Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Sektor Energi

Indonesia Energy Outlook 2010 123 Indonesia Energy Outlook 2010 118

BAB VII KEBIJAKAN ENERGI

Pada IEO 2010 telah dikembangkan tiga skenario trend perkembangan energi, yaitu Skenario Dasar BAU dan 2 Skenario Alternatif Security dan Mitigasi. Kebijakan sektor energi yang tercakup di dalam pertimbangan prakiraan perkembangan energi dimasa mendatang pada IEO 2010 ini diantaranya adalah kebijakan energi nasional Perpres No. 5 2005, kebijakan konservasi energi nasional RIKEN, mandatori pemanfaatan biofuel BBN, dan konversi minyak tanah ke LPG. Rencana-rencana pembangunan sektor energi yang ada juga tercakup di dalam pertimbangan prakiraan perkembangan energi dimasa mendatang. Perubahan organisasi di Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral juga diperkirakan akan berpengaruh pada perkembangan energi masa mendatang. Hal yang paling menonjol adalah dipisahnya Dipisahnya Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi menjadi Direktorat Jenderal Lisrik dan Direktorat Jenderal Konservasi dan Energi Baru Terbarukan serta masuknya pengelolaan panas bumi ke yang semula pada Direktorat Jenderal Minerba-Pabum ke Direktorat Jenderal Konservasi dan Energi Baru Terbarukan. Disamping itu dengan mulai aktifnya Dewan Energi Nasional sesuai amanah UU Energi No.302007 diperkirakan akan memberikan suasana baru yang positif dalam perkembangan energi nasional masa mendatang. Untuk mencapai target keberhasilan penyediaan energi secara maksimal sebagaimana yang dihasilkan pada Skenario BAU dan Skenario SECURITY dan Skenario MITIGASI, masih diperlukan berbagai kebijakan yang kondusif dan rencana-rencana strategis pemerintah di sektor energi. Pada bab ini, disampaikan penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan kebijakan-kebijakan pemerintah di sektor energi, kebijakan-kebijakan yang telah ada dan kebijakan-kebijakan yang kondusif yang masih dibutuhkan untuk mencapai mencapai target keberhasilan penyediaan energi pada ketiga skenario.

7.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Sektor Energi

Pada IEO 2010 yang dimaksud dengan kebijakan pemerintah di bidang energi adalah petunjuk-petunjuk directives yang dirumuskan oleh pemerintah dengan tujuan: a. menunjukkan gambaran yang jelas dan pasti mengenai arah direction dan sasaran goal pengembangan sektor energi di Indonesia; Indonesia Energy Outlook 2010 124 Indonesia Energy Outlook 2010 119 b. menciptakan dan membangun iklim dan kondisi yang diperlukan untuk memfasilitasi terlaksananya strategi pengembangan sektor energi agar dapat terwujud sasaran dan tujuan pengembangan sektor energi; dan c. memberikan kepastian kepada unsur-unsur dunia usaha, masyarakat luas, dan penyelenggara pemerintahan mengenai arah, ruang lingkup, dan tingkat keleluasaan masing-masing dalam memilih upaya-upaya berkaitan dengan strategi tersebut. Rumusan arah sasaran goal yang jelas mengenai kebijakan pemerintah di sektor energi dan strategi mewujudkan sasaran tersebut merupakan syarat utama perumusan kebijakan dengan struktur sistem kebijakan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7.1. diimplementasikan melalui berbagai Sasaran Strategi Program Aktifitas Sektor Energi diwujudkan dengan direalisasikan dengan melaksanakan diungkapkan dalam bentuk Kebijakan a. Pernyataan kebijakan ‘policy pronouncement’; b. Instrumen kebijakan ‘policy instruments’, yaitu peraturan perundangan; c. Tindakan-tindakan pelaksanaan kebijakan ‘policy measures’. m e nc ipt a ka n i kl im y a ng m e nduku ng pe r w u jud a n da n pe la ks a na a n Gambar 7.1 Cakupan dan struktur rumusan kebijakan Sebagaimana dirumuskan pada Peraturan Presiden No. 52006 mengenai Kebijakan Energi Nasional KEN, kebijakan sektor energi bertujuan untuk mengarahkan upaya-upaya mewujudkan keamanan pasokan energi di dalam negeri dengan sasaran utama peningkatan ketahanan dan kemandirian energi dan peningkatan pengelolaan sumber daya mineral dan pertambangan. Indonesia Energy Outlook 2010 125 Indonesia Energy Outlook 2010 120 Pembangunan dalam rangka peningkatan ketahanan dan kemandirian energi dilakukan untuk mencapai beberapa hal, yakni: a. diversifikasi atau bauran energi yang dapat menjamin kelangsungan dan jumlah pasokan energi di seluruh wilayah Indonesia dan untuk seluruh penduduk Indonesia dengan tingkat pendapatan yang berbeda-beda; b. meningkatnya penggunaan Energi Baru Terbarukan dan berpartisipasi aktif dan memanfaatkan berkembangnya perdagangan carbon secara global; c. meningkatnya efisiensi konsumsi dan penghematan energi baik di lingkungan rumah tangga maupun industri dan sektor transportasi; dan d. meningkatnya produksi dan pemanfatan energi yang bersih dan ekonomis. Sasaran-sasaran yang akan dicapai dalam pembangunan ketahanan dan kemandirian di sektor energi adalah: a. tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari 1 satu pada tahun 2025 b. terwujudnya energi primer mix yang optimal pada tahun 2025 dengan pangsa masing- masing jenis energi terhadap konsumsi energi nasional: minyak bumi menjadi kurang dari 20 dua puluh persen. gas bumi menjadi lebih dari 30 tuga puluh persen. batubara menjadi lebih dari 33 tiga puluh tiga persen. bahan bakar nabati biofuel menjadi lebih dari 5 lima persen. panas bumi menjadi lebih dari 5 lima persen. energi baru dan energi terbarukan lainnya, khususnya biomassa, nuklir, tenaga air, tenaga surya, dan tenaga angin menjadi lebih dari 5 lima persen. batubara yang dicairkan melalui liquefiedgasified coal menjadi lebih dari 2. Dalam rangka menjamin pasokan energi di dalam negeri dan mendukung pembangunan berkelanjutan, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan energi. Kebijakan tersebut meliputi kebijakan intensifikasi, konservasi, dan diversifikasi energi. Kebijakan Energi Nasional yang dikeluarkan pemerintah pada tahun 2006 melalui PerPres No. 52006 diharapkan dapat menjadi rujukan dalam rangka mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan. Sasaran KEN dalam kurun waktu 2005 s.d 2025 meliputi program konservasi dan diversifikasi dengan target bauran energi primer yang hendak dicapai pada tahun 2025 sbegaimana dijelaskan di atas. Indonesia Energy Outlook 2010 126 Indonesia Energy Outlook 2010 121

7.2 Kebijakan Umum Sektor Energi