Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

dari kenaikan harga dunia minyak bumi, kecuali untuk harga dunia minyak kedelai yang mengalami persentase peningkatan harga yang relatif sama dengan persentase peningkatan harga dunia minyak bumi. Harga dunia minyak kedelai memperoleh dampak yang lebih besar dari kenaikan harga dunia minyak bumi dibandingkan dampak yang diterima oleh harga tiga minyak nabati lainnya, diikuti oleh harga minyak biji bunga matahari, harga minyak rapeseed dan harga minyak kelapa sawit. Selain karakteristik kimia yang mempengaruhi cakupan pemanfaatan keempat minyak nabati sebagai subsitusi minyak bumi dalam kehidupan sehari-hari, secara umum keterbatasan volume produksi dunia minyak nabati dan pemenuhan kebutuhan sektor pangan merupakan kendala utama dalam pemakaian minyak nabati sebagai subsitusi minyak bumi. 4. Efek subsitusi minyak kelapa sawit relatif lebih berpengaruh terhadap konsumsi minyak rapeseed, diikuti terhadap konsumsi minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari. Efek subsitusi minyak rapeseed relatif lebih berpengaruh terhadap konsumsi minyak kedelai, diikuti terhadap konsumsi minyak kelapa sawit dan minyak biji bunga matahari. Efek subsitusi minyak kedelai relatif lebih berpengaruh terhadap konsumsi minyak rapeseed, diikuti terhadap konsumsi minyak biji bunga matahari dan minyak kelapa sawit. Efek subsitusi minyak biji bunga matahari relatif lebih berpengaruh terhadap konsumsi minyak kelapa sawit, diikuti terhadap konsumsi minyak kedelai dan minyak rapeseed. 5. Ramalan harga riil minyak nabati dan harga minyak bumi di pasar dunia untuk periode tahun 2012-2025 cenderung memiliki pola pergerakan harga yang sama dengan tren meningkat yang kecil. Tren peningkatan harga terbesar dimiliki oleh harga dunia minyak kedelai, diikuti oleh harga dunia minyak rapeseed, harga dunia minyak biji bunga matahari dan harga dunia minyak kelapa sawit dengan tren peningkatan harga yang terkecil. 6. Neraca perdagangan keempat minyak nabati untuk periode tahun 2012-2025, diproyeksikan berada pada posisi surplus. Rerata surplus perdagangan tahun 2012-2025 untuk minyak kelapa sawit sebesar 2.04 juta tontahun atau 5.07 dari rerata volume ekspor dunia minyak kelapa sawit sebesar 40.20 juta tontahun, untuk minyak kedelai adalah 1.4 juta tontahun atau 9.60 dari rerata volume ekspor dunia minyak kedelai sebesar 14.6 juta tontahun, untuk minyak rapeseed sebesar 258.34 ribu tontahun atau 5.22 dari rerata volume ekspor dunia minyak rapeseed sebesar 4.95 juta tontahun, dan untuk minyak biji bunga matahari sebesar 85 ribu tontahun atau 1.51 dari rerata volume ekspor dunia minyak biji bunga matahari sebesar 5.66 juta tontahun. 7. Ramalan produksi minyak kelapa sawit Indonesia untuk periode tahun 2012- 2025 menunjukkan tren peningkatan produksi sebesar 2.39tahun. Sedangkan laju perkembangan konsumsi dan laju perkembangan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia berturut-turut sebesar 3.09tahun dan 2.15tahun. Kondisi ini ini relatif berbeda dengan kondisi di tahun 2003- 2008. Di tahun 2003-2008 rerata laju peningkatan produksi minyak kelapa sawit Indonesia sekitar 12.75tahun dengan laju perkembangan konsumsi dan laju perkembangan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia berturut-turut sebesar 5.23tahun dan 18.42tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pasar domestik akan berperan penting dalam menunjang pengembangan industri kelapa sawit Indonesia di masa depan, yaitu didalam menunjang kestabilan harga maupun jaminan pemasaran hasil produksi. 8. Dari sisi pasar, Indonesia masih memiliki peluang untuk mengembangkan industri kelapa sawit. Selain pasar domestik, permintaan minyak kelapa sawit dan produk turunannya diperkirakan akan terus meningkat, baik untuk pangan maupun non pangan seiiring tren harga minyak bumi yang meningkat. Perkembangan permintaan diperkirakan akan datang dari Cina, India, Uni Eropa dan Pakistan.

7.2. Saran Kebijakan

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran kebijakan bagi pemerintah Indonesia dalam pengembangan industri kelapa sawit di masa depan, antara lain: 1. Upaya peningkatan produksi minyak kelapa sawit Indonesia melalui ekstensifikasi dan intensifikasi usaha di sektor hulu perlu dibarengi oleh peningkatan penyerapan pasar domestik dan stabilitas nilai tukar Rupiah. Selain menjamin pemasaran hasil produksi, peningkatan penyerapan pasar domestik menunjang stabilitas harga minyak kelapa sawit Indonesia. Stabilitas nilai tukar Rupiah diharapkan dapat menekan fluktuasi harga minyak kelapa sawit di dalam negeri yang akhirnya akan mempengaruhi keseimbangan antara produksi, serapan pasar domestik dan volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. 2. Mendukung upaya peningkatan penyerapan pasar domestik, kebijakan pemerintah Indonesia disarankan lebih ditujukan kepada pengaturan harga di tingkat konsumen akhir misal: subsidi harga minyak goreng dan harga biodiesel kelapa sawit maupun kebijakan yang mendorong peningkatan konsumsi lainnya misal: penerapan domestic market obligationDMO. 3. Indonesia perlu menyusun grand design industri kelapa sawitnya dalam jangka panjang mengingat: a kelapa sawit sebagai komoditi perkebunan dengan adaptasi penawaran terhadap permintaan yang lebih lambat dibandingkan dengan minyak nabati dari kelompok seed oils; b di pasar dunia minyak nabati, minyak kelapa sawit Indonesia bersaing dengan minyak kelapa sawit dari negara eksportir lainnya maupun dengan minyak nabati lainnya dan menempatkan Indonesia sebagai price given; c harga dunia minyak kelapa sawit relatif lebih peka terhadap perubahan ekspor dibandingkan tiga minyak nabati lainnya ket: kenaikan ekspor dunia menyebabkan penurunan harga dunia yang lebih besar dibandingkan tiga minyak nabati lainnya, dan d keseimbangan antara produksi, serapan pasar domestik dan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia menunjang stabilitas harga yang pada akhirnya menentukan kesejahteraan produsen maupun masyarakat selaku konsumen akhir minyak kelapa sawit.

7.3. Saran Penelitian Lanjutan

Penelitian ini tidak membahas secara mendalam terkait pasar domestik minyak kelapa sawit Indonesia. Konsumsi minyak kelapa sawit Indonesia didalam penelitian ini berupa pemakaian agregat. Sebagai saran penelitian lanjutan dapat berupa perluasan permodelan dengan melakukan deferensiasi pasar domestik menurut sektor maupun tingkatan industri pengolahan minyak kelapa sawit sebelum sampai di konsumen akhir.