Asam Askorbat PENELAAHAN PUSTAKA

9 ukurannya injeksi dibagi menjadi dua yaitu larutan intravena volume besar dan injeksi volume kecil. Larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 mL. Injeksi volume kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah bertanda volume 100 mL atau kurang Suplemen I Farmakope Indonesia V, 2015. Gambar 1. Ampul sebelum diisi dan disegel Allen, Popovich, and Ansel, 2011 Wadah dosis tunggal dapat berupa ampul atau vial dosis tunggal. Ampul Gambar 1 disegel dengan mengelas kontainer pada kondisi aseptik dan didesain memiliki bentuk leher sedemikian rupa sehingga mudah dipisahkan dari bagian badan tanpa menghancurkan bahan gelasnya Allen dkk., 2011.

C. Asam Askorbat

Asam askorbat atau acidum ascorbicum memiliki nama kimia 5R-5- [1S-1,2-dihydroxyethyl]-3,4-dihydroxyfuran-25H-one. Senyawa ini merupakan kristal tidak berwarna atau serbuk kristal berwarna putih atau hampir putih yang sangat larut dalam air dan larut dalam alkohol. Asam askorbat disimpan pada wadah kedap udara, terlindung dari cahaya, pada suhu ruangan penyimpanan 8 - 15 o C Ph. Eur. 5, 2004. Asam askorbat dengan rumus kimia C 6 H 8 O 6 memiliki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 berat molekul 176,1 gmol, pK a = 4,2; 11,6 pada suhu 25 o C, dan log P oktanol : air = 1,8 Moffat, David, and Widdop, 2011. Terdapat dua bentuk enansiomer asam askorbat yaitu L-ascorbic acid dan D-ascorbic acid dan yang memiliki aktivitas tinggi adalah L-ascorbic acid Nasheed dan Qamar, 2015. Injeksi asam askorbat adalah larutan steril asam askorbat dalam air untuk injeksi yang dibuat dengan penambahan natrium hidroksida, natrium karbonat atau natrium bikarbonat; mengandung asam askorbat C 6 H 8 O 6 tidak kurang dari 90,0 dan tidak lebih dari 110,0 dari jumlah yang tertera pada etiket. Syarat pH untuk sediaan injeksi asam askorbat adalah 5,5 – 7,0 Farmakope Indonesia V, 2015. Kadar asam askorbat dalam jaringan dengan pemberian secara intravena IV secara signifikan lebih besar dari pemberian secara oral kurang lebih 25 kalinya. Penelitian terhadap model farmakokinetik asam askorbat menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi asam askorbat dalam plasma dengan pemberian oral hanya memberikan sedikit peningkatan dari 70 mmolL menjadi maksimal 220 mmolL sedangkan pada administrasi IV peningkatannya bisa sebesar 14.000 mmolL Stargrove, Treasure, and McKee, 2008. Menurut Arroyave 2015 asam askorbat dalam dosis sangat besar memiliki beberapa resiko seperti hyperuricemia, batu ginjal urea, batu ginjal oksalat, dan menghambat absorbsi vitamin B12. Gambar 2. Struktur asam askorbat Ph. Eur. 5, 2004. 11 Sebagian besar agen pemutih kulit tipe inhibitor tirosinase termasuk asam askorbat AA merupakan inhibitor kompetitif yang bekerja dengan cara berikatan dengan tirosin. Perlu diperhatikan bahwa inhibitor kompetitif untuk tirosinase ini tidak dapat menghambat pembentukkan melanin kecuali tersedia dalam konsentrasi tinggi sehingga cukup untuk mengantisipasi tirosinase agar tidak berikatan dengan tirosin Acton, 2013. Asam askorbat memiliki berbagai fungsi biologis antara lain menginduksi sintesis kolagen, memperkuat jarikan kulit, mengurangi pigmentasi, dan memiliki aktivitas anti radikal bebas. Sayangnya, AA sangat sensitif terhadap cahaya, agen pengoksidasi dan ion logam, pemanasan, dan juga sangat mudah terdegradasi dalam aqueous solution Lee dkk., 2004. Diketahui bahwa larutan asam askorbat dapat distabilkan menggunakan asam metafosfat Golubitskii dkk., 2007. Asam askorbat dapat digunakan sebagai agen pemutih kulit Thongchai dkk., 2007. Stabilitas merupakan masalah utama analisis asam askorbat. Banyak faktor yang menyebabkan ketidakstabilan asam askorbat antara lain cahaya, suhu, pH, dan oksigen Hu, Li, Luo, Yang, and Liu, 2012. Degradasi asam askorbat merupakan proses yang sangat kompleks dan melibatkan sejumlah reaksi oksidasireduksi. Asam askorbat sangat tidak stabil dalam aqueous solution yang akan langsung mengubah senyawa tersebut menjadi asam dehidroaskorbat DHA yang reversible. Selanjutnya DHA akan teroksidasi lebih lanjut menjadi berbagai variasi senyawa, contohnya adalah pembentukkan 2,3-diketo-L-gulonic acid dan L-xylosome seperti yang terdapat pada Gambar 3 dan reaksi oksidasi lanjutan ini tidak reversible. Kunci utama proses degradasi asam askorbat terletak pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 ionisasi gugus hidroksi senyawa ini, maka kontrol pada tahap ionisasi gugus hidroksi asam askorbat mungkin dapat membantu melindungi senyawa