Kebijakan Konservasi Energi Kebijakan Perubahan Iklim

Indonesia Energy Outlook 2010 139 Indonesia Energy Outlook 2010 134 Perlu mempertimbangkan aspek lingkungan dan keberlanjutan untuk pembangunan sektor ketenagalistrikan terutama pemanfaatan PLTU batubara di Jawa. Perlu penyiapan lahan pembangkit yang sistematis dan jangka panjang. Perlu manajemen pengadaan batubara yang komprehensif. Perlu memberikan insentif terhadap pembangkit listrik berbahan bakar energi baru tenaga angin, tenaga surya. Perlu situasi yang kondusif untuk menarik investasi seperti kepastian hukum dan hasil survei pendahuluaneksplorasi panasbumi yang dipercaya dan bankable.

7.6 Kebijakan Konservasi Energi

Skenario alternatif SECURITY dan MITIGASI merupakan skenario dasar ditambah dengan konservasi energi dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan. Dalam pelaksanaanya, terdapat banyak kendala di dalam melakukan konservasi energi, diantaranya adalah ketidaksesuaian antara persebaran sumber energi dan konsumen sehingga diperlukan infrastruktur energi baru, rendahnya kesadaran masyarakat, struktur harga energi yang masih belum mendukung, dan adanya disparitas perkembangan ekonomi antar wilayah dan kurangnya koordinasi antar sektor. Untuk mengatasi kendala tersebut beberapa strategi yang perlu dilakukan antara lain menerapkan prinsip-prinsip hemat energi dalam manajemen energi, membudayakan sikap hidup hemat energi, meningkatkan peran stakeholder, meningkatkan kerja sama di tingkat nasional, regional dan internasional dalam rangka akses informasi, pendanaan alih teknologi, meningkatkan penggunaan barang dan jasa dari DN, dan meningkatkan kualitas SDM. Agar program konservasi mencapai sasaran sesuai yang rekomendasi RIKEN Rencana Induk Konservasi Energi Nasional, perlu pengaturan waktu pemakaian listrik rumah tangga melalui pemanfaatan meter elektornik yang dilengkapi dengan pembatas dan timer, perlu mengurangi pemakaian energi yang konsumtif tanpa mengurangi kenyamanan, perlu sosialisasi pentingnya dan manfaat penghematan energi, perlu kampanye hemat energi dan pemberian insentif bagi pelaku hemat energi, perlu pengaturan lalu lintas dan pembangunan infrastruktur transportasi massal Indonesia Energy Outlook 2010 140 Indonesia Energy Outlook 2010 135

7.7 Kebijakan Perubahan Iklim

Undang-undang atau regulasi terbaru yang dikeluarkan pemerintah Indonesia di sektor energi yang ditujukan secara langsung untuk mitigasi perubahan iklim belum ada. Kebijakan terbaru yang memberikan efek langsung terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca GRK untuk semua sektor di Indonesia adalah Non-Binding Commitment yang pertama kali dikemukakan oleh Presiden RI pada pertemuan G-20 di Pittsburgh – USA 25 September 2009 mengenai komitmen tidak mengikat pemerintah Indonesia untuk berupaya mengurangi tingkat emisi sebesar 26 di 2020 dengan kemampuan sendii dan lebih jauh akan mampu mengurangi sampai dengan 41 di 2020 apabila ada bantuan donor. Rencana Aksi Nasional Menghadapi Perubahan Iklim RAN MAPI juga merupakan salah satu aksi-aksi menghadapi perubahan iklim mitgas maupun adaptasi yang melibatkan semua sektor penghasil emisi GRK yang potensial di Indonesia. Undang-undang atau regulasi mengenai perubahan iklim yang secara tidak langsung mengatur pengurangan emisi di sektor energi, adalah: a. UU 231997 Pasal 9, ayat 3: Pengelolaan Lingkungan Hidup b. UU 694: UNFCCC Ratification Act c. UU 1704: Kyoto Protocol Ratification Act d. Pembentukan Institusi: KepMen LH No.5303: Komnas Perubahan Iklim KepMen LH No. 20605: Komnas MPB Undang-undang, regulasi dan kebijakan sektor energi yang pada saat ini lebih diarahkan kepada perbaikan sektor dan bukan untuk tujuan mitigasi perubahan iklim tetapi memilik dampak yang cukup signifikan terhadap pengurangan emisi diantaranya yaitu: a. peningkatan penggunaan dan pengembangan energi renewable , b. mendorong masyarakat untuk melakukan efisiensi energi, c. pemanfaatan clean efficient energy untuk sektor industri, komersial d. penghilangan subsidi bertahap dan restrukturiasi harga energi Meskipun mitigasi perubahan iklim reduksi GHG sektor energi yang dicapai dari aplikasi kebijakan-kebijakan sektor energi adalah by product bukan objective namun efeknya cukup signifikan di dalam pengurangan emisi GRK dari sektor energi. Sebagai contoh, pertimbangan kemampuan penyediaan energi, ketersediaan sumberdaya, harga energi, dan investasi teknologi konversi saat ini sangat mempengaruhi energy supply mix pada Blue Indonesia Energy Outlook 2010 141 Indonesia Energy Outlook 2010 136 Print PEN. Meskipun mitigasi perubahan iklim bukan merupakan tujuan utama dari kebijakan sektor energi melainkan by product kebijakan namun masih terdapat ruang untuk memanfaatkan kebijakan supply security untuk mitigasi perubahan iklim. Upaya-upaya menuju kemandirian energi nasional sedapat mungkin diarahkan sejalan dengan upaya- upaya mitigasi perubahan iklim. Dengan disahkannya UU Energi No. 302007 diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan dan aturan di dalam pembangunan sektor energi. Tujuan disahkannya UU ini salah satunya adalah untuk pengamanan pasokan energi nasional yang berkelanjutan melalui konservasi energi dan penggunaan sumberdaya energi renewable. Melalui undang-undang ini, ditetapkan kebijakan energi nasional, yang mencakup: a. pengamanan pasokan energi untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri, b. penyusunan prioritas pengembangan sumberdaya energi, c. pengoptimalan pemanfaatan sumberdaya energi nasional, d. menetapkan strategi cadangan energi nasional Kebijakanregulasi yang menunjang pelaksanaan undang-undang energi tersebut, yaitu : a. Kebijakan Energi Hijau upaya pengembangan sistem energi yang memaksimalkan renewable energy, energi efisiensi, dan clean energy technology. b. Perpres No.52006: Blue Print PEN 2003-2025 c. Inpres 102005 Efisiensi Energi dan Regulasi Energi, Permen ESDM 00312005 Guideline Pelaksanaan Efisiensi Energi, dan RIKEN d. Inpres 12006 dan INPRES 102006: Pengembangan Industri Biofuel e. UU Energi 302007 f. Permen ESDM No.322008: mandatory penggunaan biofuel 2009: Biofuel di industri pembangkit 2.5, transportasi 1 2010: Biofuel Industri 5, pembangkit 1, transportasi 2.5 -3 2009: Bioethanol Transport asi 5, industri 5 pada 2010, 7. Indonesia Energy Outlook 2010 142 Indonesia Energy Outlook 2010 143 Indonesia Energy Outlook 2010 137

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI