Arah Pengembangan Studi Terdahulu dalam Penelitian

Dari hasil-hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan kultur teknis yang optimal atau mendekati optimal optimalisasi input variabel bersama penurunan biaya lain-lain memberikan respon positif terhadap keragaan usaha perkebunan kelapa sawit. 2. Peningkatan harga minyak kelapa sawit domestik, harga ekspor dan penurunan suku bunga mendorong terjadinya perluasan areal perkebunan kelapa sawit, akan tetapi pengembangan areal yang tidak terarah dan tanpa didukung oleh kebijakan yang relevan telah meyebabkan penurunan produktivitas nasional. Selain pengaruh umur tanaman, kondisi ini juga disinyalir akibat penurunan kualitas tanaman dan manajemen perkebunan dengan semakin luasnya areal tanaman. Meskipun demikian, dampak negatif dari perluasan areal masih lebih kecil dibandingkan dampak positif perubahan harga terhadap produktivitas. 3. Kebijakan pemerintah yang mengarah kepada kenaikan harga input produksi perkebunan kelapa sawit seperti kenaikan upah tenaga kerja atau mengurangi subsidi pupuk menyebabkan penurunan luas areal dan produktivitas.

3.4.3. Arah Pengembangan Studi Terdahulu dalam Penelitian

Berdasarkan hasil studi terdahulu maka dalam penelitian ini selanjutnya dikembangkan arah studi berupa Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak Bumi dalam Perdagangan Dunia Minyak Nabati. Model analisis yang membedakan dari studi sebelumnya antara lain: 1. Model analisis dalam penelitian ini menggunakan persamaan simultan, namun terkait dengan tujuan penelitian yang menekankan pada perilaku harga dan sekaligus membedakan dengan studi sebelumnya, maka dalam hal pemilihan komoditi dalam hal ini minyak kelapa sawit dan pesaing utamanya, dipilih berdasarkan a share produksi, b volume perdagangan, c kesamaan penggunaan dalam kehidupan sehari-hari, dan d sebagai subsitusi minyak bumi. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka jenis minyak nabati yang dianalisis dalam penelitian ini adalah minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak biji bunga matahari dan minyak rapeseed. Penelitian sebelumnya lebih menekankan kepada hubungan minyak kelapa sawit dengan minyak nabati lainnya, dan oleh karena itu pemilihan komoditi cenderung tidak mewakili proses pembentukan harga di pasar dunia minyak nabati sesuai dengan kondisi aktual. 2. Selain pemilihan komoditi minyak nabati seperti tersebut di atas, dalam pemilihan negara eksportir utama dan negara importir utama dipilih berdasarkan share masing-masing negara dalam perdagangan dunia. Hal ini diharapkan dapat mencerminkan kekuatan penawaran dan permintaan mendekati kondisi aktual. 3. Dalam penelitian ini juga mengakomodir adanya kecenderungan keterkaitan antara harga dunia minyak bumi dalam proses pembentukan keempat minyak nabati yang akan dianalisis secara simultan.

IV. PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS

4.1. Perumusan Model Keterkaitan Harga Minyak Nabati dan Minyak

Bumi dalam Perdagangan Dunia Minyak Nabati Produksi minyak nabati secara umum ditujukan untuk keperluan pangan, sebagian lainnya digunakan untuk keperluan non pangan ket: khususnya industri oleokimia dan biodiesel dan sisanya digunakan sebagai pakan ternak. Di era tahun 1980-an rasio penggunaan minyak nabati untuk pangan, non pangan dan pakan ternak berkisar 80:14:6. Seiring peningkatan penggunaan non pangan dalam 13 tahun terakhir, rasio penggunaan minyak nabati saat ini berkisar 75:20:5. Peningkatan tersebut didorong oleh kenaikan penggunaan biodiesel maupun sebagai subsitusi bahan dasar industri oleokimia yang awalnya berbasis minyak bumi AOCS, 2011. Terkait hal di atas, maka dalam perdagangan dunia minyak nabati selain terjadi persaingan antar jenis minyak nabati, pembentukan harga dunia minyak nabati diduga memiliki keterkaitan dengan harga dunia minyak bumicrude oil. Kaitan tersebut terlihat dari pola pergerakan harga minyak nabati dan harga minyak bumi yang relatif sama, khususnya sejak tahun 2003 seperti disajikan pada Gambar 1. Perimbangan penawaran dan permintaan merupakan kunci di dalam menjaga kestabilan harga komoditi, termasuk harga minyak kelapa sawit. Adanya komoditi pesaing di dalam pasar tentunya akan mempengaruhi penawaran dan permintaan terhadap satu komoditi, dan sebaliknya. Selain terjadi persaingan antara komoditi, sebuah negara produsen juga harus bersaing dengan negara lain yang juga menjadi negara produsen komoditi tersebut. Intervensi perdagangan oleh negara eksporti maupun importir serta faktor eksternal lainnya akan