51
bersifat polar akan lebih kuat berikatan dengan fase gerak. Asam askorbat merupakan suatu senyawa yang bersifat polar log P oktanol : air = 1,8 sehingga
secara teori asam askorbat akan terelusi dengan cepat yang dapat ditunjukkan dengan waktu retensi yang pendek. Interaksi asam askorbat dengan fase diam
adalah interaksi gaya London Gambar 16 sedangkan interaksi yang terjadi pada asam askorbat dengan fase gerak adalah interaksi hidrogen Gambar 17.
Berdasarkan penjelasan interaksi yang terjadi antara asam askorbat dengan fase diam dan fase gerak, dapat dikatakan bahwa interaksi asam askorbat dengan fase
diam merupakan interaksi yang bersifat lemah sehingga asam askorbat cenderung
berinteraksi lebih kuat dengan fase gerak.
Gambar 16. Interaksi asam askorbat dengan fase diam oktadesilsilan
Gambar 17. Interaksi asam askorbat dengan fase gerak metanol : bufer fosfat
F. Analisis Kuantitatif
Penetapan volume injeksi dalam wadah dilakukan pada 10 kemasan sediaan larutan injeksi asam askorbat sebagai tahap awal identifikasi untuk
mengetahui keseragaman kandungan dari sediaan larutan injeksi asam askorbat merek ―X‖. Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi V batas kelebihan volume
yang diperbolehkan untuk sediaan larutan injeksi cair adalah 0,30 mL dari volume yang tertera pada label Tabel VI dan tidak ada vial yang memiliki volume
52
kurang dari volume yang tertera pada label. Dari penetapan volume injeksi yang dilakukan, tidak ada satu pun vial yang menyimpang dari persyaratan. Hal ini
menunjukkan bahwa dari enam kemasan sediaan larutan injeksi pemutih kulit merek ―X‖ memiliki keseragaman volume yang baik.
Tabel VI. Data penetapan volume injeksi sampel larutan injeksi asam askorbat
Analisis kuantitatif dilakukan dengan menghitung kadar asam askorbat dalam sampel yang mengandung 1000 mg asam askorbat setiap 5 mL 20 bv.
Analisis kuantitatif dilakukan enam kali replikasi menggunakan enam vial sampel dengan nomor batch yang sama. Dilakukan pembuatan larutan stok sampel
dengan konsentrasi 1000 µgmL, lalu dibuat larutan sampel dengan konsentrasi asam askorbat 240 ppm. Respon AUC sampel yang didapat kemudian
disubstitusikan ke persamaan kurva baku asam askorbat Y = 70202X – 296485
sehingga diperoleh kadar asam askorbat seperti yang tertera pada Tabel VII. Rentang kadar yang dipersyaratkan untuk sediaan larutan injeksi yang
mengandung asam askorbat adalah 90-110 dari kadar yang tertera pada label kemasan Farmakope Indonesia V, 2015 maka rentang kadar yang diperbolehkan
untuk asam askorbat pada sampel larutan injeksi merek ―X‖ penelitian ini adalah 900-1100 mg5mL. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh kadar asam askorbat
412,479 ± 60,765 mg5mL dan tidak ada satupun sampel yang masuk ke dalam
No Volume Terukur mL
1 5,19
2 5,05
3 5,15
4 5,22
5 5,18
6 5,09
53
rentang yang dipersyaratkan sehingga dapat dinyatakan bahwa kadar asam askorbat terukur tidak sesuai dengan kadar asam askorbat yang tertera pada label
kemasan. Nilai RSD yang diperoleh adalah 14,732 juga tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan yaitu ≤ 2 Horwitz, 2007.
Tabel VII. Hasil Pengukuran Kadar Sampel Injeksi Pemutih Kulit Merek “X”
Replikasi ke
AUC mAU
Kadar asam
askorbat µgmL
Kadar x faktor pengenceran
µgmL Kadar
asam askorbat
bv Kadar asam
askorbat mg5mL
1 5709835
85,558 71298,048
7,130 356,490
2 5965200
89,195 74328,869
7,433 371,644
3 6648650
98,931 82442,170
8,244 412,211
4 6212242
92,714 77261,358
7,726 386,307
5 8565223
126,232 105192,913
10,519 525,965
6 6817926
101,342 84451,329
8,445 422,257
Rata-rata 412,479
SD 60,765
RSD 14,732
Sebagian besar agen pemutih kulit termasuk asam askorbat merupakan inhibitor tirosinase bertipe kompetitif. Asam askorbat mereduksi aktivitas
tirosinase dengan berinteraksi dengan ion tembaga pada sisi aktif tirosinase sehingga tirosinase tidak dapat berikatan dengan tirosin dan menghambat
terbentuknya melanin Sadick, 2010. Perlu diperhatikan bahwa inhibitor kompetitif untuk tirosinase ini tidak dapat menghambat pembentukkan melanin
kecuali tersedia dalam konsentrasi tinggi sehingga cukup untuk mengantisipasi tirosinase agar tidak berikatan dengan tirosin Acton, 2013. Maka dari itu asam
askorbat sebagai agen pemutih kulit tersedia dalam kadar yang cukup besar. Apabila ternyata kadar asam askorbat lebih rendah dari yang tertera dalam label
akan terjadi subdosis dan efek dari sediaan obat tersebut tidak tercapai yang tentunya akan merugikan konsumen.
54
Hasil penelitian yang tidak memenuhi persyaratan dapat disebabkan terutama oleh ketidakstabilan asam askorbat. Diketahui bahwa asam askorbat
merupakan senyawa yang sangat tidak stabil terutama dalam aqueous solution, sedangkan sampel yang digunakan merupakan sediaan injeksi asam askorbat
dalam aqueous solution. Asam askorbat memiliki nilai pKa = 4,2 Moffat dkk., 2011, pH media pembawa yang lebih besar dari pKa asam askorbat akan
meningkatkan ionisasi asam askorbat, sedangkan pH sampel dalam penelitian ini adalah pH = 6,5 sehingga kemungkinan asam askorbat sudah terionisasi. Sampel
pada penelitian ini menggunakan wadah berupa vial putih bening yang tembus cahaya Gambar 18. Dari sisi pengemasan dapat dikatakan bahwa kemasan
kurang memperhatikan aspek stabilitas asam askorbat yang sensitif terhadap cahaya sehingga menyebabkan fotooksidasi. Hal-hal tersebut beserta faktor
lainnya seperti suhu, oksigen, dan ion logam juga dapat menjadi penyebab terdegradasinya asam askorbat, terutama apabila faktor-faktor ini tidak atau
kurang terkontrol selama sediaan beredar di pasaran. Disamping faktor-faktor ketidakstabilan tersebut, sediaan sampel larutan injeksi asam askorbat ini tidak
memiliki nomor registrasi yang tertera pada labelnya baik pada kemasan primer maupun sekundernya sehingga tidak diketahui jaminan kualitasnya.
Gambar 18. S ampel injeksi pemutih kulit merek “X” yang menggunakan vial putih bening
55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN