Koentjaraningrat memaksudkan etnik sebagai kelompok sosial atau kesatuan hidup manusia yang mempunyai sistem interaksi, sistem norma yang
mengatur interaksi tersebut, adanya kontinuitas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri
dalam Liliweri, 2005. Joe R Feagin mengatakan kelompok etnis adalah sebuah kelompok sosial yang dapat dibedakan sebagian atau bahkan seluruhnya dengan
orang lain atau dari kalangan mereka sendiri; yang pertama dan utama terletak pada kebudayaan dan karakteristik nasionalitas dalam Liliweri, 2005.
Diana mengemukakan bahwa etnik atau yang lazim disebut dengan kelompok etnik adalah kumpulan orang yang dapat dibedakan terutama oleh
karakteristik kebudayaan atau bangsa, meliputi: 1 keunikan dalam perangai trait budaya, 2 perasaan sebagai satu komunitas; 3 mempunyai perasaan
etnosentrisme; 4 status keanggotaan yang bersifat keturunan atau ascribed status; dan 5 berdiam atau memiliki teritorial tertentu dalam Liliweri, 2005.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa etnis adalah suatu istilah yang menggambarkan rasa memiliki suatu karakteristik kebudayaan dari
suatu kelompok yang meliputi adat-istiadat, bahasa, nilai dan norma budaya sehingga dapat mengindikasikan adanya kelompok minoritas dan mayoritas dalam
suatu orang.
2. Karakteristik Etnis Batak Toba
Suku bangsa Batak Toba menarik garis keturunan melalui garis ayah patrilinial. Satu kelompok kerabat dihitung dari satu ayah disebut sa ama, satu
Universitas Sumatera Utara
nenek disebut sa ompung, dan kelompok kekerabatan yang besar adalah marga Bangun dalam Lubis, 1999. Tujuan hidup masyarakat Batak Toba mengacu pada
konsep tentang 3H, yaitu kekayaan hamoraon, kehormatan hasangapon, dan kebahagiaan hagabeon dalam Lubis, 1999.
Kekayaan hamoraon selalu identik dengan harta kekayaan, harga diri, dan anak. Seperti ungkapan yang mengatakan bahwa Anakkonhido hamoraon
diahu anakku adalah harta yang paling berharga bagi saya dalam Lubis, 1999. Kebahagiaan hagabeon adalah kebahagiaan dalam keturunan, artinya keturunan
memberi harapan hidup dalam Lubis, 1999. Kehormatan hasangapon adalah suatu kedudukan seseorang yang dimiliki di dalam lingkungan masyarakat, yang
biasanya status perolehan melalui proses belajar dalam Lubis, 1999. Selama mereka tumbuh dan berkembang orangtua selalu menekankan falsafah ini kepada
anak-anaknya sehingga etnis Batak Toba cenderung memiliki karakter atau sifat yang pekerja keras, gigih, dan selalu berorientasi kedepan.
Menurut Irmawati 2004, orang Batak Toba sangat mementingkan nilai pendidikan bagi anak. Hal ini dikarenakan orang Batak Toba memandang bahwa
jalan menuju tercapainya kedua nilai hamaraon dan hasangapon adalah melalui pendidikan. Hal ini terlihat pada masyarakat Batak Toba yang mayoritasnya
adalah petani dan pedagang kecil dapat mendidik anaknya dengan baik sehingga anak-anak mereka menunjukkan prestasi yang memukau di bidang pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa etnis Batak Toba memiliki karakter yang menunjukkan bahwa mereka memiliki motif berprestasi. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
didasari oleh pola asuh orang tua yang mendidik mereka untuk berusaha menjadi lebih baik melalui pendidikan yang tinggi.
3. Karakteristik Etnis Tionghoa
Orang Tionghoa yang ada di Indonesia dikenal karena keuletan mereka dalam berbisnis. Umumnya, mereka mempunyai bakat berdagang, serta berani
dalam melakukan spekulasi dan bekerja keras. Hal ini dapat dilihat dari berdirinya toko-toko milik orang Tionghoa di pinggir-pinggir jalan. Tidak hanya dalam
bidang perdagangan, generasi muda mereka juga mempunyai talenta atau kecerdasan yang lebih unggul daripada penduduk pribumi As’adi, 2011.
Etnis Tionghoa merupakan etnis dengan ras Mongoloid sedangkan orang Indonesia memiliki ras Melayu, sehingga sudah dapat dibedakan secara jelas
antara orang keturunan Tionghoa dan Indonesia. Oleh karena itu, orang keturunan Tionghoa menjadi ras minoritas di tengah ras Melayu. Hal ini membuat mereka
memiliki motivasi yang tinggi untuk berkembang di negeri orang lain As’adi, 2011. Orang keturunan Tionghoa yang dipersepsikan sebagai minoritas membuat
mereka lebih sadar diri, harus tangguh, harus berkembang, harus melebihi orang lain, dan harus mampu menunjukkan jiwa kompetitif mereka As’adi, 2011.
Ajaran Kong Hu Cu mengajarkan anak-anak Tionghoa untuk selalu hormat terhadap leluhur dan juga orang tua mereka. Orang tua pada etnis
Tionghoa selalu mendidik anaknya untuk selalu bekerja keras, bertanggung jawab, hemat, bijaksana, disiplin, dan menghargai waktu Sitanggang, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Menurut As’adi 2011, karakter dari orang etnis Tionghoa antara lain ulet dalam berbisnis, kuat mempertahankan tradisi, rajin sekaligus tertutup, religius,
dan senang berkumpul dengan sesama etnis. Oleh karena itu, masyarakat Tionghoa dikenal lebih sukses dalam aspek kehidupan ekonomi, pendidikan,
ataupun karier, dan terkesan eksklusif. Sedangkan stereotipe yang ada pada orang Tionghoa adalah memiliki sikap tertutup, angkuh, egoistis, dan pelit As’adi,
2011.
4 . Hipotesis Sapir - Whorf
Menurut hipotesis Sapir-Whorf, struktur dari sebuah bahasa akan mempengaruhi cara individu berpikir Sternberg, 2006. Hipotesis ini berfokus
pada dampak bahasa yang berbeda terhadap pemikiran orang-orang dari budaya yang berbeda. Orang-orang dari bahasa yang berbeda memiliki perbedaan sistem
kognitif dan perbedaan sistem kognitif ini mempengaruhi cara orang bicara tentang perbedaan bahasa di dunia. Konsep dari hipotesis ini menjelaskan bahwa
proses kognitif, seperti pikiran dan pengalaman, dapat dipengaruhi oleh kategori dan pola bahasa seseorang berbicara Sternberg, 2006.
Setiap etnis di Indonesia memiliki bahasa daerah masing-masing. Menurut hipotesi Sapir-Whorf, orang-orang dari bahasa yang berbeda memiliki sistem
kognitif yang berbeda. Salah satu aspek dari kognitif itu sendiri meliputi pemahaman. Berdasarkan uraian ini dapat disimpulkan bhwa etnis memiliki
pengaruh terhadap kemampuan pemahaman bacaan individu.
Universitas Sumatera Utara
E. Anak Sekolah Dasar