh
variabel memberikan pengaruh nyata secara bersama-sama. Variabel eksogen dalam persamaan YIESIR meliputi harga domestik HDSI, harga domestik tahun
sebelumnya LHDSI, pertumbuhan harga pupuk RHCPI,tambahan luas areal tanaman kelapa sawit menghasilkan PR tahun ini DLASMIR, dan lag
produktivitas PR LYIESIR. Dilihat dari nilai t-hitung, maka YIESIR dipengaruhi secara nyata oleh variabel LYIESIR pada taraf 1 dan LHDSI pada
taraf 25. Pada jangka pendek maupun jangka panjang, YIESIR tidak responsif terhadap perubahan seluruh variabel eksogen.