C. Metode Bercerita
1. Definisi Bercerita
Bercerita adalah pengalaman unik manusia yang memungkinkan individu untuk menyampaikannya melalui kata-kata yang merupakan aspek dari diri
sendiri ataupun orang lain, dan dunia nyata ataupun imajinasi dalam Alterio dan McDrury, 2004. Bercerita memungkinkan kita untuk mengenal dunia dan tempat
tinggal individu, dimana setiap orang dibentuk oleh cerita sampai taraf tertentu baik cerita tentang diri sendiri, keluarga, teman, orang, budaya, dan sejarah tempat
tinggal. Van Manen berpendapat, bercerita merupakan bentuk teorisasi sehari-hari
dalam Alterio dan McDrury, 2004. Individu dapat membuat dan menyajikan catatan teoritis melalui cerita. Noddings dan Witherell menjelaskan metode
bercerita dapat membantu kita dalam memahami sesuatu dengan cara membuat pondasi dasar yang dapat dicapai dalam Alterio dan McDrury, 2004.
Menurut National Storytelling Association NSA, 1997, bercerita adalah sebuah bentuk seni pertunjukan interaktif. Interaksi langsung antara pencerita dan
penonton merupakan elemen penting dari metode bercerita. Penonton merespon kata-kata dari pencerita dan kegiatannya. Umumnya, pencerita meggunakan
umpan balik non-verbal dengan segera, secara spontan, dan menyesuaikan nada secara improvisasi, kata-kata, dan kecepatan cerita untuk memenuhi kebutuhan
para penonton. Bercerita adalah sebuah proses, media untuk berbagi, menafsirkan, menawarkan isi dan makna dari cerita kepada penonton NSA, 1997. Bercerita
adalah suatu jalur utama untuk menilai dan menafsirkan peristiwa, pengalaman,
Universitas Sumatera Utara
dan konsep dari hal-hal yang kecil hingga besar dari kehidupan sehari-hari manusia NSA, 1997.
Berdasarkan uraian definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa bercerita adalah sebuah seni bahasa sebagai media untuk berbagi, menafsirkan,
menawarkan isi dan makna dari cerita yang melibat interaksi langsung antara pencerita dan penonton yang merupakan elemen penting dari metode bercerita.
2. Teknik Bercerita
Menurut Gallets 2005, teknik bercerita dapat dibagi menjadi 2, antara lain:
a. Teknik membaca cerita story reading Teknik membaca cerita adalah teknik penyampaian cerita secara
lisan oleh seorang individu kepada seseorang atau kelompok dengan menggunakan buku cerita bergambar. Gerakan, efek suara, atau
penggunaan alat peraga terkadang menyertai dalam penyampaian cerita. Namun, elemen-elemen ini umumnya kurang menonjol dalam teknik
membaca cerita dibandingkan teknik mendongeng. Membaca dengan suara keras pada anak-anak yang belum bisa
membaca adalah hal yang penting. Anak-anak yang telah belajar sastra pada usia dini melalui cerita yang dibacakan akan menunjukkan minat
dalam belajar membaca, mengembangkan pola bahasa, dan kaya akan informasi struktur bahasa Henry, 1993. Routman mengklaim bahwa
teknik membaca memiliki peran yang signifikan pada anak-anak untuk
Universitas Sumatera Utara
menjadi pembaca yang sukses Henry, 1993. Teknik membaca cerita dapat membantu anak-anak mengembangkan dan memperoleh
kemampuan berbahasa. Cullinan percaya bahwa guru merupakan model yang sangat efektif
dan memainkan peran penting dalam mendorong antusiasme anak-anak untuk membaca Henry, 1993. Teknik membaca cerita dapat memberikan
kesempatan pada anak untuk mendengar cerita dan memotivasi mereka ingin belajar membaca cerita sendiri. Guru berbagi kegembiraan ketika
membacakan cerita kepada siswa sehingga termotivasi untuk belajar membaca. Holdaway menemukan bahwa motivasi merupakan faktor
penting dalam membangun minat anak-anak membaca buku Henry, 1993. Ketika guru membacakan cerita secara antusias, anak-anak akan
menjadi lebih tertarik dan gembira dalam membaca. Morrow menyatakan bahwa beberapa studi eksperimen
menemukan efek dari membaca buku cerita kepada anak-anak sebagai rutinitas kelas sehari-hari, yaitu dapat menghasilkan skor yang lebih tinggi
dalam bidang kosakata, pemahaman, dan dekoding. Menurut Salju, teknik membaca cerita adalah teknik yang paling banyak digunakan untuk belajar
bahasa karena dapat membantu anak dalam mengembangkan keterampilan pemahaman.
b. Teknik mendongeng storytelling
Universitas Sumatera Utara
Teknik mendongeng adalah teknik penyampaian cerita secara lisan oleh seorang individu melalui memori kepada seseorang atau kelompok
tanpa menggunakan buku cerita bergambar. Mutasi, efek suara, dan penggunaan alat peraga sering menyertai unsur penyampaian cerita dengan
teknik mendongeng. Teknik mendongeng adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
sudah lama digunakan untuk melatih kemampuan satra dalam pendidikan anak-anak. Menurut Shedlock, mendongeng tidak hanya membawa suka
cita dramatis untuk pendengar tetapi juga mengembangkan imajinasi Henry, 1993. Pembelajaran melalui mendongeng terlihat santai namun
berharga karena memberikan kesempatan kepada pendengar untuk menggunakan imajinasinya dalam menciptakan cerita. Mendongeng
merupakan cara sederhana dan efektif untuk membentuk kebiasaan konsentrasi.
Teknik mendongeng adalah cara lain yang menarik dan efektif untuk memotivasi anak-anak membaca. Donze percaya bahwa seorang
anak yang telah diberi kesempatan untuk mendengarkan sebuah cerita melalui teknik mendongeng, secara alami akan lebih tertarik pada buku
Henry, 1993. Scott menemukan bahwa ketika anak-anak mendengarkan cerita, mereka akan mengembangkan rasa pada cerita yang akan
berpengaruh terhadap pemikiran dan proses bahasa Henry, 1993. Anak- anak yang berada pada lingkungan yang kaya akan cerita akan tumbuh
sebagai pemikir.
Universitas Sumatera Utara
3. Tingkat Pemerosesan Informasi Level of Processing