Indonesia Energy Outlook 2010
67
Indonesia Energy Outlook 2010
65
menjadi 2,8-6,4, iii gas meningkat dari 8,8 menjadi 20,9-22,7, iv batubara turun dari 15,6 menjadi 14,9-12,0 dan v LPG meningkat dari 1,5 menjadi 2,4-2,9.
Penurunan pangsa kebutuhan BBM tersebut terutama disebabkan oleh adanya program substitusi minyak
tanah rumah tangga dan komersial ke LPG, program pengembanganpemanfaatan BBN dan substitusi BBM oleh gas dan batubara di industri.
4.2.1 Bahan Bakar Minyak BBM
BBM merupakan jenis energi final yang dominan di Indonesia. Energi ini digunakan di semua sektor kegiatan. Saat ini 2008 konsumen terbesar BBM adalah sektor transportasi
61, diikuti oleh industri 16, rumah tangga 13, PKP 8 dan komersial 2. Berdasarkan Skenario Dasar pada 2010-2030 permintaan BBM akan tumbuh rata-rata 5,4
per tahun Gambar 4.15. Pertumbuhan permintaan BBM menurut sektor pada perioda tersebut adalah sebagai berikut: transportasi 6,30, PKP 4,02, rumah tangga 2,42,
komersial 1,63 dan industri 1,79. Dengan pertumbuhan tersebut pangsa masing-masing sektor pengguna BBM di 2030 menjadi: transportasi 81,0, PKP 9,1, industri 7,8,
komersial 1,6, dan rumah tangga 0,5. Perlu dicatat bahwa masih adanya permintaan BBM di rumah tangga adalah untuk keperluan penerangan di daerah-daerah yang sangat
terpencil yang tidak mempunyai akses listrik walaupun program subsitusi BBM oleh LPG sektor rumah tangga telah tercapai 100.
Penurunan pangsa BBM di industri terkait upaya industri untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM yang harganya mahal dan menggantikannya dengan gas dan
batubara. Masih tingginya pangsa BBM di sektor transportasi terjadi karena pertumbuhan permintaan energi sektor transportasi cukup tinggi sedangkan penetrasi bahan bakar
alternatif di sektor ini BBN, gas masih relatif rendah.
Indonesia Energy Outlook 2010
68
Indonesia Energy Outlook 2010
66
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1,000
2010 2015
2020 2025
2030 J
ut a S
B M
PKP Rumah Tangga
Komersial Industri
Transport
Gambar 4.15 Permintaan BBM 2010-2030 menurut sektor pengguna Skenario Dasar Trend permintaan BBM 2010-2030 pada Skenario Security dan Mitigasi diperlihatkan
pada Gambar 4.16. Sebagai perbandingan, pada gambar tersebut diperlihatkan pula trend permintaan BBM berdasarkan Skenario Dasar. Pertumbuhan permintaan BBM rata-rata
tahunan 2010-2030 menurut Skenario Security dan Skenario Mitigasi adalah masing-masing 4,7 dan 4,4, lebih rendah dibanding Skenario Dasar 5,4. Hal ini terjadi karena adanya
upaya konservasi energi di sektor industri dan komersial.
Indonesia Energy Outlook 2010
69
Indonesia Energy Outlook 2010
67
- 100
200 300
400 500
600 700
800 900
Ba U
Se c
u ri
ty M
it ig
a s
i Ba
U Se
c u
ri ty
M it
ig a
s i
Ba U
Se c
u ri
ty M
it ig
a s
i Ba
U Se
c u
ri ty
M it
ig a
s i
Ba U
Se c
u ri
ty M
it ig
a s
i 2010
2015 2020
2025 2030
J u
ta SBM
RT Komersial
Industri PKP
Transport
Gambar 4.16 Permintaan BBM 2010-2030 Menurut Sektor Pengguna Skenario Dasar, Security dan Mitigasi
Berdasarkan jenisnya, BBM terbagi atas premium, minyak solar transportasi ADO, minyak solar industri IDO, minyak bakar FO, minyak tanah, avtur dan avgas. Saat ini
2008 konsumsi BBM menurut jenisnya didominasi oleh minyak solar 41,8, diikuti oleh premium termasuk pertamax 31,5, minyak tanah 12,7, minyak bakar 8, avtur 4,2,
BBN 1,6 dan sisanya berupa IDO dan avgas. Perlu dicatat bahwa yang dimaksud BBN dalam hal ini adalah campuran BBN dengan premium biopremium, pertamax
biopertamax atau dengan solar biosolar dimana komponen BBN-nya sekitar 5. Berdasarkan trend Skenario Dasar 2010-2030, pertumbuhan permintaan tahunan
rata-rata masing-masing jenis BBM adalah sebagai berikut: avtur 5,41, premium 3,06, ADO minyak solar 1,43, IDO solar industri 0,12, FO minyak bakar minus 2,01,
minyak tanah 0,57. Dengan pertumbuhan tersebut pangsa masing-masing jenis BBM pada tahun 2030 menjadi premium 53,95, minyak solar 41,96, avtur 11,06, minyak bakar
1,96, minyak tanah 2,90 dan IDO 1,20. Pangsa jenis BBM 2030 menurut Skenario Security dan Mitigasi tidak banyak berbeda dengan Skenario Dasar.
Indonesia Energy Outlook 2010
70
Indonesia Energy Outlook 2010
68
4.2.2 Gas Bumi