ini dari degradasi dalam aqueous system Lee dkk., 2004. Gambar 3. Skema reaksi lanjutan degradasi asam askorbat dalam aqueous solution Lee dkk., 2004. Suhu juga merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi stabilitas asam askorbat. Dijelaskan oleh Ghosh, Das, Bagchi, dan Smarta 2013 bahwa struktur tak jenuh asam askorbat mengakibatkan asam askorbat sangat mudah teroksidasi selama pemanasan, dimana asam askorbat teroksidasi menjadi dehydroascorbic acid DHA yang selanjutnya terdegradasi lebih jauh menjadi 3- hydroxy-2-pyrone 3H2P pada pH 2-5; 2-furoic acid 2FA pada pH 2; dan 2,5- dimethyl-4-hydroxy-32H-furanone DMHF pada pH 5. Menurut Novakova dkk. 2008, penggunaan penangas es pada tahap preparasi sampel dapat meminimalkan pengaruh suhu pada degradasi asam askorbat. Degradasi akibat pengaruh cahayafotosensitivitas yang paling banyak terjadi adalah fotooksidasi. Reaksi fotokimia ini menghasilkan senyawa antara yang reaktif radikal dan ion dan akan bereaksi lebih lanjut melibatkan panas Koutchma, Forney, and Moraru, 2009. Menurut Novakova dkk. 2008 asam askorbat terdegradasi pada cahaya alami dan diperlukan pengemas berbahan kaca coklat, dan bila perlu wadah 13 dilapisi dengan aluminium foil. Adanya ion logam juga merupakan faktor yang dapat menurunkan stabilitas asam askorbat dalam larutan. Beberapa ion logam yang dapat mengganggu stabilitas antara lain: Cu 2+ , Fe 2+ , Mg 2+ , Ca 2+ , Mn 2+ , dan Zn 2+ . Keadaan ini dapat ditangani dengan menggunakan agen pengkelat seperti ethylene diamine tetraacetic acid EDTA atau monosodium glutamate MSG Novakova dkk., 2008. Banyak metode analisis yang dapat digunakan untuk menetapkan kadar asam askorbat. Teknik konvensional yang direpresentasikan dengan metode volumetrik yaitu titrasi menggunakan larutan oksidator memiliki kelemahan yaitu tidak dapat digunakan untuk sampel yang mengandung agen reduktor selain asam askorbat Fadhel, 2012. Disamping itu, metode volumetri juga kurang sensitif pada senyawa analit asam askorbat dengan konsentrasi kecil Hu dkk., 2012. Metode kolorimetri yang sering digunakan dalam analisis asam askorbat melibatkan reduksi besi III diikuti penambahan agen pengkelat seperti ferrozine agar menghasilkan larutan berwarna yang kuat dan stabil dari kompleks besi II. Metode ini memiliki kelemahan yaitu sensitivitas dan spesifisitas yang buruk, membutuhkan banyak waktu, dan tidak dapat digunakan apabila terdapat interfering agent sedangkan jika interfering agent tersebut dihilangkan berisiko terhadap hilangnya sebagian atau seluruh senyawa asam askorbat Washko, Hartzell, and Levine, 1989. Terdapat pula metode spektrofotometri asam askorbat total berdasarkan oksidasi asam askorbat menjadi asam dehidroaskorbat menggunakan larutan bromine dan hasilnya dikopling dengan 2,4-dinitrophenyl hydrazine. Metode ini juga memiliki kelemahan yaitu dapat memberikan hasil 14 positif palsu apabila terdapat senyawa glukosa yang strukturnya menyerupai asam askorbat di dalam sampel Kapur dkk., 2012. Metode spektrofotometri berdasarkan oksidasi asam askorbat yang menggunakan Fe III dan 1,10- phenantroline, memiliki kelemahan yang sama yaitu dapat memberikan hasil positif palsu apabila terdapat senyawa reduktor selain asam askorbat di sampel seperti sitrat, oksalat, dan tartrat. Maka dikembangkan metode menggunakan copper II-neocuproine yang lebih selektif daripada Fe III Guclu, Sozgen, Tutem, Ozyurek, and Apak, 2005. Menurut Hu dkk. 2012, terdapat metode lain seperti deteksi elektrokimia, flow injection method, dan capillary zone electrophoresis, tetapi metode tersebut rumit dan instrumen yang digunakan jarang tersedia di sebagian besar laboratorium. Selain itu terdapat pula kromatografi kiral yaitu pemisahan enansiomer menggunakan kolom KCKT kiral, kolom yang menggunakan fase diam kiralchiral stationary phase Phenomenex, 2015. Produk farmasetis dan sediaan kosmetik asam askorbat sering kali mengandung banyak eksipien untuk melindungi asam askorbat dari efek oksidasi dan menghindari aktivitas mikroba yang dapat menjadi pengganggu dalam analisis. Dilihat dari stabilitas asam askorbat yang rentan teroksidasi, produk degradasi asam askorbat juga berpotensi menjadi senyawa pengganggu Mitic, Kostic, Naskovic-Dokic, and Mitic, 2011. Penggunaan KCKT dapat meningkatkan spesifisitas dan sensitivitas analisis, serta memerlukan waktu yang relatif lebih singkat Washko dkk., 1989. Metode KCKT juga selektif dan dapat 15 digunakan untuk evaluasi stabilitas asam askorbat dalam sediaan farmasetis dan kosmetik Mitic dkk., 2011.

