9
BAB II LANDASAN TEORITIS
Dalam keseluruhan bab ini penulis akan menjelaskan secara gamblang arti dan batasan tentang refleksi, pelayanan kasih dan awam kristiani. Selanjutnya
penulis juga membahas secara terpisah ensiklik Deus Caritas Est yang menjadi acuan bagi penulis untuk merefleksikan kegiatan-kegiatan pelayanan awam
Kristiani secara khusus di Stasi Maria Assumpta Ngrendeng, Paroki St. Yoseph Ngawi.
A. Refleksi
Refleksi dalam arti umum berarti meditasi yang mendalam, yang bersifat memeriksa. Meditasi ini berbeda dengan persepsi yang sederhana atau dengan
putusan-putusan langsung, involunter mengenai suatu objek. Sedangkan refleksi dalam arti khusus berarti berpalingnya perhatian seseorang dari objek-objek
eksternal, yang mendapat perhatian utama dalam soal-soal biasa, kepada kegiatan rohani sendiri dan kepada cara berada objek-objek tersebut. Karena itu konsep
refleksi berpautan dengan konsep kesadaran Behbehani, 2003:26 Realitas tindakan masa kini yang komprehensif itu adalah objek refleksi
kritis. Karena tindakan muncul dari diri, objek refleksi yang pertama adalah diri yang merefleksikan. Seluruh refleksi pada mulanya adalah refleksi diri karena
ketika seseorang merefleksikan suatu kegiatan yang sedang dijalankan, sebenarnya
ia sedang merefleksikan diri yang diekspresikan dalam kegiatan tersebut. Hanya dengan merefleksikan objektifikasinya sendiri dalam tindakan subjek dapat
menjadi dirinya sendiri yang sesuai Ricoeur, 1977:43-45. Refleksi atas diri juga dalam arti bahwa dalam cara mengetahui praksis, seseorang mulai dengan
pengetahuannya sendiri yang bersifat membentuk, bersama cara seseorang membuat makna keluar dari tindakan yang mereka lakukan. Meskipun refleksi
kritis mulanya terjadi atas diri sendiri, pada akhirnya akan bermuara pada konteks sosial yang dengannya diri memperoleh identitas diri. Seluruh konteks sosiokultural
dengan norma-normanya, hukum-hukumnya, pengharapan-pengharapannya, ideologi-ideologinya, sturktur-strukturnya, dan tradisi-tradisinya membentuk
tindakan masa kini bagi refleksi kritis para partisipan Groome, 2010:270. Dalam
konteks Gereja
Katolik, refleksi
merupakan tindakan
“mengumpulkan kembali” pengalaman yang telah dialami untuk kemudian dievaluasi dan dimaknai secara holistik. Behbehani, 2003:26. Dengan demikian
refleksi bisa dipahami sebagai sebuah perenungan atas pengalaman rohani yang dibarengi dengan tindakan introspeksi diri agar menjadi pribadi yang lebih
berkualitas secara rohani. Refleksi merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak boleh diabaikan. Ada saatnya, ketika manusia terpuruk atau mengalami
tekanan kehidupan, refleksi memberikan jawaban dan harapan. Untuk itu refleksi sangat penting dan seharusnya menjadi rutinitas selama manusia hidup.