Motivasi Intrinsik Faktor Internal
kebijakan-kebijakan yang diambil organisasi; h menguji layaktidaknya program yang akan dilaksanakan; i mengevaluasi atau mengendalikan orang lain atau
kegiatan dengan harapan semua kegiatan orang dalam organisasi bergerak ke tujuan yang telah ditetapkan dalam tahap perencanaan dan dapat segera
ditanggulangi jika ada penyimpangan; j mendiagnosis gejalanya sehingga tindakan preventif bisa dilakukan mengingat tindakan preventif jauh lebih efisien
daripada tindakan kuratif. 2
Fungsi Pemeliharaan Fungsi pemeliharaan berhubungan dengan tindakan-tindakan yang perlu
dilakukan seorang pemimpin untuk mengembangkan dan memelihara kelompok, masyarakat, atau keberadaan organisasi. Fungsi pemeliharaan seorang pemimpin
adalah: a memotivasi karyawan agar karyawan selalu bergairah dan bersemangat dalam bekerja, dengan demikian karyawan yang berkinerja baik menjadi tugas
memimpin, disamping juga tugas karyawan secara pribadi; b menetapkan standar kinerja; c memantau anak buah; d mengekspresikan perasaan senang
atau tidak senang dengan apa yang dilakukan bawahan dengan cara yang baik agar bawahan bisa menangkap maksud dan keinginan pemimpinan dengan baik;
f menciptakan keharmonisan; g mengurangi ketegangan sebab akan berdampak negatif terhadap kinerja, baik kinerja individu, kelompok maupun
organisasi. Mulyasa 2011: 59-60 mengemukakan ada beberapa sikap dan perilaku
yang perlu dimiliki oleh kepala sekolah adalah sebagai berikut: 1.
Memiliki tanggung jawab terhadap jabatan yang dipercayakan kepadanya.
36
2. Memiliki kepedulian dan komitmen yang tinggi untuk mencapai
sesuatu yang bermakna selama menduduki jabatanya. 3.
Menegakkan disiplin waktu dengan penuh kesadaran bahwa disiplin merupakan kunci keberhasilan.
4. Melaksanakan setiap tugas dan kegiatan dengan penuh tanggung jawab,
dan selalu jelas makna value dari setiap kegiatan dalam kaitannya dengan peningkatan mutu lulusan.
5. Proaktif berinisiatif melakukan sesuatu yang diyakini baik untuk
peningkatan mutu pendidikan di sekolah, tidak hanya reaktif hanya melaksanakan kegiatan jika ada petunjuk.
6. Memiliki kemampuan dan keberanian untuk menuntaskan setiap
masalah yang dihadapi oleh sekolahnya. 7.
Menjadi leader yang komunikatif dan motivator bagi stafnya untuk lebih berprestasi, serta tidak bersikap bossy pejabat yang hanya mau
dihormati dan dipatuhi.
8. Memiliki kepekaan dan merasa ikut bersalah terhadap sesuatu yang
kurang pas, serta berusaha untuk mengoreksinya. 9.
Berani mengoreksi setiap kesalahan secara tegas dan bertindak bijaksana, serta tidak permisif mudah mengerti, maklum dan
memafkan kesalahan.
Tati Rosmiati dan Dedy Kurniady, 2011: 126-127 menyatakan bahwa tipe kepimpinan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe, yaitu:
1 Tipe Otoriter
Tipe kepemimpinan otoriter disebut juga tipe kepemimpinan “authoritarian” dalam kepemimpinan yang otoriter, pemimpin
bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya.Dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi
atau menimbulkan sifat apatis, atau sifat-sifat pada anggota-anggota kelompok terhadap pemimpinnya.
2 Tipe “Laissez-faire”
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat
sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya. Pembagian tugas dan kerja
sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa petunjuk atau saran-saran dari pemimpin. Tingkat keberhasilan organisasi atau
lembaga semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari
pemimpin.Struktur organisasinya tidak jelas dan kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pimpinan.
3 Tipe Demokratis
Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai dictator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah
37