D. Spektrofotometri UV

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Asam Salisilat Dalam Sediaan Bedak Salicyl Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

76 458 36

Optimasi komposisi dan kecepatan alir fase gerak metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik untuk penetapan kadar asam askorbat dalam sediaan larutan injeksi obat pemutih kulit merk ``X``.

0 10 99

Validasi metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik untuk penetapan kadar asam askorbat dalam sediaan larutan injeksi obat pemutih kulit merek "X".

1 1 114

Validasi metode kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik pada penetapan kadar nikotin dalam ekstrak tembakau pada rokok ``Merek X``.

0 3 131

Penetapan kadar aspartam dalam minuman serbuk beraoma merek ``X`` secara kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 0 83

Validasi metode penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair obat herbal terstandar merk Kiranti secara kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 0 118

VALIDASI METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK PADA PENETAPAN KADAR KURKUMIN DALAM SEDIAAN KAPSUL LUNAK OBAT HERBAL TERSTANDAR MEREK RHEUMAKUR

1 1 111

Penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair obat herbal terstandar merk Kiranti secara kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 0 117

Penetapan kadar guaifenesin yang tercampur dengan salbutamol sulfat dalam sediaan sirup merek ``x`` menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik - USD Repository

0 1 130

Validasi metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik untuk penetapan kadar salbutamol sulfat dan guaifenesin dalam sediaan sirup merek ``x`` - USD Repository

0 0 138