34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini penulis menguraikan empat pokok bahasan penting mengenai partisipasi umat Stasi Sta. Maria Assumpta Ngrendeng dalam
mengemban tugas pelayanan kasih, yakni a laporan penelitian berupa temuan umum dan temuan khusus, b pembahasan hasil penelitian, c analisis faktor
internal dan eksternal pelayanan umat dengan menggunakan model analisis SWOT, dan d refleksi teologis atas hasil temuan penelitian.
Penulis memawancarai 5 responden terpilih yang masing-masing mewakili kelompok umur dan posisijabatan dalam struktur organisasi stasi. Responden
pertama R1 adalah tokoh umat yang pernah menjabat sebagai Ketua Stasi Perdana. Responden kedua R2 adalah tokoh umat Stasi Ngrendeng. Responden
ketiga R3 adalah Ketua Stasi yang bertugas saat ini. Responden keempat R4 adalah perwakilan orang dewasa. Sedangkan responden kelima R5 merupakan
perwakilan kelompok orang muda.
A. Temuan Umum
Penulis menguraikan hal-hal umum mengenai Stasi Sta. Maria Assumpta Ngrendeng seperti kondisi geografis, kondisi demografis kependudukan, kondisi
sosial dan budaya, serta visi dan misi stasi. Oleh karena tidak ada dokumen tertulis yang menguraikan secara gamblang profil Stasi Ngrendeng maka penulis berupaya
mengumpulkan data-data primer melalui observasi awal 23-28 Mei 2016 dan wawancara 21-28 Agustus 2016.
1. Kondisi Geografis
Wilayah stasi Ngrendeng terletak persis di bagian utara kawasan Gunung Lawu. Stasi tersebut berada di wilayah Desa Ngrendeng, Kecamatan Sine
Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Berdasarkan administrasi Gerejawi bagian timur berbatasan dengan Hutan, bagian barat berbatasan dengan Stasi Hargosari, bagian
utara berbatasan dengan Stasi Ngrambe, dan bagian selatan berbatasan dengan Stasi Banjaran. Jika dilihat dari sudut pandang pemerintahan maka bagian timur
berbatasan dengan hutan, bagian barat berbatasan dengan Desa Hargosari, bagian utara berbatasan dengan Desa Sambirejo dan Desa Sumberejo, sedangkan bagian
selatan berbatasan dengan Desa Girikerto. Stasi ini hanya memiliki satu lingkungan. Ketika mengetahui hal ini -
penulis awalnya tidak percaya karena umumnya sebuah stasi memiliki lebih dari satu lingkungan. Namun dari cerita beberapa responden penulis diyakinkan bahwa
memang Stasi Ngrendeng hanya memiliki satu lingkungan. Alasannya karena wilayah Ngrendeng jauh dari Stasi Sine. “Dulu memang kita bergabung dengan
Sine. Namun karena terlalu jauh maka kami minta kepada Romo supaya Ngrendeng dimekarkan sebagai sebuah stasi. Karena alasan jarak dinilai masuk akal maka
akhirnya kami mekar sebagai sebuah stasi sendiri.” [Lampiran 2, 1]. Berdasarkan hasil observasi penulis, memang benar bahwa jarak tempuh Sine dan Ngrendeng
adalah 14 km dan tidak ada transportasi umum antara Sine dan Ngrendeng membuat umat semakin sulit untuk mengikuti kegiatan keagamaan.
2. Kondisi Demografis
Berdasarkan data Stasi tahun 2015, umat Katolik di Stasi Ngrendeng berjumlah 39 orang yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 23 orang perempuan.
Seturut data pekerjaan, sebagian besar umat Katolik di Ngrendeng bekerja sebagai buruh 58,3 sedangkan 41,67 lainnya merupakan petani di sawah dan ladang.
Meskip jumlah mereka masih sangat sedikit namun mereka tetap semangat melaksanakan berbagai kegiatan rohani di gereja. Dengan semua keterbatasan yang
ada, mereka tetap bahu-membahu mempertahankan iman mereka kepada Kristus. Sejauh pengamatan penulis, sebagaian besar umat yang saat ini berdomisili
di Ngrendeng adalah kelompok orang dewasa yang sudah berkeluarga dan kelompok lanjut usia. Ketika beranjak dewasa dalam hal ini setelah menyelesaikan
pendidikan menengah pertama, mereka akan memilih pindah ke kota untuk melanjutkan pendidikan tingkat atas dan kuliah. Begitu juga setelah selesai
bersekolah, umumnya mereka memilih merantau - mencari penghidupan yang layak di daerah lain. Selain itu, ada pula yang meninggalkan kampung karena
menikah dengan orang luar daerah.
3. Kondisi Sosial dan Budaya
Umat di Stasi Ngrendeng adalah kelompok masyarakat yang sangat homogen. Umumnya mereka adalah penduduk suku asli Jawa. Hanya ada satu umat
yang menikah dengan orang Batak, namun kemudian dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Situasi kehidupan kemasyarakatan yang sangat
kental dengan etnis Jawa memudahkan mereka untuk bersosialiasi satu terhadap yang lain. Solidaritas menjadi satu ciri masyarakat yang homogen. Orang bisa
dengan mudah solider dengan sesamanya karena ada kesamaan budaya, bahasa bahkan agama. Poin ini akan muncul pada uraian-uraian selanjutnya mengenai
spirit pelayanan kasih. Hal yang lebi khas nampak dalam keseharian masyarakat di Ngrendeng adalah semangat gotong-royong. Sense of homogenity menjadi motor
yang mampu menggerakan orang untuk bisa saling membantu. Hemat penulis, ini menjadi salah satu poin kunci yang akan mendasari fondasi pelayanan kasih umat
di Stasi Maria Assumpta Ngrendeng. Kebiasaan lain yang masih kental dengan kebudayaan Jawa yakni ritual
kelahiran dan kematian. Berdasarkan adat Jawa, proses kehidupan selalu beriringan dengan tradisi. Nguri-nguri kebudayaan Jawa, melestarikan kebudayaan Jawa.
Ritual ini dilakukan dengan doa-doa berbahasa Jawa. Masih banyak ritual inkulturatif lainnya yang sangat diminati oleh umat Stasi Ngrendeng. Salah satu
alasan mendasar kenapa orang Jawa gampang menerima ajaran Katolik karena mengakomodasi
kepercayaan-kepercayaan asali
masyarakat Jawa
dan menginkulturasikan dalam perayaan-perayaan sakramen.
4. Visi dan Misi Stasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, penulis mendapatkan sebuah jawaban yang pasti bahwa pioner Stasi Maria Assumpta Ngrendeng adalah